Di tengah hiruk pikuk pelaksanaan haji 2025 yang sedang berlangsung, jutaan jamaah dari seluruh dunia kembali memadati Tanah Suci untuk menunaikan Ibadah Rukun Islam yang ke Lima. Melihat kerumunan jamaah yang damai dan tertib di sekitar Ka'bah, kita diingatkan pada sebuah peristiwa bersejarah sekitar 1400 tahun silam di tempat yang sama ketika Nabi Muhammad SAW. menunjukkan kepemimpinan luar biasa dalam menyelesaikan konflik peletakan Hajar Aswad.
Peristiwa ini terjadi kurang lebih pada tahun 605 M, ketika Nabi masih berusia 35 tahun tepatnya sebelum diangkat menjadi Rasul. Pada saat itu Ka'bah dalam keadaan rusak akibat banjir besar dan perlu diadakannya renovasi. Semua suku Arab di Makkah bergotong-royong membangun kembali rumah Allah tersebut. Namun ketika pembangunan hampir selesai, muncul perselisihan hebat diantara semua suku. Setiap suku ingin mendapat kehormatan meletakkan Hajar Aswad kembali kepada tempatnya. Suku Quraisy, Banu Hashim, Banu Umayyah, dan suku-suku lainnya saling mengklaim hak tersebut Yang mengakibatkan Situasi semakin memanas dan hampir berujung pada pertumpahan darah.
Dalam kebuntuan ini, para pemuka suku bersepakat meminta pendapat orang pertama yang memasuki Masjidil Haram keesokan harinya ialah tang akan mengangkat Hajar Aswad. Esok hari telah tiba ternyata yang datang pertama adalah Muhammad bin Abdullah, yang sudah terkenal jujur dan dapat dipercaya dengan sebutan Al-Amin. Ketika diminta menyelesaikan masalah, beliau tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan yang bisa merugikan salah satu pihak.
Solusi yang ditawarkan Nabi Muhammad SAW. begitu inovatif dan tak terduga. Beliau meminta sehelai kain putih dibentangkan, Selanjutnya dengan tangannya sendiri beliau meletakkan Hajar Aswad tepat di tengah kain tersebut. Kemudian beliau meminta perwakilan dari setiap suku untuk memegang ujung-ujung kain. Semua suku bersatu mengangkat kain tersebut hingga mencapai posisi yang tepat, dan Muhammad SAW yang menempatkan Hajar Aswad pada posisi seharusnya.
Dari sana terlihat betapa cerdas dan bijaksananya solusi ini. Tidak ada yang merasa diabaikan, semua pihak terlibat dan merasa dihargai. Yang tadinya peristiwa tersebut hampir berperang malah menimbulkan keharmonisan pada setiap suku. Konflik berubah menjadi momen persatuan yang indah.
Melihat kondisi haji tahun ini, dimana Arab Saudi kembali menerima jutaan jamaah setelah pembatasan pandemi, kita bisa melihat bagaimana prinsip kepemimpinan Nabi Muhammad itu di refleksikan dalam Pengelolaan jutaan jamaah dari lebih dari 180 negara dengan latar belakang budaya, bahasa, dan kondisi ekonomi yang berbeda tentu bukan perkara mudah. Namun seperti solusi kain putih yang melibatkan semua suku, penyelenggaraan haji kini juga memerlukan kerja sama dan koordinasi yang solid antara Arab Saudi sebagai tuan rumah dengan negara-negara pengirim jamaah.
Kita juga bisa melihat bagaimana sistem kuota haji yang adil diterapkan, dimana setiap negara mendapat jatah berdasarkan jumlah penduduk Muslim. Tidak ada negara yang diprioritaskan berdasarkan kekuatan ekonomi atau politik. Prinsip keadilan yang diajarkan Nabi Muhammad benar-benar terlihat dalam implementasi ini.
Teknologi modern juga dimanfaatkan untuk memastikan semua jamaah mendapat pelayanan terbaik. Sistem gelang elektronik, aplikasi panduan haji, transportasi massal yang canggih, bahkan sistem AI untuk mengatur kerumunan - semuanya dirancang agar ibadah haji berjalan dengan lancar serta aman tanpa ada kendala apapun. Inovasi ini sejalan dengan kreativitas Nabi Muhammad dalam mencari solusi yang belum pernah ada sebelumnya.
Yang paling menyentuh adalah bagaimana haji tetap menjadi simbol persatuan umat Islam global. Melihat jamaah dari berbagai negara, ras, dan status sosial berdampingan dengan mengenakan pakaian ihram yang sama, kita diingatkan pada momen ketika semua suku Arab bersatu mengangkat kain berisi Hajar Aswad. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, semua sama di hadapan Allah.
Bagi kita yang menyaksikan prosesi haji dari jauh, peristiwa Hajar Aswad mengajarkan bahwa kepemimpinan sejati bukan tentang menang-kalah, tapi tentang menciptakan solusi yang menguntungkan semua pihak. Tidak hanya untuk urusan besar seperti haji, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari kita. Ketika menghadapi konflik di rumah, kantor, atau masyarakat, kita bisa mencontoh cara Nabi Muhammad yang tidak terburu-buru menyalahkan, tapi mencari jalan keluar yang adil dan bijaksana.
Di bulan haji yang penuh berkah ini, semoga kita semua dapat mengambil hikmah penting dalam setiap permasalahan, selalu ada solusi yang bisa mengangkat martabat semua pihak. Seperti hal nya Hajar Aswad yang kembali ke tempatnya dengan damai.....
Subhanallah......
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI