Mohon tunggu...
ikawahyu zanisha
ikawahyu zanisha Mohon Tunggu... Mahasiswa - untuk pemenuhan tugas kuliah

do more

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kembali Terlaksananya Warisan Budaya Tak Benda, Yaitu Sholawatan di Desa Sidomulyo

4 Maret 2021   16:53 Diperbarui: 4 Maret 2021   17:08 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pandemi pembawa berkah : kembali hidupnya warisan budaya tak benda yaitu sholawatan (rutinan kegiatan keagamaan) di desa Sidomulyo

Indonesia merupakan negara yang dikenal dengan banyaknya warisan budaya yang dimilikinya. Beberapa warisan budaya berupa benda seperti patung, candi ataupun arca. Selain itu Indonesia juga memiliki warisan budaya tak benda seperti pencak silat, tari saman, dan juga sholawatan atau biasa disebut juga dengan slawatan dan masih banyak lagi warisan budaya benda dan tak benda yang dimiliki oleh indonesia.

Tepat satu tahun lalu Indonesia terdampak pandemi virus covid 19, pandemi ini berdampak banyak terhadap beberapa sektor di Indonesia. Tidak hanya sektor ekonomi saja, namun sektor lain juga terdampak oleh pandemi ini. Pada awal terdampaknya pandemi ini, mungkin bagi beberapa orang tidak mudah untuk beradaptasi. Belum lagi, kegiatan - kegiatan yang harus dilakukan di satu tempat saja menjadikan masyarakat hanya memiliki ruang gerak yang bisa dibilang hanya sedikit sehingga banyak yang kurang bisa terjangkau.

Seperti yang kita ketahui, pandemi covid 19 ini kurang lebih telah memberi banyak dampak pada kegiatan sehari-hari. Karena adanya pembatasan sosial, kita diharuskan untuk bekerja, belajar, serta beribadah dari rumah yang menjadikan kita seolah berjarak dengan lingkungan sekitar kita. 

Banyak orang yang merasakan terbatasinya kegiatan sosial yang sudah biasa dilakukannya. Termasuk beberapa kegiatan yang sudah menjadi kebiasaan kita menjadi terhambat dalam pelaksanaannya karena faktor pembatasan sosial yang diberlakukan di situasi pandemi ini. Yang menjadikan banyak dari orang merasa stress dikarenakan kegiatan banyak yang dilakukan hanya didalam rumah.

Dalam mensiasati keadaan tersebut banyak orang yang mulai memutar otaknya untuk bisa tetap melaksanakan kegiatan tersebut tanpa merugikan pihak yang lain. Salah satu hal yang dapat dilakukan yaitu dengan tetap melakukan kegiatan tersebut dengan menerapkan protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah, dengan begitu kegiatan tetap bisa dilaksanakan tanpa merugikan pihak yang lain.

Di kecamatan Jabung terdapat desa yang memiliki nama desa sidomulyo, di desa ini dikenal dengan masyarakatnya yang menjunjung nilai keagamaan didalam desanya. Dengan mayoritas masyarakat beragama islam, didesa ini terdapat kegiatan - kegiatan yang sudah rutin dilakukan (yang sudah menjadi budaya yang ada didesa ini) yang bernuansa islami. Kegiatan - kegiatan tersebut diantaranya yaitu beberapa rutinan pembacaan diba' (sholawatan), pembacaan tahlil, dan juga pembacaan istighotsah. 

Dengan keadaan yang seperti ini budaya islami yang biasanya rutin dilakukan oleh masyarakat desa sidomulyo menjadi terhambat. Hambatan tersebut kurang lebih disebabkan oleh kekhawatiran masyarakat terhadap virus covid 19 ini. Kekhawatiran yang dimiliki masyarakat tersebut menjadi salah satu penghalang untuk tetap terlaksananya beberapa kegiatan yang sudah dilakukan rutin tersebut.

Di desa sidomulyo, budaya rutinan-rutinan yang sudah biasa dilakukan oleh warganya dari zaman dahulu sudah mulai surut pada saat pandemi ini. Sebagai contoh yaitu rutinan sholawat yang biasa dilakukan pada hari sabtu malam. Rutinan yang lain pun seperti pembacaan diba', pembacaan tahlil juga sudah mulai tidak terlaksana, dikarenakan ke khawatiran yang dimiliki oleh setiap warga terhadap pandemi ini. Banyak warga yang menjadi takut untuk berinteraksi dengan orang lain karena kekhawatirannya tertular covid 19.

Untuk mensiasati keredupan tersebut, remaja yang ada di desa sidomulyo tergerak untuk menghidupkan budaya rutinan-rutinan tersebut. Sebelumnya di desa ini organisasi keagamaan untuk remaja seperti ipnu (ikatan pelajar nahdlotul ulama') dan ippnu (ikatan pelajar putri nahdlotul ulama') masih belum terbentuk, untuk membantu dalam kesuksesan maksud dari remaja-remaja tersebut dalam menghidupkan rutinan yang ada di desanya maka dibentuklah dulu organisasi tersebut. 

"untuk ranting Sidomulyo memang awalnya tidak ada, sehingga dukungan untuk pelaksanaan kegiatan bagi remaja kurang terpenuhi sehingga diputuskan untuk membentuk organisasi ini untuk memberikan dukungan bagi para remaja islam dalam menghidupkan kembali kegiatan rutinan (budaya keagaamaan) di desa ini" ucap salah satu anggota ippnu. Organisasi inilah yang sekarang menjadi latar belakang pendukung remaja-remaja desa sidomulyo dalam menghidupkan rutinan-rutinan (budaya atau kegiatan) keagamaan yang ada di desanya. Organisasi ini juga memiliki susunan kepengurusan dengan tujuan agar lebih tertata pelaksanaan program kerjanya. Susunan dari kepengurusan organisasi ini meliputi ketua beserta wakil untuk ipnu dan ketua beserta wakil untuk ippnu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun