Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Twinkling Watermelon" Meretas Kerlip Masa Remaja dalam Sebuah Perjalanan Waktu

21 Desember 2023   09:12 Diperbarui: 25 Desember 2023   19:28 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Twinkling Watermelon Squad | Sumber: tvN via Soompi.com

Dari awal episode, drama ini sudah enak ditonton dan terasa keunikannya walaupun ada sedikit tanda tanya di kepala saat scene Eun-gyeol di tahun 2023 berganti dengan scene Yi-chan di tahun 1995 tapi setelah itu kisah bergulir dengan terang-benderang.

Romansa tipis-tipis menyeruak dan tak ketinggalan scene-scene jenaka hadir dengan sangat menyenangkan membuat saya teringat masa-masa remaja dulu.

Nonton drama yang disutradarai oleh Son Jung-hyun ini gak hanya untuk bersenang-senang tapi ada banyak pelajaran yang didapat.

Ya, salah satunya adalah bahwa takdir tak bisa diubah hanya nasib yang bisa. Sekeras apapun Eun-gyeol mencoba mencegah peristiwa yang akan membuat bapaknya tidak dapat mendengar di kemudian hari, tetap saja hal tersebut tak dapat dihindari.

Dari "Twinkling Watermelon" kita pun belajar pentingnya terbuka dengan orangtua. Yap, karena salah satu kunci kesuksesan adalah komunikasi yang baik. Bila saja sebelumnya Eun-gyeol mengutarakan keinginannya kepada orang tuanya, mungkin saja ia akan menjalani kehidupan yang disukainya dan tak akan ter(di)lempar ke masa lalu.

Drama yang heart-warming banget ini pun memberi pelajaran berharga bahwa jangan pernah membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain, tetaplah menjadi orang baik di dunia yang buruk sekalipun, kejarlah mimpi tanpa henti, nikmati masa remaja dengan segala kerlap-kerlipnya agar saat berangkat dewasa tak ada penyesalan yang mengikuti.

Bagi saya, semua unsur di drama ini terlihat pas, baik di sisi skenario, pemeran, penata artistik, musik, dan semua printilan yang mengikutinya. Tak lupa fesyen anak 90-an ikut melengkapi drama ini serta scene komedi yang menambah kehangatan drama yang bulan November kemarin baru saja usai penayangannya itu.

Bahasa isyarat menjadi bahasa kedua yang digunakan di drama ini karena kisahnya dibangun dalam keluarga yang memiliki disabilitas tak dapat mendengar. Dan, salah satu scene yang sangat menyentuh adalah ketika Yi-chan menyanyi di depan Cheong-ah dengan menggunakan bahasa isyarat. Indah.

Nah, di drama yang ditulis oleh Jin Soo-wan (Kill Me Heal Me, The Moon Embracing The Sun) ini ada dua hal yang menjadi ciri khasnya yaitu watermelon alias buah semangka dan frasa "Viva La Vida."

Ilustrasi: www.timesindonesia.co.id
Ilustrasi: www.timesindonesia.co.id
Dua hal ini terinspirasi dari lukisan terakhir perupa Frida Kahlo. Ya, delapan hari sebelum kematiannya di tahun 1954, seniman asal Meksiko itu melukis buah semangka dengan frasa "Viva La Vida" di bagian bawah kanvasnya yang diterjemahkan sebagai "panjang umur"

Lukisan buah semangka ini memiliki makna yang dalam. Kulit tebal semangka berfungsi untuk melindungi dan mengatasi kehidupan yang penuh dengan rasa sakit, baik fisik maupun mental.

Ketika kulitnya dibuka ada daging buah merah merona yang melambangkan kesegaran dan manisnya sisi batin. Akan halnya biji semangka membawa pengharapan akan kehidupan baru menuju keabadian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun