Mohon tunggu...
Sayyidah Syafiqoh
Sayyidah Syafiqoh Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Santri sekaligus mahasiswa. Aktif di PKPT IPPNU STAIM

Bercita-cita menjadi pembicara publik, juga penulis handal. Oleh karenanya berusaha dan berdoa adalah dua hal yang harus di lakukan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membaca, "Fardhu" Mahasiswa yang Terjerahak

15 September 2019   06:26 Diperbarui: 15 September 2019   06:44 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: bbs.voc.com.cn/archiver

Mahasiswa, dengan segala trend dan mode nya, sering kali melupakan esensi dari mahasiswa itu sendiri. Sering kita jumpai ketika para intelek ini berbicara atau menyampaikan argumentasi mereka, kita hanya bisa ber-oh ria serta menyetusjui semua pendapatnya, meski terkadang sebenarnya argument tersebut bisa kita bantah. 

Akan tetapi saat itu yang bisa kita lakukan hanyalah bungkam sambil menopang dagu yang disebabkan mental kita masih di bawah rata-rata, atau kebanyakan di sebabkan kurangnya minat kita dalam membaca sehingga membuat kita menjadi mahasiswa yang setengah-setengah.

Sebagai contoh, sebut saja Najwa Shihab. Seorang presenter yang namanya melegenda belakangan ini, beliau tidak akan bisa membantah argument-argument para antek politik di negeri ini, serta tidak akan bisa memberikan pertanyaan yang menohok kepada nara sumbernya. 

Bapak Jokowi, orang nomor satu di negeri ini juga pernah merasakan 'kursi panas' yang disebabkan pertanyaan dan pernyataan dari mbak Najwa. Beliau tidak akan seperti itu  jika tidak dengan membawa bekal yang di bawanya. 

Bekal apa? Berbekal buku-buku yang sudah di bacanya, jangan tanya berapa banyak buku yang beliau baca, ratusan buku beliau lahap sehingga membuatnya dinobatkan sebagai Duta Baca Indonesia sejak tahun 2017.

Pernahkah kita berfikir kenapa wahyu pertama yang diturunkan Allah adalah lafadz yang memiliki arti bacalah? Hal ini menunjukkan betapa pentingnya membaca, terlebih kepada kita intelek terpelajar. 

Saya kira tidak perlu saya uraikan mengenai manfaat dari membaca. Karena semua kalangan sudah mengetahui akan pentingnya atau manfaat dari membaca, hanya saja mereka mungkin kurang menyadarinya.

Pertanyaan paling menggelitik yang ingin saya tanyakan kepada diri saya sendiri sekaligus kepada teman-teman mahasiswa adalah; mengapa kebanyakan dari mahasiswa malas dan jarang membaca? Pertanyaan ini sering di anggap remeh oleh kebanyakan dari kita. Namun demikian, untuk melaksanakannya sangatlah sulit. kita sering kali dibuat terlena oleh sosmed, referensi tugas kita kebanyakan dari mbah Google, bukan buku. 

Prilaku mahasiswa yang serba instan seperti ini sepertinya sukar untuk di ubah. Dengan berbagai macam alasan yang dilontarkan oleh mahasiswa yang sebenarnya menurut saya begitu klise, misal tugas banyak lah, cari di internet menjadi lebih mudah lah, dan lain-lain. 

Ada juga dengan alasan bahwa penyelesaian tugas dengan mencari bahan di internet lebih menghemat waktu. Cara pandang dan perilaku mahasiswa seperti inilah yang melekat pada benak sebagian besar kita. Seharusnya mahasiswa harus membudayakan kebiasaan membaca dan menulis guna mempersiapkan masa depan yang lebih cerah.

Mahasiswa adalah jantung dunia. Rendahnya giat membaca mahasiswa merupakan penyakit jantung dunia. Mengapa demikian? Karena mahasiswa adalah pemuda penerus. Jika pemuda sudah goyah dan malas membaca, maka bayangkan seperti apakah Indonesia kedepan. 

Presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno berkata, "Berikan aku sepuluh pemuda maka akan aku goncangkan dunia." Maksud dari pernyataan tersebut bahwa pemuda merupakan aset paling berharga yang di miliki bangsa ini,  pemudalah yang memegang masa depan negara Indonesia melalui bimbingan semua pihak dalam membentuk perilaku baik pemuda (mahasiswa). 

Secara tidak langsung beliau menyuruh mahasiswa tahun 1945 sampai mahasiswa jaman now untuk terus belajar dengan membaca dan menulis sebagai salah satu tujuan dari pernyataannya, termasuk kita saat ini.

Ada beberapa hal yang memiliki pengaruh signifikan terhadap minat membaca, salah satunya dipengaruhi oleh bagusnya tulisan yang ditulis oleh penulis. Sebuah tulisan/karangan yang bagus akan mendorong mahasiswa untuk membaca. Menulis itu seni. 

Mengapa demikian? Karena menulis merupakan karya tangan kita sendiri. Baik yang diketik maupun tulisan tangan. Semakin kita rajin membaca dengan sendirinya kemampuan kita untuk menulis semakin tinggi. 

Menjadi seorang penulis sangat mudah asalkan kita sering membiasakan diri untuk menulis dari hal yang terkecil, misal menulis buku harian, menulis materi yang diberikan oleh dosen, dan lain-lain. Seperti kata pepatah yang mengatakan, kita bisa karena biasa.

Hal terkecil yang sering kita jumpai adalah dalam proses penyusunan makalah. Pada kenyataannya banyak mahasiswa yang menyalin karya ilmiah dari internet. Mahasiswa tidak mampu menyusun makalah hasil pemikiran sendiri atau kelompok karena tidak mampu menulis dan tidak biasa membaca. 

Minimnya giat tulis menulis mahasiswa dikarenakan mahasiswa-mahasiswi lebih menyukai karangan orang lain daripada menciptakan karangan sendiri. 

Tidak disadari olehnya bahwa membaca karangan orang lain merupakan sebuah dorongan agar kita juga mempunyai tekad untuk menulis karangan sendiri. Sangat penting bagi mahasiswa untuk membenah diri dan bertanya, "Kapan orang lain akan membaca karanganku?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun