Mohon tunggu...
Ikbal Subandi
Ikbal Subandi Mohon Tunggu... Lainnya - Asisten Apoteker

seorang manusia yang selalu berusaha menikmati segala rasa di dunia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ritual Menyeramkan Sebelum Perlombaan

18 November 2022   15:58 Diperbarui: 23 November 2022   09:29 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ritual Satu Malam atau Ritual Semprot adalah salah satu ritual yang digunakan oleh Pasukan Pengkibar Bendera (PASKIBRA) Cakrawala setiap akan berlomba besoknya. Ritual ini merupakan cara pemanggilan aura untuk setiap anggota Pasukan Paskibra, agar penampilan saat lomba terlihat gagah dan menarik. Pelaksanaan ini biasanya menggunakan bunga 7 rupa, Minyak Wangi, dan dilakukan malam hari di lapangan utama sekolah sebelum berlomba, yaitu SMK N 1 . Sekolah ini terletak di salah satu Kota di Jawa Barat dan merupakan Sekolah Negeri yang cukup terkenal.

"Ritual ini merupakan adat istiadat dan kebiasaan dari Paskibra Angkatan pertama dan dipercaya dapat memunculkan aura kita yang gagah dan menarik mata setiap manusia. Sebenarnya ini dilakukan karena untuk menguji juga kemampuan spiritual setiap anggota pasukan," kata Ardika seorang Purna Angkatan 3 Paskibra Cakrawala.

Ritual Semprot biasanya dilakukan dengan mengumpulkan seluruh anggota pasukan di tengah lapangan dan berbaris membentuk 2 shaf, dengan menggunakan pakaian hitam putih dan tanpa alas kaki. Nantinya akan ada 1 purna yang memimpin berlangsungnya ritual di depan pasukan dan purna lainnya berjaga di area samping dan belakang pasukan. Bunga 7 rupa yang sudah dicampur air disimpan di depan pasukan dengan 1 botol minyak wangi di sampingnya. Ritual dibuka dengan pembacaan surah-surah oleh pemimpin dan dilanjutkan dengan mantra yang tidak diketahui seperti apa cara pengucapannya.

"Ritual ini memang akan dibuka dengan surah dan dilanjut dengan mantra jawa, mantra jawa ini merupakan warisan leluhur, yang merupakan mantra dari Syekh Syarif Hidayatullah seorang penyebar agama islam dan pemimpin salah satu keraton. Dulu mantra ini digunakan untuk memberikan daya tarik penari ketika menyebarkan agama islam, seiring berjalannya informasi mantra digunakan oleh berbagai orang," Kata Purna X yang memimpin jalannya ritual pada malam itu.

"Tetapi ritual ini juga akan berdampak negatif, artinya ketika salah satu anggota pasukan gagal mengendalikan diri dan fokus pada saat pelaksanaan maka akan kemungkinan besar anggota tersebut akan di rasuki mahluk halus. Makannya kami dari purna yang paham akan ritual ini telah sigap dan berjaga apabila terjadi hal yang tidak diinginkan," kata Satya Purna Angkatan 1 setelah Pemimpin ritual menjawab.

Ritual ini nantinya akan terfokus pada diri sendiri, artinya setiap anggota akan dilatih dan diajak seolah bertemu dengan pendampingnya dari dunia lain untuk mengeluarkan auranya saat berlomba. Namun, ritual malam itu terlihat kacau dimana purna terlihat emosi dan membentak pasukan sebelum ritual berlangsung. Ditambah kondisi sekolah sepi dan angin berhembus kencang, ketika ritual akan berakhir satu pasukan kerasukan akibat kelelahan dan tidak fokus saat pelaksanaan.

"Saya posisi jaga sendiri karena rekan saya sakit sehingga tidak masuk, sebenarnya malam ini tidak diperbolehkan ada kegiatan malam karena kondisi cuaca kurang baik dan ini pun baru selesai pelaksaan kegiatan perlombaan disekolah. Tapi karena pihak Pembina memaksa dan penting jadi saya izinkan walaupun khawatir karena kepala sekolah tidak tahu," kata Satpam yang terlihat cemas di wajahnya.

Ritual ini sebenarnya apabila dilihat dari pandangan agama mungkin ini melanggar norma, karena secara tidak langsung manusia meminta pertolongan kepada ciptaan tuhan yang berasal dari dunia gaib. tapi bagi sebagian orang termasuk Purna dan Anggota Paskibra Cakrawala ini adalah Tradisi yang tidak boleh ditinggalkan dan dianggap tidak bertentangan dengan agamanya. Mungkin kejadian kerasukan ini sering terjadinya setiap pelaksanaan ritual, tetapi yang berbeda kali ini kerasukan terjadi pada seluruh anggota paskibra yang menggemparkan seluruh orang di sekolah.

Menurut Satpam sekolah, kerasukan seperti ini memang sering terjadi ketika setiap orang melakukan ritual, padahal untuk memperlancar perlombaan kita bisa menggunakan cara lain seperti perbanyak do'a, shalat dan dzikir bagi umat islam, atau hal-hal lain yang tidak memberikan dampak negatif.

Namun menurut sebagian purna, kerasukan saat ritual terjadi karena para anggota kelelahan dan kecapean, karena baru selesai ikut kepanitiaan dan harus lanjut untuk perlombaan besok. Ritual inipun di anggap sebagai ritual simple karena hanya berfokus dengan diri sendiri setalah itu disiram air bunga 7 rupa dan semprot minyak wangi besoknya saat akan tampil.

Menurut penulis kita bisa menggunakan cara lain untuk memperkuat penampila, misalkan latihan dan evaluasi, menambah hiasan di kostum, menggunakan warna yang sinkron dan enak di pandang, memakai make up  yang sesuai dengan wajah setiap anggota. Kita juga bisa memperbanyak dzikir bagi umat islam, dan perbanyak do'a untuk agama non-islam. Cara ini jauh lebih efektif untuk menghindari terjadinya hal negatif seperti kerasukan dan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun