Seperti halnya film-film legendaris di masa lampau---mulai dari "Mutiny on the Bounty" (1935) hingga "Nomadland" (2020)---kemenangan dalam kategori ini sering kali menjadi penentu utama dalam meraih penghargaan Best Picture.
Sementara itu, "The Brutalist," karya Brady Corbet, menawarkan sebuah perjalanan sinematik yang unik dengan durasi terpanjang di antara film-film terpilih, mencapai total 24 jam 45 menit jika disaksikan secara berurutan.
Durasi yang luar biasa ini seakan mencerminkan ambiguitas prediksi bagi film tersebut, dengan proyeksi kemenangan berkisar antara nol hingga lima piala Oscar.
Meskipun demikian, kekuatan narasi dan visual yang kuat dari "The Brutalist" memberikan alasan kuat untuk optimisme, meski tetap harus menghadapi persaingan sengit dari para pesaingnya.
Di sisi lain, "Conclave" karya Edward Berger menghadirkan nuansa thriller yang kental dengan latar belakang Vatikan, sebuah setting yang jarang tersaji dalam perfilman modern.
Film ini memiliki daya tarik tersendiri bagi para pemilih yang lebih menyukai karya-karya dengan pendekatan klasik dan elegan, meskipun harus menghadapi kendala besar berupa ketiadaan nominasi untuk kategori sutradara.
Namun, sejarah telah menunjukkan bahwa hal tersebut bukanlah penghalang mutlak. Dengan dukungan kemenangan di BAFTA dan SAG, "Conclave" memiliki potensi untuk melakukan terobosan ala "Argo," di mana kemenangan Best Picture bisa diraih meskipun tanpa nominasi di kategori sutradara.
Tak heran jika film ini kini muncul sebagai pesaing serius, terutama setelah berhasil mencuri perhatian para pengkritik dan pemirsa melalui pendekatan sinematik yang berani dan inovatif.
Tak kalah menarik adalah kisah "Emilia Prez," film musikal kriminal dari Netflix yang mencatat sejarah dengan 13 nominasi, menjadikannya film non-Inggris pertama yang mencetak rekor tersebut.
Namun, kampanye film ini sempat tersandung masalah akibat munculnya kembali cuitan-cuitan kontroversial dari aktris utamanya, Karla Sofa Gascn.
Kontroversi yang mengguncang publik ini secara signifikan menggerus peluang "Emilia Prez" untuk meraih penghargaan Best Picture, sehingga ekspektasi yang tersisa hanya tertuju pada potensi kemenangan untuk kategori supporting actress, melalui penampilan memukau Zoe Saldaa, serta kategori lagu orisinal dengan judul "El Mal."