Mohon tunggu...
Ikah Sholikhah
Ikah Sholikhah Mohon Tunggu... Mahasiswi -

Mahasisiwi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta- Prodi Ekonomi dan Perbankan Islam

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Unsur-unsur Intrinsik Cerpen

13 Desember 2014   16:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:23 53460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anggota Kelompok


  1. Imas Fadlina Rahman             (14)
  2. Onindika Lintang Putri           (21)
  3. Sholikhah                                    (26)
  4. Yuni Santoso                               (32)

XII IPA 4

SMA Negeri 2 Bantul 2014/2015

UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERPEN


  1. Tema

Tema adalah gagasan pokok yang menjadi dasar suatu cerita.


  1. Alur/Plot

Alur adalah rangkaian peristiwa yang membentuk cerita. Alur dibedakan menjadi :

a. Maju            : peristiwa dimulai dari awal hingga akhir

b. Mundur       : peristiwa dimulai dari akhir peristiwa kemudian ke awal     terjadinya  peristiwa

c. Campuran    : gabungan alur maju dan mundur

Tahapan alur:

1)Perkenalan,penjelasan awal cerita.

2)Konflik mulai timbul. Kepentingan tokoh sudah mulai muncul. Akhirnya konflik mulai tampak.

3)Penanjakan konflik. Konflik sudah mulai meruncing. Kepentingan individu/ kelompok   mulai menunjukkan kerumitannya/ kegawatannya.

4)Klimaks / puncak konflik. Konflik sampai pada puncaknya.Pada tahap ini mungkin terjadi perkela-hian, perdebatan,kontak fisik,

5)Penyelesaian/ peleraian



3. Latar/Setting

Latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita, meliputi :


  1. Waktu             : keterangan tentang kapan peristiwa itu terjadi.
  2. Tempat            : keterangan tempat peristiwa itu terjadi.
  3. Suasana           : menggambarkan suasana peristiwa yang terjadi.

  1. Penokohan

Pemberian watak/karakter pada masing-masing pelaku. Penokohan dibedakan menjadi :

a. Langsung/analitik                : memaparkan watak tokoh secara secara langsung .

b. Tak langsung/ dramatik       : memaparkan watak tokoh melalui

1)dialog antar tokoh

2) tingkah laku

3)gambaran lingkungan sekitar tokoh

4)jalan pikiran

5)tanggapan tokoh terhadap tokoh lain

6)ciri fisik

7)reaksi tokoh terhadap masalah.

5.  Sudut Pandang

Merupakan posisi pengarang dalam cerita. Sudut pandang dibedakan menjadi :

a. Orang Pertama        : pengarang terlibat langsung mengalami peristiwa  peristiwa dalam cerita.

b. Orang ketiga           : pengarang tidak terlibat dalam peristiwa cerita.

Terbagi menjadi :

- terarah           : seolah-olah pengarang hanya melaporkan apa yang  dilihatnya saja

- serba tahu      : pengarang tahu segala isi hati/pikiran tokoh

6. Amanat

Merupakan pesan yang ingin disampaikan penulis melalui cerita yang dibuatnya.

7.  Gaya Bahasa

Merupakan cara pengarang menggunakan bahasa untuk menghasilkan karya sastra.

Beberapa gaya bahasa (majas) yang digunakan          :

Majas Perbandingan


  1. Hiperbola        : Gaya bahasa melebih-lebihkan sesuatu. (Tangisnya membanjiri kamar).
  2. Metafora         :Melukiskan secara langsung keadaan sesuatu dengan gambaran  yang dianggap sama. (Jago merah untuk menggambarkan api).
  3. Personifikasi    :Menggambarkan benda mati seakan-akan hidup/berkelakuan seperti hidup. (Mobilnya menari-nari kehabisan bensin).

4.Litotes             :Melukiskan keadaan bertentangan dengan keadaan sebenarnya.

(Aku cuma menyewa bilik kecil sebagai tempat berteduh).


  1. Eufemisme      :Menghaluskan arti sebenarnya.(Tuna daksa).

Simponi

karya Putu Wijaya

Waktu si Karl belum datang, hidup Om Bandowo rasanya damai. Bertahun – tahun hidup di lingkungan real estate kelas menengah di bilangan Sunter, dia anggap sudah cukup afdol. Air sumur entah sedikit dan bikin keropos kendaraan, tak apalah. Mana ada air bersih lagi yang seratus persen bening di Jakarta. Air PAM-nya juga sering kacau.

Jadi ia oke – oke saja. Orang sibuk lari keluar kota cari pemandangan yang lebih alamiah, dia tidak peduli. Lama – lama luar kota juga akan jadi kota. Kemana saja lari, cepat atau lambat juga orang akan dikuntit oleh pembangunan. Rimba beton dan tiang – tiang besi sudah merupakan era yang harus diterima. Berguru kepada kebijaksanaan Jawa, dia pun pasrah dan nrimo. Dan itu membuatnya tentram, tenang dan bahagia.

Tapi begitu si Karl, tamunya dari New York, Amerika muncul, kebahagiaan Om Bandowo hilang. Rumahnya terasa jadi neraka. Udara panas. Dan udara Jakarta penuh polusi. Dan hidup pun penuh kekurangan. Apa pasal? Soalnya si Karl tampak semerawut. Ternyata orang Manhattan itu sama sekali tidak bisa tidur. Dia bilang, semalam suntuk kamar gerah bukan main. Katanya sama saja didalam oven. Kalau jendela dibuka, nyamuk dari seluruh wilayah Jakarta Utara menyerbu pemuda berkulit putih itu. Dia tersiksa.

“Tapi karena sudah lelah, dan udara agak sejuk waktu subuh, saya akhirnya mulai dapat tidur,” kata si Karl dengan mata merah melotot. “Tapi baru beberapa detik, saya kaget. Di luar kedengaran suara loud speaker keras sekali. Saya kira ada kebakaran. Saya meloncat bangun. Sialan ! Ternyata itu tukang roti menawarkan rotinya berkoar-koar. Bagaimana sampai roti punya hak menggangu ketenangan masyarakat yang sedang tidur seperti itu?” Om Bandowo tak mampu menjawab. Dia hanya minta, supaya Karl memaafkan dan memaklumi. Lalu menganjurkan agar Karl masuk kembali ke kamarnya untuk tidur.

Tapi begitu Karl masuk ke kamar, bencana datang lagi. Sekarang tukang bakso. Dengan mobilnya yang lebih berisik, dia muncul dengan speaker yang menyakitkan. Karl langsung membuka pintu lagi dan ternganga di teras. Belum selesai mulutnya terbuka, disusul oleh tukang siomay yang pakai sepeda tapi pakai bunyi-bunyian elektronik nada tinggi monoton, sehingga sama efektif menggangu.

“Apa-apaan ini? Apa ini akan terus begini setiap hari? Bagaimana saya hidup dengan ancaman polusi bunyi seperti ini? Bagaimana anda dapat tenang dengan semua ini disini, Mas Bandowo?” Om Bandowo tercengang. Mati kutu tidak mampu menjawab.

Sore itu juga dia melepas Karl untuk berangkat ke Yogya, karena tak mampu hidup di Jakarta. Om Bandowo tak menahannya.

Setelah Karl pergi, Om Bandowo termenung. Selama ini dia menganggap semua itu biasa. Bagian dari kesibukan pagi. Dia tak pernah terganggu. Dia tak pernah mendengar apa-apa. Apa karena telinganya telah buntet? Pagi esoknya Om Bandowo mencoba mendengarkan bunyi-bunyian yang telah menyiksa si Karl itu. Aduh betul juga. Ternyata tukang roti itu berkoar-koar dengan lound speaker seperti menggebrak orang. Knalpot bajaj meledak-ledak menggedor jendela. Telinganya jadi terasa dirobek-robek. Kamar langsung jadi terasa panas bukan main. Disambung oleh sebuan nyamuk yang binal mencubiti sekujur tubuhnya.

Om Bandowo mendusin sekarang. Dia senewen. Tekanan darahnya naik. Dia tidak tahan. Langsung keluar rumah. Merapat ke pagar, membentak tukang roti dengan suara menggeledek.

“Stop! Stooooooopppp! Jangan bunyikan lound speaker kalau lewat disini, bego! Gua kagak bisa tidur gara-gara elu!”

Tukang roti terkejut. Om Bandowo yang biasa duduk tenang dan lembut itu tampak aneh. Seperti baru bangun dari kubur. Dia tercengang. Tak sadar lalu bertanya lewat mik ditangannya.

“Selamat pagi, Om. Apa kabar? Mau roti apa? Mumpung masih hangat.”

“Pergi! Pergi! Kalau tidak, gua panggil hansip! Cepetan pergiiiiiii!

Tukang roti itu tercengang, lalu buru-buru menekan knop off pada mik-nya. Terus melarikan mobil. Sejak itu setiap kali lewat depan rumah Bandowo, dia tak berani menjajakan dagangannya. Perilaku itu dikuntit oleh pedagang-pedagang yang lain yang rata-rata sudah disemprot Om Bandowo.

Tiga bulan kemudian, si Karl kembali muncul dirumah Bandowo. Kali ini dia mau bilang good bye, karena akan pulang ke negerinya. Om Bandowo tidak berani menawarkan menginap, tapi si Karl malah bertanya, apa boleh tinggal barang dua malam. Om Bandowo menerima dengan senang hati, sebab dia sudah yakin rumahnya bebas polusi bunyi.

Malam berlalu dengan santai. Besok paginya, Om Bandowo menunggu diteras dengan sarapan pagi dan senyum besar.

“Gimana Karl, dapat tidur, ‘kan?”

Karl menggeleng kepala dan mengangkat pundaknya seperti kecewa. Om Bandowo bingung.

“Lho kenapa, Karl? Tukang-tukang jualan itu ‘kan sudah tidak mengganggu lagi?”

“Ya, itulah soalnya,” kata si Karl. “ kalau tidak salah, dulu waktu saya kemari nginap disini, mereka ‘kan banyak sekali. Ada tukang roti, tukang siomay, tukang sayur, macam-macam begitu. Mereka kaya dengan bunyi. Setiap mereka punya bunyi dengan karakter masing-masing, seperti sebuah simpony yang indah. Sekarang kemana mereka? Kenapa lingkungan ini menjadi seperti mati, tidak ada kegairahan hidup yang spontan seperti dulu?”

Om Bandowo terpesona.” Simponi. Itu simponi?” desisnya sambil mengenangkan bunyi-bunyian itu. Dan merasakan betapa sepinya suasana tanpa semua itu. Maka begitu si Karl pergi, Bandowo langsung memanggil tukang-tukang itu dan berteriak:

“Ayo, bunyikan lagi! Bunyikan yang keras simponinya!”

(Sumber: Antologi Cerpen Putu Wijaya Protes, hal. 75, Grafiti, 1995) http://www.ben-na.co.cc

UNSUR-UNSUR INTRINSIK

dalam
CERPEN SIMPONI KARYA PUTU WIJAYA


  1. Tema :Hidup akan tentram, tenang dan bahagia jika pasrah dan nrimo

  1. Alur : Maju

Dibuktikan :

Perkenalan       : pengenalan suasana lingkungan di sekitar rumah Om Bandowo yang damai sebelum kedatangan Si Karl dari New York.

Muncul konflik : kedatangan Karl di rumah Om Bandowo

Komplikasi      : Karl tidak bisa tidur nyenyak karena banyak suara-suara pedagang silih berganti menganggu waktu tidur Karl

Klimaks           : Om Bandowo marah-marah kepada setiap pedagang yang melewati depan rumahnya dengan membunyikan bunyi-bunyian setelah ia merasakan apa yang dieluhkan Karl.

Antiklimaks     : Karl tiba dari Yogja dan menginap kembali di rumah Om Bandowo. Dia merasakan suasana yang berbeda di rumah Om Bandowo yang menjadi sepi karena tidak lagi bunyi-bunyian dari para pedagang yang lewat.

Penyelesaian    : Om Bandowo membenarkan perkataan Karl yang mengatakan bahwa bunyi-bunyian tersebut adalah sebuah simponi. Hal itu membuat Om Bandowo merasa kangen dengan bunyi-bunyian itu dan memanggil para pedagang itu lalu mengajak mereka untuk membunyikan bunyi-bunyian itu lagi.


  1. Latar :

    • Peristiwa 1     : Ketika Karl datang

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
    Lihat Bahasa Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun