Sikap 'kekanak-kanakan' para mahasiswa yang menolak bertemu dengan Presiden Jokowi disayangkan banyak pihak. Salah satunya oleh mantan aktivis 1998.
Hari Purwanto, mantan aktivis 1998, menyayangkan sikap Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia menolak tawaran Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk berdialog.
Menurutnya, mahasiswa hendaknya memanfaatkan ajakan tersebut untuk menyampaikan langsung tuntutannya kepada Jokowi.
Ketika Presiden Jokowi mengajak berdialog, semestinya adik-adik mahasiswa itu langsung konsolidasi dan menyambut ajakan tersebut. Bukan malah menolaknya.
Padahal, Mahasiswa bisa memanfaatkan ajakan tersebut sebagai momentum untuk menyampaikan tuntutannya secara langsung kepada Presiden Jokowi.
Mereka tak perlu khawatir dengan pertemuan tersebut lantaran keterbukaan informasi di era demokrasi saat ini terjamin. Media juga akan berperan dalam mengawal dialog tersebut.
Kondisi ini tentu saja berbeda dengan era 1998 dimana aktivis harus sembunyi-sembunyi dalam berkonsolidasi.
Kita harusnya sadar bahwa dialog bisa menjadi opsi  untuk mempercepat tuntutan mahasiswa segera dikabulkan dan bisa memaparkan seluruh aspirasi beserta tuntutannya secara langsung, terperinci, tanpa sekat dan tanpa perantara.
Dialog juga merupakan ciri insan akademi untuk instrumen berdialektika dengan segera mengutarakan tuntutannya. Bukan memperpanjang provokasi, tapi tanpa solusi.
Kita turut menyayangkan sikap kekanak-kanakan para mahasiswa tersebut. Akal sehatnya telah tertutup dengan emosi dan egoisme diri sendiri.