Mohon tunggu...
Iip  Syarip Hidayat
Iip Syarip Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Blogger, Enterprenuer, Konten Kretor dan penulis

email :iipsyarip1@gmail.com Fb. Iip Syarip Hidayat Telp. 085524657568

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

My Facebook My Inspiration

11 Oktober 2016   19:00 Diperbarui: 11 Oktober 2016   19:09 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam minggu kata orang – orang adalah malam yang panjang. Diamana hampir semua anak muda mengatur rencana.  Ada yang merencanakan nonton bareng ada pula yang hanya sekedar karaoke dan lain lain. Jika tidak keluar  rumah pun  pasti ada yang datang ke rumah. Namun semua hal itu hampir tak pernah aku alami.

Namaku Aisyah, aku terlahir dari keluarga yang super protektif dalam mendidik anaknya. Ayahku seorang ahli mesjid, hampir disetiap waktu ia pasti pergi untuk shalat berjamaah. Baginya shalat berjamaah adalah merupakan suatu keharusan yang tak boleh ia tinggalkan dan menurutnya jika meninggalkan shalat berjamaah adalah suatu kerugian. Karena ia meyakini bahwa begitu besar manfaat dan pahala solat berjamaah. Walau pekerjaan ayahku hanya sebagai seorang pegawai negeri biasa namun ia tak pernah meninggalkan shalat berjamaah.  Begitupun ibuku, ia rajin  mengikuti pengajian – pengajian di majlis ta’lim. Meski ibu sibuk dengan pekerjaannya mengurus rumah tangga namun ia tak pernah ketinggalan mengikuti pengajian.

Begitulah kehidupan keluargaku, aku sangat beruntung dilahirkan dari sebuah keluarga yang islami dan  yang taat beragama. Aku banyak mendapat pengetahuan agama dari mereka. Cara mereka mendidik ananya pun sangat berbeda dengan orang tua pada umunnya. Mereka lebih banyak memproteksi anaknya dari hal hal negatif. Seperti pergaulan yang tidak baik, nongkrong gak karuan, main ke club malam, nonton bioskop, dan masih banyak lagi. Jangankan untuk hal – hal tersebut, untuk berteman saja mereka tidak mengizinkaku berteman dengan sembarangan orang. Mereka harus tahu siapa orang tuanya dan latar belakang keluarganya. Apalagi kalau aku berteman dengan seorang cowok, wah itu sangat tidak mungkin bagiku.

Dari cara orangtuaku mendidik,  membuatku hampir kehilangan masa – masa remajaku. Namun sebagai anak yang baik aku harus menunjukan baktiku pada mereka. Aku tak pernah protes apalagi menuntut sesuatu pada mereka. Aku hanya ingin menunjukan bahwa aku adalah anak yang solehah dan taat pada orang tua. Karena mungkin dari kecil aku sudah terbiasa hidup dengan penuh aturan dan juga lebih dikenalkan hukum – hukum agama. Jadi selain aku berbakti pada mereka, akupun tahu akibat – akibat yang akan terjadi jika aku melanggar nasihat- nasihat mereka.

Kegiatan rutinku selain sekolah adalah nonton TV, bantu ibu masak, dan baca buku. Kadang di hari libur mereka membawaku berlibur.  Kegiatanku memang membosankan, tetapi untung saja ketika aku sudah memasuki usia SMP, orang tuaku sudah membolehkan aku bermain gadget dan internet. Bagiku itu sangat bertarti karena memang aku, jarang keluar rumah. Namun walaupun oarangtuaku membesakanku bermain internet, tetapi tetap saja mereka selalu memantauku. Bahakn mereka lebih mangarahkanku pada hal – hal positif melalui internet.

Sebelum aku di izinkan bermain internet, aku memang suka membaca buku. Terutama buku – buku tentang cerita. Hobbyku berlanjut di internet. Aku mulai membuat akun Facebook yang teman – temanku sudah punya sejak SD. Dari situlah aku seolah mulai mengenal dunia yang lain yang selama ini aku hanya berteman buku, TV dan ibuku.  Melaui facebook, aku jadi tahu semua hal tentang orang lain, apa yang orang  lakukan, apa yang orang rasakan dan presatasi serta kesuksesan. Karena aku suka membaca dan sedikit sering menulis, aku cari nama- nama penulis novel terkenal seperti andrea Hirata, Asma Nadia, dan habiburrachamn.   Selain aku mengikuti akun mereka, aku pun bergabung dengan komunitas – komitas penulis lainya. Seperti penulis cerpen, puisi, artikel, dan novel.

Ketika aku membuka beranda di facebookku, aku sering melihat postingan orang – orang hebat menerbitkan buku, mendapat penghargaan menulis, bahkan nama dan fotonya sering nemebeng di koran dan majalah.  Dari situlah aku mulai termotivasi untuk menulis buku dan ingin seperti mereka.

Aku mulai dengan menulis ceritaku sendiri dan pengalam – pengalamanku dan pengalaman teman temanku yang aku modifikasi menjadi sebuah cerita pendek. Selain itu  adapula cerita yang benar- benar mengandalkan imajinasiku. Namun yang paling banyak aku tulis adalah cerita yang pernah aku dan temanku alami. Jadi lebih gampang menulisnya dan ceritanya mengalir begitu saja. Akupun coba menulis puisi dan artikel.

Seiring berjalanya waktu akupun semakin pandai menulis, cerpen – cerpenku mulai aku kumpulkan sampai tidak terasa sudah hampir mencapai seratus judul cerpen. Aku pun mulai rajin mengirimkan cerepnku ke grup komunitas penulis dan  media cetak. Tak disangaka cerpenku di muat di sebuah koran daerah, wah senangnya bukan main. Walau bayaranku tak seberapa namun banggannya tak bisa ternilai. Aku beli tuh koran yang memuat tulisan pertamaku lalu aku gunting dan di masukan ke pigura foto kemudian aku gantung sebagai hiasan rumah.

Aku semakin terpacu untuk menulis lebih baik lagi. tulisan – tulisanku mulai di muat di media – media, baik media cetak amupun media online. Ahkirnya mimipiku jadi kenyataan, bak durian jatuh, ketika aku sedang semangat – semangatnya menulis tiba- tiba ada sebuah penerbit menawarkanku membuat buku. Akupun sering di undang ke acara – acara seminar untuk menjadi pengisi acara dan pembicara. Pundi – pundi rupiahpun semakin bertambah.

 Dari kerja kerasku,  aku bisa mengumrohkan orangtuaku., merenovasi rumahnya mereka. Alhamdulilah akhirnya Ya Alloh mungkin inilah hikmah dari apa yang orantuaku ajarkan tentang hal – hal baik kepadaku. Selain aku bisa menjadi pribadi yang baik, akupun bisa membanggakan mereka.  Terima kasih atas semunya yang ayah ibuku berikan kepadaku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun