Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jangan Ada Kata Untung dan Rugi Ketika Menyelenggarakan Hajatan

15 Juli 2018   13:39 Diperbarui: 16 Juli 2018   12:38 3380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : barangkawin.com

Tinggal di kampung itu terkadang kerap mengalami hal yang berbau-bau komedi. Seperti beberapa hari yang lalu, ketika saya tengah khusuk menyirami tanaman yang mulai terlihat mengering dihajar habis-habisan oleh sinar mentari hari kemarin tiba-tiba ada seorang ibu yang nangkring di motornya dengan jarak ratusan ribu tahun cahaya meneriaki saya dengan sangat lantang.

"Teh, pami ibu ieu namina saha?" * Dia menunjuk rumah tetangga saya dengan posisi masih nangkring diatas motor, harapan saya sih dia upgrade kemampuan dengan nangkring diatas pohon kamboja milik tetangga sebrang rumah biar kelihatan lebih heroik dan cadas.

Sambil menduga-duga, dengan perasaan campur aduk antara bingung, terpesona dan jengkel saya pun menyebut nama ibu yang dia maksud. Setelah mendapatkan jawaban dan tanpa mengucapkan kata terima kasih, hatur nuhun, kamsiah, atau matur nuwun, si ibu terduga SKSD alias Sok Kenal Sok Dekat itu pun terlihat langsung menuliskan sesuatu di atas tumpukan benda yang ia bawa. 

Sebagai turunan ke-7 lain bapak lain emak dari Pakde Hercule Poirot, timbul rasa penasaran yang menggebu atas hal yang baru saja terjadi. Sambil tetap menyirami tanaman yang ternyata gak usah disiram karena pot tanaman bambu air memang sudah berair, saya pun mengendap-endap dibalik pagar, kepo.

Belum sempat saya mengatur posisi pengintaian, saya dikagetkan oleh suara si ibu tadi yang tiba-tiba sudah nongol di balik pagar.

Gubrak gubrak gubrak jeng jeng jeng.

Kalau saja saya latah, mungkin saat itu dia pasti sudah basah kuyup. Lalu ibu itu pun mengajukan pertanyaan yang membuat saya sedikit salting.

"Teh, namanya siapa?"

"Memangnya kenapa?" Dahi saya pun berkerut.

"Ini ada undangan."

"Undangan apa?"

"Khitanan."

"Siapa yang hajat?"

"Saya, nama teteh siapa?" Dia siap-siap menulis di atas selembar undangan berwarna ungu.

Saya diam terpana sambil melihat warna lipstik gonjreng di bibirnya. Mau ngundang kok gak tahu nama yang diundang, nanya langsung ke yang bersangkutan lagi, sudah seperti  pak hansip menginterogasi maling yang ke gap di pos ronda aja, begitu pikir saya.

Nampaknya dia sudah tak sabar dengan aksi diam saya, dengan tangkas ia pun menuliskan kata "Teteh" di atas undangan tersebut lalu meletakkannya di pagar tembok.

"Rumah saya di situ teh, di belakang klinik."

Saya masih diam disertai rasa bingung yang masih bercokol dengan setia padahal gak mengkonsumsi pil glauseta.

"Saya tulis "Teteh" aja ya, nanti ada hiburannya juga da teh." Dia pun kabur tanpa permisi meninggalkan saya yang masih putar otak untuk menemukan jawaban "Siapakah gerangan dirinya yang mengundang saya padahal kenal pun tidak". Dengan kepala yang masih dipenuhi teka-teki, saya pun hanya bisa tertawa tersedu-sedu, sungguh momen yang "ya ampun banget".

Saya tidak tahu pasti apa yang berkecamuk dalam pikiran ibu muda yang sampai sekarang belum saya tahu dimana rumahnya itu. Terkadang pikiran negatif melintas begitu saja. Mungkin dia mengundang saya hanya untuk menghabiskan kartu undangan saja secara nama saya pun ia tak tahu. 

Sayang kan sudah mencetak ratusan kartu undangan seharga beberapa ribu rupiah perlembarnya bila tidak dihabiskan semua, rugi bandar. Tapi saya hapus pikiran negatif itu, mungkin dia hanya ingin berbagi kebahagiaan, dengan orang yang tak dikenal sekalipun.

Di kampung saya, ada beberapa orang yang menganggap bahwa berbagi kebahagiaan dengan menyelenggarakan acara hajatan itu ada itung-itungannya. Kalau sudah begini, makna syukuran pun menghilang seiring dengan itung-itungan laba rugi tersebut. Padahal sejatinya hajatan sendiri adalah ajang pesta atau perayaan untuk mensyukuri momen-momen bahagia yang terjadi dalam hidup yang notabene sifatnya berbagi tanpa syarat apapun. 

Namun banyak orang yang lagaknya tidak rela bila hajatan yang ia gelar mendatangkan kerugian, kalau bisa sih dana yang telah dikeluarkan kembali lagi, syukur-syukur jadi beranak-pinak.  Adanya kebiasaan mengamplopi uang saat hajatan karena perasaan malu dan tak enak membuat itung-itungan untung rugi pun berkembangbiak dengan suburnya.

Menurut seorang tetangga, hajatan dalam rangka pernikahan biasanya merugi, lain halnya dengan khitanan. Di hajat khitanan, balik modal adalah hal wajar terkadang pendapatannya malah melebihi dana yang dikeluarkan. Hal ini bisa terjadi karena di acara khitanan tidak banyak orang yang terlibat berbeda dengan acara pernikahan. Selain itu hidangan di acara khitanan biasanya tidak seheboh acara pernikahan sedangkan isi amplop jumlahnya tak beda-beda amat.

Seorang ibu pernah berkisah bahwa ia mengalami stres ketika mengetahui bahwa hajatan yang ia selenggarakan tidak balik modal padahal uang yang dipakai hajat itu dapat pinjam dari seorang rentenir. Niatnya berbagi kebahagiaan dengan mengundang banyak orang eh berakhir dengan membayar rente yang berlipat-lipat. Sayang sekali bukan.

Mensyukuri sebuah momen yang berarti dalam hidup dengan menyelenggarakan pesta atau perayaan itu sah-sah saja namun lebih baik semuanya dipikirkan dengan matang dan terencana baik dalam segi dana maupun hal-hal yang menyertainya tanpa itung-itungan untung rugi, karena hajatan itu bukan pasar kaget yang kental dengan unsur jual belinya.  Satu hal, jangan sampai setelah suka ria selesai, kita malah dihantui dengan banyak masalah, terutama masalah utang-piutang.

Sekian.

Catatan :

*Kalau ibu ini namanya siapa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun