Mohon tunggu...
Dana Jyota
Dana Jyota Mohon Tunggu... Penulis - Tokoh Masyarakat

"Belajar tentang pikiran dan ilmu pengetahuan"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Konsep Ketuhanan dalam Agama Hindu Menurut Upadesa

14 Maret 2023   12:11 Diperbarui: 14 Maret 2023   12:09 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Karena sifat dan kemampuan manusia yang serba terbatas, sedangkan Sang Hyang Widhi adalah Maha sempurna, dan tak terbatas, kita tak mampu melihatnya. Kita tak dapat melihat Sang Hyang Widhi bukan berarti Sang Hyang Widhi tidak ada. Sebagai halnya bintang. Di siang hari kita tidak melihat bintang, tidak berarti bintang itu tidak ada atau hanya ada pada waktu malam saja. Karena mata kita tidak mampu menembus sinar-sinar matahari, itulah sebabnya kita tidak bisa melihat bintang. Tetapi sebenarnya bintang itu tetap ada walaupun pada siang hari. Demikian pula, karena kita tidak mampu menembus kegelapan jiwa kita, kita tidak bisa melihat Hyang Widhi tetapi Hyang Widhi itu tetap ada. Dan barang siapa yang benar-benar dapat melaksanakan kehidupan yang Suci sesuai dengan petunjuk-petunjuk agama dan menurut ajaran-ajaran dalam pustaka suci, akan dapat melihat Sang Hyang Widhi. Sebagai umpamanya, kita baru dapat melihat bayangan-bayangan kita di cermin dengan terang setelah cermin itu bersih. Demikian juga bayangan Hyang Widhi akan jelas terpantul di hati dan jiwa kita sesudah hati kita bersih. Nah tadi Guru mengatakan bahwa kita mungkin akan melihat Sang Hyang Widhi itu.

Anakku, di dalam Weda disebutkan, bahwa Sang Hyang Widhi tidak berbentuk (nirupam), tidak bertangan maupun berkaki (nirkaram nirpdam), tidak berpancaindra (nirindriyam), tetapi beliau dapat mengetahui segala yang ada pada mahluk. Lagi pula Hyang Widhi tak pernah lahir dan tak pernah tua, tak pernah berkurang, juga tidak bertambah. Tegasnya Sang Hyang Widhi tidak berbentuk tetapi karena kemaha-muliaannya dapat mengambil wujud sesuai dengan keadaan untuk menegakkan dharma dan perwujudan ini dinamai Awatara.

Bagaimana Sang Hyang Widhi menciptakan, alam semesta ini?

Sang Hyang Widhi menciptakan alam semesta ini dari diri-Nya sendiri. Sebelum diciptakannya alam ini tidak ada apa-apa. Sebelum alam diciptakan hanya Hyang Widhi yang ada, Maha Esa dan tidak ada duanya). Ciptaan Hyang Widhi merupakan pancaran kemahakuasaan-Nya yang terpancar melalui tapa. Dengan tapa inilah Hyang Widhi menciptakan semesta alam sehingga bagi kita jelaslah bahwa penciptaan alam semesta ini ialah melalui suatu usaha yang memerlukan pemusatan tenaga, yang dinamai tapa tadi. Melalui tapa Hyang Widhi terjadilah dua kekuatan asal yaitu kekuatan kejiwaan dan kekuatan kebendaan yang dinamai purua dan prakti (pradhana). Kedua kekuatan ini bertemu sehingga terciptalah alam semesta ini. Tetapi terjadinya ciptaan itu tidaklah sekaligus, melainkan tahap demi tahap (evolusi, red) dari yang halus kepada yang kasar. Mula pertama timbullah citta (alam pikiran) yang sudah mulai dipengaruhi oleh triguna yaitu sattwa, rajah, dan tamah. Kemudian timbullah buddhi (naluri-pengenal). Sesudah itu timbul mana (akal dan perasaan). Lalu timbul ahankra (rasa keakuan). Setelah ini timbul dasa-indriya (sepuluh sumber indria) yang terbagi dua yaitu: Paca- buddhi-indriya dan paca-karma-indriya.

Paca-buddhi-indriya ialah rota-indriya (rangsang pendengar), twak-indriya (rangsang perasa) caku-indriya (rangsang pelihat), jihwa- indriya (rangsang pengecap), ghra-indriya (rangsang pencium). Adanya paca-karma-indriya, terdiri dari wk-indriya (penggerak mulut), pni-indriya (penggerak tangan), pda-indriya (penggerak kaki), payu- indriya (penggerak pelepasan); upastha-indriya (penggerak kemaluaan).

Setelah indria-indria ini timbullah paca-tanmtra (lima benih dari zat alam) yaitu: Sabda-tanmtra (benih suara), spara-tanmatra (benih rasa sentuhan), rupa-tanmatra (benih penglihatan), rasa-tanmtra (benih rasa), dan gandha-tanmatra (benih penciuman). Dari paca-tanmtra yang hanya merupakan benih zat alam terjadilah unsur-unsur benda materi yang nyata. Unsur-unsur benda nyata ini dinamai paca maha bhta (lima unsur zat alam) yaitu ka (ether), bayu (gas), teja (sinar cahaya), apa (zat cair), prthiwi (zat padat). Kelima macam unsur zat alam ini berbentuk parama anu yaitu atom-atom. Paca maha-bhta inilah yang mengolah diri (berevolusi), sehingga terjadilah alam semesta ini yang terdiri dari brahmanda-brahmanda sebagai matahari, bulan, bintang-bintang dan planet-planet termasuk bumi kita ini. Semuanya ini terdiri dari tujuh lapisan dunia (sphere) yaitu: Bhur-loka, bhuwah-loka, swah-loka, mah-loka jana-loka, tapa-loka, dan satya-loka. Adanya perbedaan satu dunia (loka) dengan yang lainnya ini ditentukan oleh unsur mana dari paca-maha- bhta yang terbanyak menguasainya. Umpamanya bhur-loka yaitu bumi tempat kita hidup ini terjadi dari campuran kelima unsur zat alam tadi tetapi yang terbanyak ialah unsur pthiwi (zat padat) dan apa (zat cair). Zat padat dan zat-zat cairlah yang paling banyak di dunia kita ini yang dinamai Bhh-loka atau Manua-loka. Adapun Bhuwah-loka yang juga dinamai Pitra-loka atau dunia roh banyak dikuasai oleh unsur apah (zat cair) dan teja (sinar). Sedangkan Swah-loka atau disebut juga swarga (surga) atau Dewa-loka (dunia para dewa) dikuasai oleh unsur teja (sinar) dan bayu (hawa).

Swah-loka (dunia Swah) atau swarga (surga) ini disebut juga dengan Dewa-loka (dunia para dewa) karena segala yang ada di alam ini adalah bersinar, berkat pengaruh unsur teja (sinar). Arti kata "dewa" sebagai yang telah guru terangkan ialah "sinar cahaya".

Ketiga dunia ini yaitu: Bhr, bhuwah dan swa-loka dikenal juga dengan nama triloka (tiga dunia) yang terkenal dalam pj Gayatri (trisandhya).

Bagaimana sampai terjadinya manusia atau mahluk hidup ini?

Sari-sari dari paca-mahabhuta menjadi sadrasa (enam rasa) yaitu manis, pahit asam, asin, pedas, dan sepat. Unsur-unsur ini dicampur dengan unsur-unsur lain yaitu citta, buddhi, ahankara, daendriya, paca tanmtra, dan paca mahabhuta, sehingga menghasilkan dua unsur benih kehidupan mahluk yaitu wanita (mani wanita atau ovum) dan sukla (mani laki atau sperma). Pertemuan antara wanita dan sukla ini sama dengan pertemuan antara purua dan pradhana di atas sehingga timbullah atau lahirlah manusia, mahluk hidup yang mempunyai segala unsur alam tersebut.

Citta, buddhi dan ahankra membentuk watak budi seseorang. Daendriya membentuk indriyanya. Paca tanmatra dan paca mahbhta membentuk badan manusia/mahluk. Jika paca mahabhuta di alam besar (macrocosmos) antara lain membentuk triloka yaitu: Bhih-loka, bhuwah- loka, dan swa-loka maka di alam kecil atau tubuh mahluk (microcosmos).  terbentuklah tri-sarira (tiga lapis badan) yaitu: Sthula-sarira (badan kasar), sksma-sarira (badan halus) dan karaa-sarira (badan penyebab). Kedua alam ini yaitu bhuwana agung dan bhuwana alit, alam semesta dan alam tubuh mahluk (macro dan micro cosmos) mempunyai sifat-sifat keadaan yang bersamaan. Segala yang kental, padat dan keras pada alam maupun pada tubuh mahluk disebabkan oleh pthiwi (zat padat). Segala yang cair di dunia maupun di badan disebabkan oleh unsur apah (zat cair). Segala yang bercahaya, panas, di bhuwana agung maupun di bhuwana alit disebabkan, oleh unsur teja (cahaya). Angin, hawa, dan gas pada alam serta nafas pada mahluk, disebabkan oleh unsur bayu (gas). Adapun kekosongan (vacuum) yang ada pada alam maupun mahluk disebabkan oleh unsur ka (ether). Demikianlah pandangan agama hindu terhadap tuhan, alam semesta dan mahluk isinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun