Jika kedua kategori tersebut tidak berhasil diraih, "Emilia Prez" berpotensi mencatat sejarah pahit sebagai salah satu film yang, meski mendapatkan banyak nominasi, akhirnya pulang tanpa piala, setara dengan nasib "The Turning Point" (1977) dan "The Color Purple" (1985).
Prediksi akhir di ajang Oscar ini pun semakin menarik dengan daftar nominasi Best Picture yang bervariasi, mulai dari "Anora" (Neon), "The Brutalist" (A24), "A Complete Unknown" (Searchlight Pictures), "Conclave" (Focus Features), "Dune: Part Two" (Warner Bros.), "Emilia Prez" (Netflix), "I'm Still Here" (Sony Pictures Classics), "Nickel Boys" (Amazon MGM Studios), "The Substance" (Mubi), hingga "Wicked" (Universal Pictures).
Di antara deretan judul tersebut, para pengamat memprediksi "Anora" akan keluar sebagai pemenang utama, dengan tim kreatif yang dipimpin oleh Alex Coco, Samantha Quan, dan Sean Baker.
Sementara itu, "Conclave" diperkirakan memiliki peluang untuk menang jika mampu menyulap kekurangannya menjadi keunggulan, dengan dukungan dari Tessa Ross, Juliette Howell, dan Michael A. Jackman.
Tidak ketinggalan, "I'm Still Here" yang dianggap seharusnya meraih kemenangan, dinominasikan di bawah kepemimpinan Maria Carlota Bruno dan Rodrigo Teixeira, menambah bumbu ketegangan dalam persaingan malam itu.
Di balik setiap prediksi tersebut tersimpan harapan dan tantangan yang tak terelakkan. Industri perfilman yang terus berevolusi menuntut inovasi dan keberanian dalam bereksperimen dengan berbagai gaya dan cerita, sehingga setiap pemenang tidak hanya menjadi simbol prestasi, tetapi juga cerminan dinamika perubahan zaman.
Sementara para peminat dan kritikus sibuk membandingkan statistik dan hasil nominasi, satu hal tetap pasti: Oscar selalu menyuguhkan kejutan.
Seperti yang telah terbukti di masa-masa sebelumnya, bahkan film yang tampak memiliki peluang cerah sekalipun bisa saja terhenti di tengah jalan, meninggalkan jejak kontroversi dan pertanyaan mengenai apa yang seharusnya pantas mendapatkan penghargaan.
Dalam konteks ini, meskipun "Emilia Prez" sempat merajai nominasi, kontroversi yang menyelimuti sang aktris membuat kampanye film tersebut harus menanggung beban berat.
Sementara itu, "Anora" yang sempat mengalami masa-masa surut berhasil bangkit dengan penampilan gemilang di ajang penghargaan pendahulu, menegaskan posisinya sebagai favorit yang pantas meraih piala tertinggi.
Di balik kemenangan-kemenangan tersebut, tersimpan pula kisah perjuangan, kreativitas, dan kerja keras yang tidak ternilai harganya, mencerminkan betapa dunia perfilman tidak pernah berhenti menantang batas konvensi dan ekspektasi.