Mohon tunggu...
Ika Kartika
Ika Kartika Mohon Tunggu... Communicating Life

PNS yang percaya bahwa literasi bukan cuma soal bisa baca, tapi soal mau paham. Kadang menulis serius, kadang agak nyeleneh. Yang penting: ada insight, disampaikan dengan cara yang asik, dan selalu dari kacamata ilmu komunikasi—karena di situlah saya belajar dan bekerja. Seperti kata pepatah (yang mungkin baru saja ditemukan): kalau hidup sudah terlalu birokratis, tulisan harus tetap punya nyawa.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Bukan Anak Raja? Maka Menulislah-Catatan untuk ASN Zaman AI

8 Juli 2025   11:57 Diperbarui: 8 Juli 2025   11:57 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ironisnya, sebagian dari kita sudah punya akses dan perangkat yang lengkap. Bahkan sudah pegang jabatan yang bisa membuat satu kalimatnya bernilai berita. Namun tidak digunakan untuk menulis, hanya untuk bicara. Padahal, suara bisa hilang. Sementara tulisan, jika dirawat dengan baik, bisa tinggal lama. Bahkan lebih lama dari masa dinas kita.

Menulis Tanpa AI: Sebuah Pilihan Sadar

Di zaman sekarang, ketika Artificial Intelligence bisa merangkai tulisan dalam hitungan detik, dua teman saya itu memilih menulis secara manual. Mereka tahu, AI bisa membantu, namun mereka ingin merasakan dulu bagaimana berpikir sendiri, menggali gagasan sendiri, lalu menyusunnya dalam paragraf demi paragraf.

Bagi saya, itu adalah bentuk penghormatan kepada proses.
Dan saya tahu, proses itulah yang membentuk kualitas.

Bukan berarti menulis pakai AI itu salah. Saya pun menggunakannya. Namun saya gunakan sebagai alat bantu, bukan pengganti. AI saya jadikan cermin, editor, atau pemantik. Sedangkan ruh tulisan tetap dari saya.

Maka, ketika dua teman saya menulis tanpa AI, saya merasa lega. Karena mereka memulai dari yang paling dasar: berpikir dulu, baru menulis. Bukan sebaliknya.

Legacy ASN Tak Selalu Harus Berupa Proyek

Sebagian ASN mengukur legacy dari proyek yang dibangun, kegiatan yang dilaksanakan, atau jabatan yang pernah diemban. Semua itu penting. Namun semua itu juga bisa terlupakan.

Menulis, meski tampak sepele, justru bisa menjadi warisan intelektual yang tak lekang waktu. Bukan sekadar laporan tahunan, melainkan catatan pribadi, opini publik, atau refleksi kebijakan yang ditulis dari dalam hati dan pikiran.

Bayangkan kalau setiap ASN menulis satu artikel saja dalam setahun---tentang apa yang mereka pelajari, tantangan yang mereka hadapi, dan solusi yang mereka pikirkan. Maka kita akan punya ribuan literatur hidup tentang birokrasi dari mereka yang menjalani langsung.

Dan bangsa ini akan punya lebih banyak rekam jejak. Tidak hanya dalam bentuk angka, namun juga dalam bentuk cerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun