Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

(Mahabarata) : Madri dan Rasanya Dimadu

29 April 2014   07:16 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:05 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_321757" align="aligncenter" width="300" caption="Madri, Istri Muda Pandu dalam Serial Mahabarata (www.straplus.in)"][/caption]

Setiap wanita, dari dalam lubuk hati yang terdalam pasti tak ada yang ingin dimadu. Meski suaminya ganteng, gagah perkasa, harta berlimbah dan tinggal di istana nan megah, dimadu pahit jua rasanya. Itu pula yang dirasakan Madri, istri kedua Pandu, yang digambarkan dalam wiracarita Mahabarata.

Saya sendiri sering bertanya, kenapa yah, laki-laki memperistri wanita sebagai istri kedua dan seterusnya kok dinamakan ‘dimadu’, istilah yang kurang pas buat perasaan wanita dijadikan yang kedua. Kok bukan ‘diracun’, misalnya. Madu kan manis, juga menyehatkan. Sedang ‘dimadu’, konon pahit rasanya dan menyakitkan. Saya rasa yang membuat istilah ‘dimadu’ adalah para lelaki yang mendukung poligami dan disahkan oleh dunia yang memang lebih ‘memihak’ pada lelaki.

Saya yakin, Tante Ellen Maringka, wanita kinyis-kinyis nan feminis idola para kompasianer itu pasti juga tak cocok dengan istilah ‘dimadu’ bagi wanita yang dipoligami. Monggo dicari istilah lain yang lebih pas..

Ok. Kembali ke Madri, kalau dalam pewayangan jawa disebut juga dengan Dewi Madrim.

Madri adalah salah satu tokoh wanita yang cukup mengambil porsi banyak dalam kisah mahabarata. Ia adalah puteri nan jelita dari Kerajaan Madra, adik dari Pangeran Salya. Alkisah, Pandu memenangkan sayembara untuk mendapatkan Kunthi, anak raja dari kerajaan Kuntiboja. Salya yang juga ingin mengikuti sayembara, terlambat datang kemudian menantang Pandu perang tanding untuk merebut Kunti. Madri, adiknya yang, menjadi taruhanya. Salya yang kalah kemudian menyerahkan Madri yang menjadi kemudian menjadi istri muda Pandu.

Namanya juga istri kedua, biasanya lebih manja untuk menarik perhatian. Dikisahkan, Madri yang manja itu, meminta Pandu untuk berburu mencari kijang buatnya. Pandu menyanggupinya. Ia kemudian berburu dan berhasil memanah sepasang kijang yang sedang bercengkerama di hutan. Sial, kijang itu ternyata jelmaan pasangan resi sakti. Sebelum menjemput ajal, kijang itu menampakan wujud aslinya dan mengucapkan supata atau kutukan.

Bunyinya kurang lebih begini : “Hai, lelaki yang telah memanahku, rasakan kutukanku. Engkau akan menemui ajalmu sesaat setelah engkau menikmati olah asmara dengan istrimu,” ucap resi itu sambil menghembuskan nafas terakhirnya.

Pandu yang melihat itu sebagai pertanda buruk, akhirnya memutuskan untuk meninggalkan tahta Hastinapura untuk menyepi dan membersihkan diri dihutan. Ia pun mengajak serta kedua istrinya, Kunti dan Mandri mengembara sebagai pertapa. Mereka berdua mengikutinya, Kunti dengan sepenuh hati, Madri agak ‘ogah-ogahan’.

Meski tinggal di hutan dan menjadi pertapa serta dikutuk tak bisa lagi bercinta, Pandu tetap menginginka anak untuk meneruskan garis keturunannya. Ia tahu, Kunthi perempuan sakti yang bisa mengeluarkan mantra rahasia untuk memangil para Dewa. Ia pun meminta istri pertamanya itu menggunakan mantra tersebut.

Kunthi menyanggupinya. Pertama, Ia memanggil Dewa Yama dan kemudian diberi anak, Yudhistira yang bijaksana. Kedua, Ia memanggil lagi dewa, datanglah Dewa Bayu yang memberinya anak perkasa Bhima nan perkasa. Ketiga, ketika dia mengucapkan mantra datanglah Dewa Indra yang memberinya Arjuna, si ganteng dan pilih tanding.

Lahirnya tiga putra itu membuat Madri iri hati. Suatu saat, dalam kisah yang digambarkan di serial mahabarata terbaru di ANTV, mereka berdua tengah memasak. Kunti menegur Madri yang tampak tengah bermuram durja. Kunti bertanya ke Madri, ada apakah gerangan?. Madri kemudian menjawab dengan kiasan untuk menyindir Kunti. “Kak, aku tadi ke hutan tadi aku melihat monyet betina tua yang tengah berbahagia dengan suami dan anak-anaknya. Sedangkan monyet betina muda diasingkan. Kasihan sekali monyet betina itu,” kata Madri, kurang lebih begitu.

Kunti, adalah perempuan yang baik hati dan istri tua yang pengertian. Meskipun, Ia seharusnya bisa marah besar ke Madri karena sebab permintaannya yang manja suaminya jadi kena kutukan dan mereka tak bisa lagi bersenggama, merasakan surga dunia. Namun kunti tak dendam. Ia tahu arti sindiran Madrid dan menyampaikan suaminya agar madunya itu diberi kesempatan mendapatkan anak.

Akhirnya, atas restu suaminya, Kunti mengajari Madri mantra memanggil dewa dan berhasil. Datanglah Dewa Aswin yang menganugerahi Madri dua anak sekaligus, Nakula dan Sadewa. Jadilah, anak-anak Pandu itu, yang sebenarnya lahir bukan dari benihnya itu disebut Pandawa Lima. Tiga dari Kunti dan dua dari Madri.

Dasar istri muda, ya memang dibuat selalu lebih manja. Maka, pada suatu hari, saat Kunti sedang mengasuh lima anaknya, Pandu dan Madri malah bertemu di padang rumput, saat musim semi yang indah. Digambarkan dalam serial Mahabarata buatan starplus India itu, mereka berjumpa di lapangan luas yang dipenuhi bunga-bunga warna warni yang tengah bermekaran. Romantess abeezz…

[caption id="attachment_321758" align="aligncenter" width="300" caption="Madri dan Pandu Bermesraan di Padang Bunga (www.hindishows.com)"]

13987051911917488025
13987051911917488025
[/caption]

Terbawa oleh alam yang indah dan gairah musim semi, asmara mereka pun bergelora.  Pandu dan Madri,  seolah lupa kutukan dan ingin meluapkan cinta membawa yang terpendam begitu lama. Pandu memandang sekeliling yang seolah mendukungnya untuk segera bercinta. Kemudian, Ia menatap Madri yang jelita, juga menggoga. Tak tahan, dengan penuh gairah, Pandu mencumbu Madri yang menyambutnya dengan gegap gempita. Mereka pun tenggelam dalam kenikmatan asmara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun