Mohon tunggu...
Khairul Ikhsan
Khairul Ikhsan Mohon Tunggu... Selamat datang di media masa seputar perkembangan ilmu pengetahuan

Disini kita akan membahas terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berbagi Berkah Ramadhan: Meneladani Kedermawanan Rasulullah

16 Maret 2025   15:18 Diperbarui: 16 Maret 2025   15:18 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid (Sumber: Muhammet Emin Oyar via istockphoto)

Ramadhan adalah bulan penuh berkah, waktu di mana setiap kebaikan dilipatgandakan pahalanya. Namun, lebih dari sekadar ibadah pribadi, bulan suci ini juga menjadi momen terbaik untuk berbagi dengan sesama. Rasulullah adalah teladan utama dalam hal kedermawanan, terutama di bulan Ramadhan. Diriwayatkan bahwa beliau menjadi lebih dermawan dibanding hari-hari biasanya, seperti angin yang berembus membawa kesejukan bagi siapa saja yang merasakannya.

Meneladani prinsip ini, saya mencoba menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pengalaman yang paling berkesan adalah saat saya mengikuti kegiatan berbagi sahur bersama komunitas sosial. Kami berjalan menyusuri jalanan kota, mencari orang-orang yang masih bekerja di tengah malam---petugas kebersihan, pedagang kecil, hingga tukang ojek yang menunggu penumpang. Ketika kami menyodorkan sebungkus makanan kepada mereka, ada senyum hangat yang terukir di wajah mereka. Saya teringat bagaimana Rasulullah mengajarkan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Rasulullah juga mencontohkan bahwa berbagi tidak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk perhatian dan kasih sayang. Beliau selalu mendahulukan kepentingan orang lain, bahkan dalam kondisi sulit sekalipun. Saya pernah belajar dari pengalaman pribadi bahwa berbagi perhatian bisa lebih berharga daripada sekadar memberi makanan atau uang. Dalam satu kesempatan, saya bertemu dengan seorang bapak tua yang bekerja sebagai pemulung. Saya tidak hanya memberinya makanan, tetapi juga duduk bersamanya, mendengarkan ceritanya tentang kehidupan. Dari percakapan itu, saya menyadari bahwa sering kali orang yang kita bantu lebih membutuhkan kepedulian daripada sekadar bantuan materi.

Rasulullah juga mengajarkan bahwa berbagi harus dilakukan dengan hati yang tulus, tanpa mengharapkan balasan atau pujian. Saya teringat satu waktu ketika saya dan beberapa teman mengadakan acara berbuka puasa untuk anak-anak yatim. Kami mempersiapkan makanan, permainan, dan hadiah kecil untuk mereka. Awalnya, kami berpikir bahwa kami yang akan memberi kebahagiaan kepada mereka. Namun, setelah melihat tawa dan keceriaan mereka, saya justru merasa bahwa sayalah yang lebih banyak menerima. Kebahagiaan yang saya rasakan jauh lebih besar daripada apa yang saya berikan.

Selain itu, Rasulullah mencontohkan bahwa berbagi tidak hanya ditujukan kepada mereka yang kurang mampu, tetapi juga kepada keluarga, tetangga, dan sahabat. Ada satu hadis yang mengatakan bahwa seseorang tidak disebut beriman jika ia kenyang sementara tetangganya kelaparan. Sejak memahami hadis ini, saya berusaha untuk lebih memperhatikan orang-orang di sekitar saya. Setiap Ramadhan, saya dan keluarga menyiapkan paket makanan sederhana untuk dibagikan kepada tetangga, terutama mereka yang sudah lanjut usia atau tinggal sendirian. Ternyata, kebahagiaan itu tidak harus dicari jauh-jauh; ia bisa ditemukan di sekitar kita.

Rasulullah juga mengajarkan bahwa memberi harus dilakukan dengan cara yang baik. Beliau tidak pernah merendahkan penerima sedekah, tidak membiarkan mereka merasa minder atau tidak berharga. Saya pernah melihat seseorang memberikan sedekah dengan sikap yang terkesan merendahkan, seolah-olah orang yang menerima adalah pihak yang lemah. Padahal, Rasulullah selalu memberikan dengan penuh kelembutan dan menghormati mereka yang diberi. Sejak itu, saya belajar untuk tidak hanya memberi, tetapi juga menjaga perasaan orang yang menerima bantuan saya.

Salah satu bentuk berbagi yang juga diajarkan Rasulullah adalah memberi makan orang yang berpuasa. Dalam satu hadis, disebutkan bahwa siapa pun yang memberi makan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa, maka ia akan mendapatkan pahala yang sama tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut. Saya teringat pengalaman saya saat pertama kali membantu membagikan takjil di masjid. Melihat orang-orang yang berbuka dengan makanan yang saya bagikan memberikan rasa kebahagiaan yang tak terlukiskan.

Rasulullah juga mencontohkan bahwa berbagi harus dilakukan secara konsisten, bukan hanya saat Ramadhan. Saya pernah mengalami momen refleksi setelah bulan suci berlalu. Selama Ramadhan, saya begitu bersemangat berbagi dan berbuat baik, tetapi ketika Syawal tiba, semangat itu perlahan memudar. Saya kemudian belajar bahwa berbagi seharusnya menjadi bagian dari keseharian, bukan hanya sekadar tradisi musiman. Rasulullah selalu dermawan setiap waktu, bukan hanya dalam bulan tertentu.

Berbagi juga bisa dilakukan dengan cara yang lebih kreatif dan modern, tanpa kehilangan esensi keteladanan Rasulullah . Saya dan beberapa teman pernah menggalang dana secara online untuk membantu mereka yang membutuhkan. Dengan teknologi, kita bisa menjangkau lebih banyak orang yang membutuhkan uluran tangan. Prinsipnya tetap sama seperti yang diajarkan Rasulullah : membantu dengan ikhlas dan memberikan manfaat bagi sebanyak mungkin orang.

Rasulullah juga mengajarkan bahwa berbagi tidak boleh membuat orang yang memberi merasa lebih tinggi daripada yang menerima. Beliau selalu menekankan bahwa tangan yang memberi tidak lebih mulia daripada tangan yang menerima, karena keduanya sama-sama bagian dari keberkahan hidup. Hal ini membuat saya merenung tentang niat dalam berbagi. Saya belajar bahwa berbagi bukanlah tentang membangun citra diri atau mencari pujian, tetapi murni tentang menebarkan kebaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun