Mohon tunggu...
Iik Nurulpaik
Iik Nurulpaik Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Akademisi, Pemerhati Pembangunan Bangsa

Edukasi jalan literasi peradaban

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Takut Jatuh Miskin, Bukan Martabat

8 Desember 2022   19:03 Diperbarui: 8 Desember 2022   19:08 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sebuah kisah menarik dalam buku yang ditulis oleh Noreena Hertz, berjudul "the silent take over". Dia menulis kisah tentang Clive Harold yang berasal dari keluarga kaya. Dengan kekayaannya itu ia menjadi seorang yang pemboros, pemabuk, bermewah-mewah hidupnya.

Waktu kecil Harold berteman dengan pangeran Charles dari Inggris. Tetapi pada suatu ketika ia mengalami kebangkrutan juga. Dia seorang  kaya raya yang akhirnya menjadi seorang gelandangan. Dari kenyatan itu ia kemudian mengalami depresi dan kehilangan kepercayaan diri. Setelah berpisah sekian tahun lamanya pada tahun 1957 mereka bertemu kembali dalam sebuah kunjungan ke kantor big issue, sebuah majalah yang dijual oleh kalangan yang telah jatuh miskin di London, tapi kini keadaanya telah berubah.

Harold, yang dahulu kaya tinggal di rumah mewah milik orang tuanya telah menjadi penjual majalah, hidup dijalanan menggelandang. Pada saat itu sang pangeran berkomentar, "bahkan dengan latar-belakang keluarga yang sangat mendukung, kaum muda dewasa ini merasakan sulit untuk mempertahankan rasa percaya diri mereka melawan tekanan kehidupan modern yang sangat berat''.

Peristiwa yang dialami Clive Harold merupakan sebuah peringatan yang tegas bahwa ketunawismaan dapat menimpa siapa saja. Kemiskinan akan dapat menimpa siapa saja pada suatu ketika tidak mengenal batas-batas dan tingkat sosial. Bahkan sekarang ini kita saksikan banyak para pengusaha masuk penjara akibat korupsi, para pejabat yang terjerat korupsi, yang dulunya mereka begitu mapan kini diambang kebangkurutan dan kemelaratan.

Menjadi pelajaran berharga bagi setiap orang bahwa gaya hidup yang mengumbar nafsu kebinatangan (predatory instinct) seperti kemewahan yang berlebihan, memamerkan kebebasan yang melanggar norma-norma hukum dan adat istiadat, juga penggunaan cara kotor, kekerasan, dan korupsi untuk mencapai tujuan amat berbahaya bagi kehidupan pribadi dan sosial.

Perilaku pemborosan, bermewah-mewahan, bermalas-malansan diatas kekayaan yang melimpah dapat membuat dan mendorong dua kemungkinan, pertama, akan ditiru oleh masyarakat kelas bawah, dan kedua, akan menyebabkan sikap antipati yang berujung pada sikap kecewa serta permusuhan yang berlebihan dari masyarakat kelas bawah, kaum miskin, proletar.

Pengalaman runtuhnya orde lama, orde baru, juga berawal dari kebencian terhadap kalangan atas, pejabat korup, orang kaya yang tak peduli orang miskin, kesewenangan kekuasaan. Para pejabat pada waktu orde lama dijuluki "kapitalis birokrat" (kabir) karena gaya hidup mereka yang jauh dari realitas masyarakat saat itu yang hidup dalam kesengsaraan dan kemelaratan.

Gaya hidup sejenis demikian muncul pula di masa orde baru. Para pejabat, pengusaha, para penguasa suka menghalalkan segala cara dan korup, bermewah-mewahan. Akhirnya menuai kebencian rakyat yang tertindas dan akhirnya berontak.

Perilaku budaya orang hari ini tampak amat mendewakan kemewahan dunia, dan yang paling ditakutkan orang saat ini adalah jatuh miskin, bukan jatuh kehormatan, martabat, harga diri. Istri atau anak seorang koruptor merasa biasa-biasa saja kok..saat suami dan ayah mereka ipenjara karena korupsi, tidak merasa harga diri dan kehormatannya runtuh.

Oleh karenanya mereka berlomba dengan cara apapun untuk memperoleh harta dan kekuasaan. Takut anak istrinya tidak makan enak, tidak berpakaian mewah, tidak hidup mewah, takut sengsara, takut keaparan. Maka mencuri, maling uang rakyat, korupsi, menipu, menindas orang kecil, kriminal, melawan hukum negara, melawan norma, bahkan melawan hukum-hukum tuhan sekalipun dilakukannya. Bahkan hari ini banyak orang yang sudah tidak mempercayai adanya hukum-hukum Tuhan bahkan tidak percaya adanya Tuhan itu sendiri.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun