Day 15 (Senin, 2 Juni 2025/6 Dzulhijjah 1446H)
Karena bis solawat sudah berhenti beroperasi, hampir semua jemaah tidak pergi ke Masjidil Haram. Kami semacam dikarantina, diminta untuk tetap di hotel saja untuk menjaga kesehatan menuju puncak haji. Di lantai 6, sepertinya hanya mbah Gimin (73 tahun) yang masih ke Masjidil Haram untuk salat subuh dengan berjalan kaki. Selebihnya salat di masjid Ar Rahman atau di mushola hotel. Bahkan, siang ini ada himbauan untuk salat berjamaah di lobby lantai masing-masing saja karena antrian lift mengular.
Pagi hari ini saya turun ke depan bersama suami untuk sekedar mencari oleh-oleh yang bisa dibeli. Tapi kesiangan. Baru melihat-lihat sebentar, mobil askar sudah datang. Pedagang segera memberesi dagangannya dan berlarian menghindari askar. Mereka berjalan terburu-buru dan menghilang di balik gedung.
Saya mengamati, di sini askar sangat disegani. Askar yang di mobil hanya seorang diri, itupun hanya duduk saja sambil sesekali membunyikan klakson, tapi pedagang sudah otomatis bubar. Tidak perlu teriak-teriak atau mengancam, pedagang sudah bubar. Yah meskipun setelah mereka pergi, para pedagang menggelar dagangan lagi. Askar membiarkannya. Saya rasa pasti karena para askar itu juga masih memiliki hati nurani.
Ba'da Ashar kami mengikuti koordinasi berbasis kloter bertempat di mushola. Ternyata di mushola berkumpul juga jemaah dari kloter lain yang sama-sama menginap di hotel ini. Informasi yang saya dapat, kloter saya mendapat giliran berangkat ke Arafah pada hari Rabu sekitar jam 1 -- 2 siang. Selanjutnya, petugas haji kloter 58 mengingatkan kembali mengenai manasik haji.
Malam harinya, saya bersama suami menunggu waktu isya di taman. Ternyata pada malam hari, taman ini tetap ramai. Lampu taman membuat suasana jadi benderang. Bedanya, tidak ada anak-anak yang ikut bermain. Lingkaran teman, keluarga, maupun pasangan suami istri duduk bersama menikmati suasana malam. Ada yang makan, ada yang hanya tiduran, ada yang ngobrol. Saya amati sekeliling, banyak wajah dari berbagai negara. Bahasanya pun beragam. Tapi tentu saja, wajah Indonesia tetap yang mendominasi.
Meskipun udara terasa panas (suhu malam ini mencapai 34) tetapi angin sepoi berhembus mendinginkan suasana. Tapi sayang sekali, suasana yang sejuk ini dikotori oleh asap rokok yang entah darimana sumbernya. Kalau yang sering saya lihat ya orang Indonesia yang banyak merokok. Bahkan saat antri menunggu bis di mana puluhan jemaah berdiri sesak, ada yang dengan cuek tetap merokok.
Adzan Isya berkumandang dari berbagai penjuru tepat pukul 08.30, termasuk dari mobil sound system yang parkir di taman untuk keperluan adzan dan imam. Para pengunjung taman segera menuju bagian depan taman yang sudah dialasi karpet. Tak berselang lama, iqomat pun dikumandangkan. Suara imam terdengar merdu membaca halaman 31 surat Al Baqarah ayat 197 - 202 dalam dua rakaat. Ayat-ayat pada halaman ini semuanya membahas tentang haji.
"(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal."Â (ayat 197)
Menjelang prosesi haji, imam seperti sengaja mengajak para jemaah untuk merenungi kembali ayat yang berhubungan dengan haji. Ayat ini menjadi dalil bahwa haji tidak bisa dilaksanakan pada sembarang waktu, melainkan hanya pada bulan-bulan yang ditentukan, yaitu Syawal, Dzulqo'dah, dan 10 hari pertama Dzulhijjah). Selain itu, menyebutkan juga larangan haji yaitu rafats, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan pada saat melaksanakan haji. Ayat ini juga menyuruh orang yang berhaji untuk berbekal, dan bahwa sebaik-baik bekal adalah bekal takwa.
Ayat berikutnya menjelaskan manasik haji yaitu setelah dari Arafah, jemaah haji menuju ke Muzdalifah (Masy'aril Haram) dengan menyebut-nyebut nama Allah dengan doa, takbir, tahlil, talbiyah, dan mohon ampun pada Allah. Pada rangkaian ayat ini juga disebutkan perbedaan doa orang-orang yang mengerjakan haji. Ada yang berdoa hanya untuk kebaikan dunia saja dan ada yang berdoa untuk kebaikan dunia dan akhirat serta perlindungan dari siksa kubur. Inilah doa sapu jagat itu, "Rabbana aatina fid dunya hasanah wa fil aakhirati hasanah waqinaa adzabannaar."