Mohon tunggu...
Ike Aprillina
Ike Aprillina Mohon Tunggu... Belajar Menulis #tulisanikemy

#tenangtapimenghantam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Overthinking Membunuh dengan Lembut: Sadarkah Kita?

19 September 2025   22:47 Diperbarui: 19 September 2025   22:47 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hidup di Kepala Sendiri

Pernahkah kamu merasa lelah bahkan sebelum hari benar-benar dimulai? Kamu duduk, diam, tapi pikiran berlari tanpa henti. Setiap kesalahan kecil diputar ulang, setiap kemungkinan buruk disusun rapi di kepala, seolah kamu harus bersiap menghadapi semua skenario terburuk.

Itulah overthinking. Ia bukan sekadar "banyak mikir," melainkan kebiasaan otak yang membuat kita terjebak dalam putaran tanpa akhir. Dan meski tidak terlihat seperti ancaman nyata, overthinking bisa "membunuh" secara perlahan, bukan tubuh, melainkan semangat, rasa percaya diri, bahkan kebahagiaan.
---

Apa Itu Overthinking?

Overthinking adalah kebiasaan berpikir berlebihan hingga mengganggu keseharian. Bedanya dengan refleksi sehat adalah: refleksi memberi pelajaran, sementara overthinking membuat kita stuck di satu titik.

Refleksi sehat: "Tadi aku salah ngomong, besok aku coba lebih hati-hati."

Overthinking: "Kenapa aku ngomong begitu? Pasti semua orang menilai aku buruk. Kalau besok ketemu lagi, aku pasti dipermalukan. Bagaimana kalau ini merusak segalanya?"

Overthinking bukan sekadar "sifat" --- ia bisa jadi gejala stres, kecemasan, atau bahkan depresi.
---

Bagaimana Overthinking "Membunuh dengan Lembut"

Mengapa aku sebut lembut? Karena dampaknya jarang terasa sekaligus. Ia datang perlahan, menetes, tapi konsisten:

1. Menguras energi mental
Otak bekerja terus-menerus, bahkan untuk hal kecil. Hasilnya, kita merasa capek tanpa alasan jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun