Gentle parenting adalah metode pengasuhan yang menekankan empati, komunikasi terbuka, dan disiplin positif tanpa hukuman keras. Pendekatan ini berusaha membangun hubungan yang penuh kasih sayang antara orang tua dan anak, dengan tujuan membantu anak mengembangkan keterampilan sosial yang baik. Salah satu aspek penting yang dipengaruhi oleh pola asuh ini adalah perilaku sosial anak di lingkungan sekolah, termasuk cara mereka berinteraksi dengan teman sebaya, guru, dan lingkungan sekitarnya.
Perilaku sosial anak di sekolah sangat dipengaruhi oleh bagaimana mereka dibesarkan di rumah. Penelitian oleh Kochanska et al. (2001) menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan pengasuhan yang penuh kasih sayang dan dukungan cenderung lebih kooperatif, memiliki tingkat empati yang tinggi, dan lebih mampu menyelesaikan konflik dengan cara yang sehat. Anak-anak yang dibesarkan dengan gentle parenting sering kali memiliki keterampilan komunikasi yang lebih baik, yang membantu mereka membangun hubungan yang positif dengan teman sebaya.
Anak-anak yang mendapatkan pengasuhan berbasis empati lebih cenderung menunjukkan perilaku prososial di sekolah. Studi oleh Eisenberg et al. (2006) menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapatkan dukungan emosional dari orang tua mereka lebih sering menunjukkan perilaku menolong, berbagi, dan peduli terhadap perasaan orang lain. Hal ini sangat penting dalam membentuk lingkungan sekolah yang harmonis dan mendukung.
Selain itu, gentle parenting mengajarkan anak untuk memahami emosi mereka sendiri dan emosi orang lain. Hal ini berkontribusi terhadap kemampuan anak untuk mengatasi konflik sosial dengan cara yang lebih positif. Menurut penelitian Denham et al. (2003), anak-anak yang memiliki regulasi emosi yang baik lebih mampu menghindari perilaku agresif dan lebih mudah menyelesaikan masalah dengan pendekatan yang damai.
Kepercayaan diri juga menjadi salah satu faktor yang berkembang dengan baik pada anak yang dibesarkan dengan gentle parenting. Ketika anak merasa dihargai dan didengar oleh orang tua mereka, mereka cenderung lebih percaya diri dalam mengekspresikan pendapat dan berpartisipasi dalam aktivitas sekolah. Studi oleh Morris et al. (2007) menunjukkan bahwa anak-anak yang merasa aman secara emosional di rumah lebih cenderung aktif dalam kegiatan sosial dan akademik di sekolah.
Gentle parenting juga membantu anak mengembangkan keterampilan komunikasi yang lebih baik. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang terbuka terhadap diskusi dan negosiasi cenderung lebih mahir dalam mengekspresikan perasaan mereka dengan cara yang sehat. Hal ini berkontribusi terhadap hubungan yang lebih baik dengan teman sebaya dan mengurangi kemungkinan terjadinya konflik yang berlebihan di sekolah.
Salah satu tantangan yang sering dihadapi anak di sekolah adalah tekanan sosial dan perundungan (bullying). Anak-anak yang memiliki keterampilan regulasi emosi yang baik lebih mampu menghadapi situasi sulit dengan cara yang lebih konstruktif. Menurut penelitian oleh Olweus (2010), anak-anak yang memiliki dukungan emosional dari keluarga lebih kecil kemungkinannya untuk menjadi pelaku atau korban perundungan di sekolah.
Lingkungan sekolah yang penuh dengan tekanan akademik juga bisa menjadi tantangan bagi anak. Gentle parenting membantu anak mengembangkan mekanisme koping yang lebih baik, sehingga mereka lebih mampu menghadapi stres akademik tanpa mengalami dampak negatif yang berlebihan. Studi oleh Compas et al. (2001) menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki keterampilan mengatasi stres yang baik lebih mampu mengelola beban akademik dan memiliki kesejahteraan mental yang lebih stabil.
Selain hubungan dengan teman sebaya, gentle parenting juga berdampak pada hubungan anak dengan guru. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang menekankan komunikasi terbuka cenderung lebih menghormati otoritas dan lebih mudah bekerja sama dengan guru mereka. Menurut penelitian Wentzel (1997), anak-anak yang memiliki hubungan positif dengan guru mereka lebih cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih baik dan menunjukkan perilaku yang lebih disiplin di sekolah.
Keberhasilan sosial anak di sekolah juga bergantung pada kemampuan mereka dalam mengelola frustrasi dan menyelesaikan masalah. Gentle parenting mengajarkan anak untuk berpikir kritis dalam menghadapi tantangan sosial, yang membantu mereka dalam mengambil keputusan yang lebih bijaksana. Studi oleh Blair dan Razza (2007) menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki keterampilan eksekutif yang baik lebih mampu mengendalikan impuls mereka dan lebih sukses dalam beradaptasi dengan tuntutan sekolah.
Anak-anak yang dibesarkan dengan gentle parenting juga lebih mudah membangun hubungan yang sehat dengan teman sebaya. Mereka lebih memahami konsep berbagi, bekerja sama, dan berempati terhadap orang lain. Menurut penelitian Zahn-Waxler et al. (2001), anak-anak yang memiliki hubungan yang erat dengan orang tua mereka lebih cenderung mengembangkan hubungan sosial yang positif dengan teman sebaya.
Keamanan emosional yang diberikan oleh gentle parenting juga membantu anak dalam mengatasi rasa takut atau kecemasan sosial. Anak-anak yang merasa aman dan didukung di rumah lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan lebih cepat beradaptasi dengan perubahan. Studi oleh Rubin et al. (2009) menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki keterampilan sosial yang baik lebih mungkin untuk terlibat dalam aktivitas kelompok dan memiliki jaringan sosial yang lebih luas.
Dalam jangka panjang, gentle parenting tidak hanya memengaruhi perilaku sosial anak di sekolah, tetapi juga membentuk karakter mereka sebagai individu dewasa. Anak-anak yang belajar untuk memahami dan mengatur emosi mereka sejak dini lebih mungkin untuk menjadi individu yang bertanggung jawab, peduli, dan mampu menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain di masa depan.
Namun, penerapan gentle parenting membutuhkan konsistensi dan kesabaran dari orang tua. Tidak semua anak dapat dengan mudah memahami konsep regulasi emosi dan komunikasi terbuka tanpa bimbingan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk terus memberikan dukungan dan membimbing anak dalam menerapkan nilai-nilai sosial yang positif.
Tantangan lainnya adalah bagaimana lingkungan sosial anak, termasuk sekolah dan teman sebaya, turut memengaruhi perkembangan perilaku mereka. Meskipun gentle parenting memberikan dasar yang kuat, anak tetap perlu berada dalam lingkungan yang mendukung untuk mengembangkan keterampilan sosial mereka dengan optimal.
Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pengasuhan yang berbasis empati, semakin banyak orang tua yang mulai menerapkan prinsip-prinsip gentle parenting dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak hanya berdampak pada anak secara individu, tetapi juga pada lingkungan sosial secara lebih luas.
Dalam dunia pendidikan, penting bagi sekolah untuk memahami bagaimana pendekatan pengasuhan yang berbeda memengaruhi perilaku siswa. Guru dan tenaga pendidik dapat bekerja sama dengan orang tua untuk menciptakan lingkungan sekolah yang lebih suportif bagi perkembangan sosial dan emosional anak.
Secara keseluruhan, gentle parenting memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku sosial anak di lingkungan sekolah. Dengan menanamkan nilai-nilai empati, komunikasi terbuka, dan regulasi emosi yang baik, anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang lebih percaya diri, bertanggung jawab, dan mampu menjalin hubungan sosial yang sehat.
Meskipun setiap anak memiliki kepribadian yang berbeda, penelitian menunjukkan bahwa lingkungan pengasuhan yang penuh kasih sayang dan mendukung dapat membantu mereka berkembang secara optimal, baik dari segi sosial, emosional, maupun akademik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI