Mohon tunggu...
Ihsan Imaduddin
Ihsan Imaduddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Hidup didunia untuk mengabdi kepada Allah SWT dan bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Melihat Tradisi Malam Tujuh Likur di Kabupaten Lingga

30 Mei 2019   23:22 Diperbarui: 30 Mei 2019   23:44 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu pintu gerbang dan lampu colok dalam tradisi tujuh likur di Kabupaten Lingga.

Menjelang berakhirnya bulan suci Ramadhan, masyarakat Lingga akan merayakan salah satu tradisi turun temurun orang tua dahulu.

Tradisi tersebut yaitu malam tujuh likur. Yang dimana dilaksanakan tepat pada malam ke 27 ramadhan.

Bagi masyarakat Lingga, malam 27 ramadhan adalah malam yang sangat suci. Pada malam ini, masyarakat Lingga memasang lampu colok di pekarangan rumah, hingga sepanjang jalan yang dilalui masyarakat.

Tak hanya memasang lampu colok, namun mereka juga membuat pintu gerbang yang disetiap perkampungan.

Mengapa 27 Ramadhan tersebut sangat sakral bagi masyarakat Lingga? Rupanya, dalam tradisi di Lingga bahwasannya malam 27 tersebut adalah malam turunnya Lailatul Qodr. Jadi setiap rumah dan lingkungan harus terang benderang.

Pada malam ini selain memasang lampu colok dan pintu gerbang, masyarakat menggelar doa bersama, dan menghidangkan bermacam macam masakan khas melayu Lingga seperti Lakse, Lendoot, Kepurun, dan lain sebagainya.

Begitulah tradisi malam tujuh Likur yang ada di Kabupaten Lingga. Salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Kepulauan Riau. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun