Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Mematikan Lampu ketika Hari Masih Gelap

21 April 2018   15:18 Diperbarui: 21 April 2018   15:17 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : HarianAceh.co.id

Ngomongin masalah listrik untuk saat ini agak sedikit sensitif, disenggol sedikit, langsung meriang. Mengapa? Karena adanya penghapusan subsidi yang sangat tiba-tiba untuk pemakai listrik golongan rumah tangga berdaya 900 VA. 

Saya sendiri sudah tidak menikmati subsidi sejak tahun 2000-an karena memilih migrasi ke golongan non subsidi gara-gara rambut. Yap, rambutlah yang telah menyadarkan saya bahwa buat gayak itu memang harus mengeluarkan dana lebih. 

Satu set peralatan tata rambut telah menghajar saya secara bertubi-tubi dalam membayar rekening listrik. Bayar listrik mahal, rambut tetap kriwil. Mungkin itu semacam kualat karena tidak puas dengan apa yang telah diberikan oleh sang maha kuasa. Insaplah wahai manusiaaaaaa.... begitu mungkin bahasa lagu band kepretnya..Nah, karena kenaikan biaya listrik yang katanya sangat mencekik ini, maka banyak orang yang kreatif dalam mengurangi penggunaan listrik salah satunya adalah mematikan lampu di bagian depan rumahnya disaat yang tak tepat dan itu sifatnya menular. 

Pertama satu rumah, selanjutnya bertambah menjadi tiga, lalu angkanya naik menjadi enam, untung saja gak  satu cluster kompak mematikan lampu,  kalau itu sih namanya terlalu.

Pukul lima pagi, matahari masih bermimpi, sementara sebagian orang sudah mulai beraktivitas dijalan, termasuk barisan emak-emak yang hendak ke pasar. Gelap-gelapan memang resiko untuk orang yang beraktivitas di luar rumah sebelum matahari keluar peraduaan, apalagi di hutan. Siapa juga yang bakal nyalain lampu, Tarzan? Nunung? Jujuk? #eh.

Lain halnya bila di komplek perumahan yang lumayan mapan, gelap-gelapan di hari masih gelap itu sungguh menyakitkan dan menyeramkan. Ya, sakit, kaki kepentok polisi tidur jadi-jadian gara-gara daerah sekitar yang gelap gulita. 

Lihat orang berdiri dibawah pohon dikira penampakan..hiyy. Dan hal-hal buruk lain yang mungkin saja dapat terjadi, walaupun hari sudah mulai merangkak pagi. Siapa tahu kan? Walau amit-amit jabang beibi.

Tak dapat dipungkiri bahwa biaya listrik memang mahal, tapi gak gitu-gitu amat kalik. Hormatilah Thomas Alva Edison yang telah menemukan lampu pijar untuk menerangi kegelapan. Lagi pula, biaya listrik untuk satu buah lampu luar itu gak akan sebesar biaya treadmill elektrik yang dipakai terus menerus tapi tak jua membuat badan kurus.

Sejatinya bila kita percaya bahwa Tuhan telah mengatur rezeki bagi semua mahluk-Nya, mengapa kita masih takut berbagi secercah cahaya untuk sesama.

Sekian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun