Legenda Puteri Ayu Limbasari cukup terkenal di 'Bumi Perwira' - Purbalingga, daerah di lereng timur Gunung Slamet. Kisah legenda itu tentang seorang puteri yang cantik jelita, namun, anugerah yang dimilikinya justru menimbulkan malapetaka.
Bagaimana kecantikan malah berbuah petaka?Â
Begini ceritanyaÂ
Pengembara Dari Ngerum
Alkisah, ada mubaligh bernama Syech Gandiwasi yang berasal dari Kesultanan Ngerum datang ke Pulau Jawa. Ia datang untuk membantu Kanjeng Panembahan Senopati Ing Ngalogo Mataram menyebarkan Agama Islam di Pulau Jawa.
Orang Jawa menyebut Imperium Turki Usmani sebagai Kesultanan Ngerum asal kata dari Ruum atau Romawi (Kontantinopel), nama sebelum jatuh ke tangan Turki.
Syech Gandiwasi atau yang juga kerap disebut di lidah kawula Jawa Dwipa sebagai Kiai Kendilwesi kemudian menyebarkan Agama Islam di kawasan kaki Gunung Slamet. Saat itu, gunung yang juga disebut Gunung Agung atau Gunung Ghora masih dihuni oleh banyak kerajaan lelembut. Masyarakatnya juga belum mengenal Islam.
Sampai di wilayah utara Gunung Slamet, Ia ingin rehat sejenak. Namun, sungai yang hendak digunakanya mandi ternyata banyak dihuni Belis (Iblis). Oleh karena itu, Ia kemudian memohon kepada Allah SWT dengan cara bersemedi. Setelah berhasil menenangkan diri, diusirnya para jin dan belis penghuni sungai. Mereka kejar-kejaran (udag-udagan) sampai akhirnya jin menyerah dan kemudian menyingkir (semisih).
Kedung yang menjadi kerajaan jin kemudian disebut dengan Kedung Belis. Tempat  Ia bersemedi (mujan = memuja) kemudian dinamakan Pamujan. Sementara, lokasi udag-udagan dengan para jin disebut Dagan. Lalu, tempat jin semisih kelak disebut Panisihan.
Setelah mengusir jin, Syech Gandiwasi bermaksud pindah ke tempat yang lebih nyaman. Maka ditumpuklah dua buah batu sebesar rumah di sebuah tanjakan tinggi. Kemudian, Ia berdiri di atas tumpukan batu itu untuk melihat kondisi lokasi tinggal yang tepat. Batu bertumpukan itu kemudian dikenal dengan sebutan Watu Tumpang.