Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Kencan Pertama Begitu Menggoda, Selanjutnya Mending Kabur Aja!

18 April 2021   11:45 Diperbarui: 1 Mei 2021   14:02 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi betapa senangnya ketika kencan pertama. (sumber: Thinkstockphotos via kompas.com)

Kabur? Iyak, zaman dulu belum ada kata ghosting karena dunia perhantuan masih dikuasai oleh pemilik sahnya bukan oleh para penggiat percintaan.

Kenapa musti kabur? Karena ilfeel lah, masa iyak karena punya utang.

Ya, beberapa kali pernah diajak kencan tapi berakhir dengan perasaan gak nyaman karena ada aja yang mengganjal. Yaaa namanya juga remaja, egonya masih setinggi tiang jemuran, ada yang gak enak sedikit bukannya dibicarakan malah ditinggal kabur-kaburan. Sungguh tralala.

Syahdan, pada siang hari yang cerah merona, seseorang mengajak kencan. Dia ini teman saat mengikuti penataran P4 pola 45 jam di awal masuk kuliah.

Awalnya, biasalah salam-salaman tapi bukan salam tempel karena itu merugikan satu pihak dan menguntungkan pihak lainnya. Lalu berkencan lah kita berdua, eh bertiga sama motornya eeehh bisa jadi berempat dengan syaitonirrojim.

Angin sepoi-sepoi pun menyapa ketika ia melajukan motornya dengan ke-selow-an tingkat dewa. Tetiba daku sedikit kliyengan, bukan karena masuk angin tapi karena membaui aroma yang membuat ilfeel hidung ini. 

Dia tak memakai wewangian sedangkan usia remaja aroma tubuh adalah sebuah tantangan tersendiri untuk dikalahkan.

Hal itulah yang membuat tak ada lagi kencan kedua apalagi ketiga karena daku memilih kucing-kucingan dengan dirinya. Gak mempan walau sudah disuap dengan satu buah kaset dari band idola.

Lain ladang lain ilalang, lain orang lain cara menghilang. Saat itu pernah diajak kencan oleh anak tehnik, cie. Jurusan aja tehnik bla bla bla tapi lemah gemulainya melebihi anak tata niaga. 

Sebagai cewek setengah macho, daku merasa tertindas dengan kelakuannya. Posisi jalan dia bukan di sebelah kanan namun di sebelah kiri ku, seperti ingin dilindungi, ya ampyun memangnya daku kuncennya suaka.

Tiap kencan kan selalu ada acara makan-makannya tuh, eheheh. Nah, karena hari sudah beranjak sore dan masing-masing dari kami rumahnya beda galaksi, maka diputuskan untuk nyemil-nyemil setitik di salah satu gerai donat agar dapat pulang sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.

Tapi ternyata si cowok tehnik ini makan donat sebiji aja lambretanya kayak nunggu antrian pembagian sembako gratisan. Sebagai anggota Unit Reaksi Cepat, daku pun merasa gusar. Lebih baik bilang "tidak" ala Om Andi Malaranggeng, dari pada hidup ini jadi melambat bila bersamanya. 

Berkat aksi curhat dengan teman satu jurusannya, acara kabur-kaburan daku pun dipermudah. Tak lama berselang, dia pun langsung menggandeng gebetan anyar. Panas? Iyaaalaaaahh, balas!!! Wahaha sungguh tak jelas, kabur-kaburan tapi ada niat membalas.

Bukannya berhasil membalas, malah daku yang giliran kena balasan, aih sial. Jangan ditanya gimana ceritanya, pokoknya tiba-tiba oknum pengajak kencan selanjutnya hilang bagai debu yang dilap kanebo basah, beberapa hari setelah kencan pertama diselenggarakan.

Mamam!!! Mungkin begitu ajian samber gledek yang diucapkan oleh dua korban kencan pertama yang tak berkelanjutan.

Kencan pertama memang sangat mengasyikan, ada rasa deg-deg plas saat persetujuan diucapkan. Namun semuanya ambyar begitu saja ketika ada yang tak cocok dengan bayangan yang terlukis di kepala.

Ada sebagian orang yang bisa melanjutkan ketidaknyamanan namun ada sebagian pula yang memilih untuk berhenti dan pergi. Semuanya kembali kepada diri, apakah cukup tinggi tingkat toleransi sehingga semua hal yang menganggu dapat dieliminasi seiring dengan berjalannya waktu.

Ea .... ea ... ea ...

Sekian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun