Saat memberikan barang bekas pada orang lain, mungkin banyak dari kita yang langsung merasa puas karena sudah bisa bersedekah terhadap mereka yang membutuhkan.
Namun, pernah terpikir, ada orang-orang yang malah merasa sedih saat menerimanya? Pernahkan terpikir, ada orang-orang yang memaksakan senyum di depan kita, namun di belakang, ia merasa kesal atas pemberian yang diterimanya?Â
Dua pertanyaan tadi bisa muncul karena sesungguhnya, kita sudah mengoper sampah pada orang lain.
Timbunan Barang Bekas Hasil Hibahan namun Menjadi Sampah
Kejadian ini sebetulnya saya alami sendiri. Jadi sudah beberapa tahun terakhir, banyak orang yang mengetahui perekonomian saya dan keluarga sedang tak lagi baik-baik saja.Â
Mungkin karena kasihan, akhirnya saya dan keluarga pun sering mendapat barang-barang bekas pakai dari keluarga besar. Ada juga barang bekas dari teman suami.Â
Kebanyakan berupa baju atau alas kaki bekas. Dan di sinilah cerita ini dimulai. Barang yang saya terima, lebih banyak berupa barang bekas tapi tidak layak pakai.Â
Ada baju yang sudah sobek dan kalaupun anak-anak saya pakai, harus saya jahit terlebih dulu.Â
Ada baju yang kena luntur atau kena noda. Kalau saya pakaikan ke anak-anak, saya harus ekstra kerja keras merendam dan mencucinya dulu dengan penghilang noda.
Ada sepatu yang sudah ada tulisannya atau sudah kumal. Sehingga kalau dipakai, harus dicat ulang dulu dengan pewarna sepatu.