Mohon tunggu...
Ike Maya Sari
Ike Maya Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Full time bibliophile

Alles zu seiner Zeit

Selanjutnya

Tutup

Film

Film "The Outpost": Menguak Upaya Resolusi Konflik Tentara Amerika

18 November 2021   09:00 Diperbarui: 18 November 2021   09:04 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Konflik antara Taliban dan Amerika kembali menjadi buah bibir masyarakat dunia akhir-akhir ini. Tak elak kesimpangsiuran dari konflik tersebut pun banyak ditemui di berbagai media masa. Namun, Rod Lurie memiliki cara lain untuk menyampaikan cerita di balik konflik tersebut. Melalui film The Outpost yang menggandeng rumah produksi Millenium Media, Rod Lurie menceritakan bagaimana Letnan Benjamin Keating (diperankan oleh Orlando Bloom) memimpin pasukannya yang berada di pos terluar tentara Amerika Serikat. Tujuan penugasan tersebut, tak lain agar mereka terhubung dengan warga lokal dan menghentikan aliran senjata serta perjuangan Taliban dari Pakistan.

Identitas Film

  • Judul                           : The Outpost
  • Jenis Film                 : Drama, History, War
  • Sutradara                 : Rod Lurie
  • Produksi                   : Millenium Media
  • Pemain                      : Scott Eastwood, Orlando Bloom, Jack Kesy, Caleb Landry, Jones, Cory Hardict, Milo Gibson, Jacob Scipio, dsb
  • Durasi Film              : 123 Menit
  • Penulis Naskah      : Paul Tamasy, Eric Jonson

Film ini dibuka tanpa banyak basa-basi, suasana santai sesama prajurit yang sedang mengobrol di luar mendadak berubah menjadi ajang pertempuran. Di setiap durasi film ini tak ketinggalan menyajikan adegan pertempuran. Tentunya sangat cocok ditonton oleh mereka yang menyukai genre film yang berbau peperangan.

Menyiasati pertumpahan darah yang lebih mengerikan, Letnan Benjamin Keating melakukan pertemuan dengan tetua suku setempat dengan harapan mereka bisa memutus supply senjata dan amunisi ke Taliban. Di sinilah adegan mediasi terjadi, upaya penyelesaian resolusi konflik yang diusung Letnan Benjamin Keating melalui tetua suku setempat sarat akan makna. Namun, sangat disayangkan, di beberapa pertemuan awal upaya tersebut memang membuahkan hasil manis. Namun, beberapa hari kemudian rombongan tetua hadir dengan membawa mayat anak perempuannya. Mereka ingin memeras uang tentara AS dengan dalih penyebab kematian anak perempuannya yang disebabkan oleh tentara AS tersebut. Padahal anak perempuan itu sudah menjadi bangkai, yang mana tentara AS tak melakukan apa pun dalam beberapa hari terakhir, dengan kata lain, ada kemungkinan Taliban-lah yang membunuhnya.

Permainan kamera dan pengambilan gambar dalam film ini begitu menarik. Setiap pasukan yang bertempur disorot dari jarak dekat, dan kamera secara intens mengikuti pergerakan beberapa individu secara konstan, untuk melihat bagaimana raut muka tegang mereka saat dibombardir dari segala arah. Di tambah lagi, close combat dalam film ini sangat mencekam, sehingga saat seorang karakter intinya yang dikorbankan, hal itu akan menambah kedalaman cerita ini. Tak elak para prajurit pun terlihat sangat stress dan emosional menghadapi segala sesuatu di Battle of Kamdesh. Namun, akhir mengejutkan diberikan oleh film ini. Menjelang peperangan itu selesai, Staf Sersan Ty Carter (Caleb Landry Jones) memberikan empati kepada rekannya yang ia tolong dengan susah payah karena tak bisa berjalan.

The Outpost betul-betul mewujudkan ekspektasi penonton tentang film perang, berbagai adegan mencekam disajikan dengan intens. Tentara Amerika sebagai pihak protagonist di sini mendapat peran sebagai pihak yang humble, mencoba bertahan hidup di tengah lingkungan yang asing dan jauh dari mana-mana.

Terlepas dari segala kelebihan serta kekurangan film ini, tetap ada sisi positif yang dapat dipetik pelajarannya. Salah satunya adalah upaya resolusi konflik yang dilakukan Tentara Amerika melalui metode mediasi. Mediasi menjadi hal yang penting dan seyogyanya dapat diaplikasikan oleh setiap orang, sebab itu adalah salah satu upaya resolusi konflik yang paling mendasar dan kerap digunakan di berbagai problematika, termasuk dalam menghadapi peperangan. Sebelum menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah, alangkah lebih baik jika menggunakan kepala dingin terlebih dahulu, sehingga solusi yang didapat bias menjadi implikasi yang baik untuk kedua belah pihak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun