"Panget pengendikanipun susuhunan Atas Angin dumateng Ratu Jambu Karang. Ingsun karsa wirayat, wirayating Rosululloh SAW. Pengendikane : anak putuningsun kabeh, ing besuk lamun ana cahya telu ing Nusa Jawa, sundul ing langit, putih rupane sira dikebat, ambedag, karana cahya tueluh ing Ardi Panungkulan, ya pusering Nusa Jawa. Iku metu angejawi cahya merdeka dewe, ya merdikaning Alloh, ya Susuhunan Ratu rupane ing besuk retna kumala inten jumaten".Â
Artinya  : Wasiat ucapan Susuhunan Atas Angin kepada Ratu Jambu Karang. Kami mempunyai wasiat dari Rasulullah SAW. Semua anak cucu kami apabila di kemudian hari timbul nur/cahaya tiga buah menjulang tinggi ke angkasa, putih warnanya, di Pulau Jawa, segeralah kamu berpencar dan mendatangi nur atau cahaya tersebut yang timbul di Gunung Panungkulan. Itulah pusat Pulau Jawa, timbullah nur/cahaya di Pulau Jawa itu merdeka dengan sendirinya, yang merdeka karena Allah dan Susuhunan Ratu itulah di kemudian hari yang akan menjadi pembawa cahaya penegak kebenaran (Pembawa Agama Islam).
Profesor Sugeng mendapatkan keterangan lain dari Naskah Sunda Mangle Arum yang merupakan teks cerita Adipati Ukur versi Bandung yang ditulis H. Harun Al Rasyid. Teks tersebut mengisahkan bahwa dahulu kala terdapat sebuah kerajaan bercorak agama Hindu -- Budha di daerah lereng Gunung Slamet yang dipimpin oleh Raja Jambu Karang.
Seorang bangsawan Arab yang bernama Syarif Abdurrahman Al-Qadri datang ke Kerajaan Jambu Karang tersebut. Ia menyebarkan Agama Islam dan banyak penduduk yang tertarik dan akhirnya memeluk agama baru itu. Raja Jambu Karang tentu saja tidak suka kepada mubaligh Arab yang telah meng-Islamkan rakyatnya sehingga Ia menantang perang tanding kesaktian. Singkat cerita, Raja Jambu Karang kalah dan akhirnya memeluk Islam beserta rakyatnya.
Syarif Abdurahman Al-Qadri diambil sebagai menantu oleh Raja Jambu Karang. Sesudah menikah, Syarif Abdurahman berganti nama menjadi Pangeran Atas Angin. Nama tersebut diambil dari tanah asalnya, yaitu Negeri Arab yang letaknya di atas khatulistiwa.
Raja Jambu Karang setelah beralih kepercayaan dan menjadi ahli Agama Islam dikenal dengan Syekh Jambu Karang. Kemudian, setelah Raja Jambu Karang atau Syekh Jambu Karang atau Sunan Jambu Karang wafat, Pangeran Atas Angin menggantikan kedudukan mertuanya sebagai raja.
Selain lima referensi di atas, setidaknya ada enam lagi sumber yang menjabarkan kisah dengan benang merah : seorang pangeran pajajaran, bertemu mubaligh islam dari 'negeri atas angin' dan kemudian mendirikan sebuah wilayah yang menjadi pusat penyebaran Agama Islam.
Selengkapnya, kisah mengenai Syekh Jambu Karang dan Cahyana, bisa dibaca pada buku 'Cahyana Kabaral Minal Mu'Minin : Pusat Penyebaran Agama Islam di Tengah Nusa Jawa'. Bukunya bisa dipesan ke penulis yaa... hehe.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI