Mohon tunggu...
Syamsurijal Ijhal Thamaona
Syamsurijal Ijhal Thamaona Mohon Tunggu... Penulis - Demikianlah profil saya yg sebenarnya

Subaltern Harus Melawan Meski Lewat Tulisan Entah Esok dengan Gerakan Fb : Syamsurijal Ad'han

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Biarkan Terorisme Mekar di Bumi Pertiwi!

13 Mei 2018   18:24 Diperbarui: 14 Mei 2018   07:08 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak berselang lama setelah napi teroris di Mako Brimob mengamuk dan membunuh 5 anggota polisi, tadi pagi, minggu sekitar pukul 7.30 wib, kelompok teroris kembali mengebom beberapa gereja di Surabaya. 

Dari visum dokter yang beredar mengenai pembunuhan lima polisi di Mako Brimob tersurat nyata bagaimana sadisnya tindakan yang mereka lakukan. Di luar batas kemanusiaan dan sudah pasti sangat bertolak belakang dengan ajaran agama.

Sementara di gereja-gereja yang mereka bom di surabaya menyisakan beberapa korban meninggal dan luka luka. Di antara korban-korban tersebut terdapat anak-anak. Anak anak yang masih punya masa depan panjang itu, harus menanggung derita, mungkin di antara mereka ada yang akan menyongsong hari-harinya dengan cacat di tubuh. 

Perbuatan yang sungguh sulit diterima akal sehat tapi itulah yang terjadi. Tindakan teror ini bukan semata mata teror terhadap orang yang beda agama. Umat Islam pun tidak akan luput dari ancaman ini. Soalnya bagi kaum teroris sistem pemerintahan kita adalah thagut dan siapa pun yang mendukungnya wajib diperangi.

Jika demikian kenapa terorisme tidak ditumpas sampai habis? Dienyahkan saja dari bumi pertiwi. Mudah  mengatakannya tapi sulit untuk melakukannya.

Menangani terorisme ibarat kita membakar alang-alang. Kita bisa membakar alang-alangnya, tapi belum tentu bisa memusnahkan akarnya. Begitulah terorisme, pelaku teror bisa ditangkap atau ditembak, tapi terorisme bisa tetap tumbuh, mekar dan berkembang.

Makanya ketika ada yang bilang, apa sih susahnya menangani terorisme itu? Tembak saja semua biar mati sekalian! Itu ibarat orang yang memandang satu hal dengan hanya menggunakan satu mata. Mata satu- satunya yg dipake melihat itu  pun dipicingkan sedemikian rupa.

Terorisme bukan hanya sekedar mereka yang turun gelanggang melakukan teror. Bukan hanya para pengantin, demikian istilah banalnya.  Terorisme sudah menjadi idiologi dan paham. Ia bekerja secara sitematis memengaruhi akal sehat manusia. Celakanya mereka menggunakan agama sebagai alat untuk memuluskan paham tersebut bisa  diterima orang lain. Dengan dan melalui agama itulah, daya terjangnya untuk memengaruhi orang jauh lebih dahsyat.

Terorisme atau yang menguatkan terorisme di Indonesia,  setidaknya  dapat dibagi menjadi beberapa rumpun. Pertama adalah mereka yang terlibat langsung. Mereka ini juga terbagi menjadi tiga lapisan: idiolog, organisatoris dan pengikut. Yang disebut terakhir  adalah mereka para perakit, operator alat, pendukung aksi dan pengantin (Zora, 2013). Nah! Pada lapisan ketiga ini kebanyakan mereka adalah anak muda. Syafii Mufid menyebut 63,6% adalah anak muda berpendidikan setingkat SMA.

Kedua adalah mereka yang saya istilahkan para suporter terorisme. Mereka belum terlibat secara langsung. Belum menjadi bagian dari jaringan. Tapi mereka menyetujui aksi-aksi terorisme. Alasannya macam-macam. Ada yang menganggapnya sebagai bagian dari jihad, ada yang berasumsi saat ini umat Islam di Indonesia lagi ditindas dan ada yang melihatnya sebagai bagian dari upaya mengembalikan marwah Islam yg kini telah terkoyak-koyak. Kelompok ini cukup besar dan berkembang di sekolah-sekolah serta kampus. Saya memiliki data-data secara kuantitatif maupun kualitatif terkait hal ini (akan ditulis dalam tulisan lain).  Dalam bahasa yg lain kelompok ini lazim  diistilahkan sebagai kaum radikalis  agama. Selangkah lagi, kelompok ini akan berubah menjadi teroris.

Rumpun ketiga, adalah mereka yang selalu melihat aksi-aksi teror dalam kaca mata konspiratif,  pengalihan  isu atau rekayasa. Pada rumpun ini ada politisi opurtinis. Mereka memanfatkan aksi teroris sebagai pengalihan isu. Dengan cara itu politisi opurtunis ini berharap menjatuhkan lawan politiknya yg dianggap sengaja merekayasa aksi tersebut. Ada pula kelompok yg merasa harus melihat aksi teror dengan sikap lebih kritis dan dari sudut yang berbeda sehingga penting menggunakan teori konspirasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun