Tapi ternyata si cowok tehnik ini makan donat sebiji aja lambretanya kayak nunggu antrian pembagian sembako gratisan. Sebagai anggota Unit Reaksi Cepat, daku pun merasa gusar. Lebih baik bilang "tidak" ala Om Andi Malaranggeng, dari pada hidup ini jadi melambat bila bersamanya.Â
Berkat aksi curhat dengan teman satu jurusannya, acara kabur-kaburan daku pun dipermudah. Tak lama berselang, dia pun langsung menggandeng gebetan anyar. Panas? Iyaaalaaaahh, balas!!! Wahaha sungguh tak jelas, kabur-kaburan tapi ada niat membalas.
Bukannya berhasil membalas, malah daku yang giliran kena balasan, aih sial. Jangan ditanya gimana ceritanya, pokoknya tiba-tiba oknum pengajak kencan selanjutnya hilang bagai debu yang dilap kanebo basah, beberapa hari setelah kencan pertama diselenggarakan.
Mamam!!! Mungkin begitu ajian samber gledek yang diucapkan oleh dua korban kencan pertama yang tak berkelanjutan.
Kencan pertama memang sangat mengasyikan, ada rasa deg-deg plas saat persetujuan diucapkan. Namun semuanya ambyar begitu saja ketika ada yang tak cocok dengan bayangan yang terlukis di kepala.
Ada sebagian orang yang bisa melanjutkan ketidaknyamanan namun ada sebagian pula yang memilih untuk berhenti dan pergi. Semuanya kembali kepada diri, apakah cukup tinggi tingkat toleransi sehingga semua hal yang menganggu dapat dieliminasi seiring dengan berjalannya waktu.
Ea .... ea ... ea ...
Sekian.