Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Jamu, Ramuan Warisan Leluhur yang Berkhasiat

14 November 2017   15:28 Diperbarui: 15 November 2017   20:00 4226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini Mbak Wi, tukang jamu yang kerap nongol-nongol di balik pagar tembok saya baru muncul kembali setelah satu bulan menghilang. Gosip beredar bahwa menghilangnya Mbak Wi dikarenakan ia merasa sebal dikejar-kejar oleh seorang pria baruh baya yang merindukan belaian kasih wanita setelah lama ditinggal mati sang istri untuk selamanya. Namun, gosip itu langsung dipatahkan oleh Mbak Wi, ia tidak berjualan selama satu bulan kebelakang dikarenakan sibuk oleh urusan kelahiran cucu pertamanya di desa

ilustrasi : isodl.blogger
ilustrasi : isodl.blogger
Mbak Wi adalah salah seorang penjual jamu yang masih setia dengan gendongannya. Dengan setelan kebaya dan bawahan kain batik atau dalam bahasa jawanya "jarik",  ia berjalan dari rumah ke rumah untuk menjajakan jamu buatannya. Ya, selama ini penjual jamu memang identik dengan dandanan klasik khas jawa dan gendongannya, namun di kampung saya ada beberapa yang telah bermigrasi ke gerobak dorong atau sepeda. Gayanya pun sudah tidak memakai konde dan kebaya, melainkan pakaian yang lebih kasual dan ada pula yang memakai hijab.

Ternyata beberapa tukang jamu bila ditanya tentang khasiat jamu yang dijajakan, jawabannya kurang memuaskan. Mereka biasanya hanya menjawab ala kadarnya bahwa jamu itu membuat badan segar dan menghilangkan pegal. Padahal jamu memiliki peran penting dalam dunia pengobatan sejak bertahun-tahun lamanya. 

Hal ini merujuk dari asal kata jamu yang terdiri dari kata djampi dan oesodo. Djampi berarti penyembuhan dengan ramuan obat-obatan, doa dan ajian, sedangkan oesodo adalah kesehatan. Istilah jamu ini muncul pada zaman jawa baru sekitar pertengahan abad ke 15 sampai 16. Jamu sendiri bisa di definisikan sebagai produk ramuan tunggal atau campuran dari bahan alam yang digunakan untuk pemeliharaan kesehatan, kebugaran dan kecantikan.

Jamu telah dikenal sejak zaman prasejarah, hal ini terbukti dari ditemukannya peralatan batu yang digunakan untuk menumbuk. Penemuan lain tentang eksistensi jamu ada pada zaman kerajaan Mataram kuno dimana ditemukannya benda berbentuk cobek dan ulekan di Liyangan, lereng gunung Sindoro Jawa tengah.

Keberadaan jamu pun terlihat dari relief karmawipangga yang terdapat di candi Borobudur.  Selain itu terdapat pula di candi Brambangan yang berada di komplek candi Prambanan. Bukti lainnya terdapat di candi Panataran Sukuh serta Tekalwangi. Tak hanya berupa relief yang menggambarkan cara pembuatan jamu, namun keberadaan jamu telah dicatat dalam primbon dan prasasti jawa kuno.  Serat Centini adalah salah satu primbon lengkap yang memuat tentang  jamu.

Akan halnya jamu gendong yang sampai hari ini masih eksis telah ada sejak abad ke-16. Industri jamu gendong berskala rumah tangga dirintis oleh Ny. Item dan Ny. Kembar di Ambarawa.

Ada beberapa jamu yang sangat familiar di kalangan para penikmat jamu seperti jamu beras kencur, kunyit asem, uyup-uyup atau gepyokan, pahitan, temulawak, cabe puyang, kunci sirih, sinom, sari rapet, galian singset, galian kabel #eh.

Saya sendiri adalah penggemar jamu kunyit asem. Jamu yang berbahan dasar kunyit dan asem ini baik untuk kesehatan, diantaranya dapat melancarkan aliran darah, antiinflamasi atau anti radang, anti bakteri, menyegarkan badan, menghilangkan nyeri haid, mencegah penuaan dini, mencerahkan kulit, dan mengurangi lemak dalam tubuh. Dapat diminum setiap hari secara teratur sebanyak 250 ml.

Selain kunyit asem, jamu beras kencur adalah salah satu jamu yang kerap saya nikmati, terlebih saat simbah masih ada. Jamu beras kencur buatan simbah memiliki kekentalan dan rasa yang pas. Simbah menumbuk kencur dan beras di lumpang batu kesayangannya yang beratnya tiada tara.

Banyak khasiat yang terkandung dalam racikan ini diantaranya adalah membantu proses pelangsingan badan. Selain itu, jamu ini dapat membantu menghilangkan jerawat, obat maag, obat mulas, melancarkan pencernaan, menambah stamina, mengobati masuk angin, dan menyembuhkan sariawan.

Karena saya menyukai kedua jenis jamu ini, dan  simbah sudah tak ada maka dengan tekat yang dibulat-bulatkan saya pun mencoba untuk membuat jamu sendiri. Dengan mengolah jamu sendiri, saya dapat memilih bahan-bahan yang berkualitas, terhindar dari bahan tambahan lain seperti gula biang misalnya dan yang terpenting lebih terjaga kehigienisannya. 

Membuat jamu itu ternyata tidak seribet yang dibayangkan, apalagi sekarang sudah ada alat pelumat bahan makanan yaitu blender. Kita tidak perlu bersusah payah lagi menumbuk dengan menggunakan lumpang batu dan alu kayu.  Selain itu dengan membuat jamu sendiri, setidaknya kita turut serta dalam melestarikan ramuan tradisional yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.

Jadi, mari kita pasang konde, pakai kebaya dan singsingkan lengan untuk mulai mengolah jamu sendiri, ramuan warisan leluhur yang khasiatnya tak kalah dengan obat-obatan modern.

dokpri
dokpri
JAMU BERAS KENCUR

Bahan :

  • 200 gr beras, rendam selama 3 jam.
  • 100 gr kencur, cuci bersih
  • 50 gr kunyit, cuci bersih
  • 2 sdm asam jawa, bila tidak suka asam boleh dikurangi.
  • 200 gr gula jawa
  • 2 ruas jari jahe, cuci bersih dan bakar sebentar untuk lebih keluar aromanya
  • 2 lembar daun pandan
  • 2 buah jeruk nipis
  • 6 gelas air
  • Garam secukupnya

Cara membuatnya :

Rebus air, jahe, asam, pandan, kencur, kunyit, gula jawa sampai mendidih. Lalu disaring, Setelah itu ampasnya ditumbuk atau di blender bersama beras. Saring kembali dan tambahkan air rebusan yang tadi. Tambahkan air jeruk nipis dan garam. Sajikan dingin lebih enak.

dokpri
dokpri
.JAMU KUNYIT ASEM

Bahan :

  • 250 gr Kunyit yang sudah tua, cuci bersih
  • 50 gr Asam Jawa
  • 100 gr Gula Aren
  • 1 buah Jeruk Nipis/Lemon lokal
  • 1/8 sdt Garam
  • 4 Gelas air

Cara membuatnya :

Blender atau tumbuk kunyit, tambahkan air. Rebus bersama asam, gula dan garam sampai mendidih. Biarkan dingin lalu saring. Bubuhi air jeruk nipis. Siap di minum. Sisanya dapat dimasukan ke lemari es untuk dinikmati kemudian hari.

Bagaimana, mudah kan membuatnya?

Sekian.

Referensi : wikipedia, brillio, ngetik, jamuindonesia, jamuiboe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun