Mohon tunggu...
Muhammad Ikbal
Muhammad Ikbal Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Temui saya di http://ikbaldelima.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membunuh Pesimisme dengan Asian Games

31 Juli 2018   15:33 Diperbarui: 31 Juli 2018   15:52 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semarak Asian Games di Bundaran HI, Jakarta (Dokpri)

Tingkat optimisme akan meningkat jika apa yang dilihat mata di lapangan memberikan harapan. Biarlah tugas pemerintah membangun infrastruktur, kewajiban kita adalah memanfaatkannya dengan baik. Pemerintah telah memanfaatkan Asian Games sebagai momen untuk menata tampilan fisik, tanggung jawab kita adalah memanfaatkan momen agar terus bersikap baik. 

Sudah cukup laku jahanam yang kita contohkan dan tiru bersama di jalan-jalan dan ruang publik lainnya. Tak perlu denial bahwa menyalahi aturan masih menjadi budaya di negara kita. Melanggar aturan lalu lintas, minimnya budaya antri, toilet yang kotor dan kebiasaan negatif lain masih dengan mudah kita temui. Mengubah suatu kebiasaan tentu sangat sukar, tapi akan lebih sulit jika kita tertinggal jauh dari negara lain justru karena tingkah bebal kita sendiri. 

Perbuatan baik perlu dicontohkan, lalu siapa yang mau mencontoh jika tak ada panutan? Masalah tak akan selesai dengan mengutuk dan mengkritik. "The world is change by your axample, not by your opinion", tulis pengarang buku terkenal, Paulo Coelho.

Sebenarnya banyak orang yang sudah muak dengan segala bentuk pelanggaran aturan, hanya saja dibutuhkan sedikit pemantik agar banyak yang meniru perilaku baik. Ini bisa dilihat dari mewabahnya video-video tentang penghadangan pengguna sepeda motor yang lewat di jalur pejalan kaki. 

Awalnya, hanya satu dua video, namun karena video itu mewakili keresahan yang telah lama tertahan, orang lain menjadi untuk berani melakukan hal serupa. Segala perilaku "perlawanan" terhadap kebiasaan buruk memiliki kemungkinan besar dicontoh, kita hanya perlu menunjukkannya dan Asian Games adalah saatnya.

Di dunia maya, cukup sudah kita terpecah belah. Jangan sampai panas di dunia maya menjalar ke dunia realita. Hoax kasus pencurian anak dan Arab Spring di timur tengah yang berawal dari postingan di facebook dan twitter merupakan contoh bagaimana besarnya efek media sosial bagi pergerakan massa. Tentu kita tak ingin negeri ini ikut hancur bersebab disinformasi di media sosial. 

Oleh karenanya, perhelatan oleh raga semesta Asia merupakan saatnya mengubah postingan memecah menjadi dukung-mendukung agar Asian Games semarak. Agar alih-alih berpanas hati bersebab informasi tak pasti, kita justru menjalin lagi tali silaturrahmi.

Di masyarakat kita, kebiasaan mempopulerkan sesuatu yang positif (termasuk asian games) memang belum umum terjadi. Berita/postingan yang aneh dan memantik keresahan lebih mudah viral dibandingkan berita positif. Namun begitu, membuat tenar Asian Games di dunia maya bukan suatu hal yang tidak mungkin asal semua pihak ikut terlibat. 

Kita tidak tahu berapa orang yang menjadikan kita role model dalam bermedia sosial. Untuk mempopulerkan Asian games, kita juga bisa memanfaatkan kebiasaan masyarakat atau netizen yang ikut-ikutan nimbrung ketika suatu hal banyak dibicarakan. Tentu butuh gotong royong dan pengetahuan yang lebih untuk membuat postingan Asian Games yang berkualitas viral di mana-mana.

Dengan kekuatan era digital, optimisme Asian Games bisa menyebar cepat ke seluruh Indonesia. Palembang, dan utamanya Jakarta adalah contoh bagi daerah. Jika Jakarta berhasil menjadi teladan, pesimisme di daerah akan NKRI menjadi musnah.

Punahnya pesimisme tentu tidak hanya tergantung pada banyaknya trofi yang didapat. Kita bisa saja nantinya tidak memenangkan banyak piala, tapi ketika perhelatan Asian Games digelar dengan sukses berkat bantuan semua warga negara, minimal ada satu hal besar yang kita menangi, bangga menjadi Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun