Mohon tunggu...
Iga Ayu Aldama
Iga Ayu Aldama Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Augustu Comte: Perkembangan Akal Budi Manusia

18 Desember 2013   12:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:47 1540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tulisan ini mendeskripsikan tentang salah satupemikiran filsafat menurut Augustu Comte, yakni bagaimana tahap-tahap perkembangan akal budi manusia. Dalam teori tentang tahap-tahap perkembangan akal budi manusia identik dengan istilah positivisme yang tentunya bergerak secara linier dalam urutan yang tak pernah terputus. Adapun tiga tahap perkembangan akal manusia menurut Comte, yakni : tahap teologis, tahap metafisis dan tahap positif.

1.Tahap Teologis

Tahap ini merupakan tahapan palingawal dari perkembangan akal budi manusia. Pada tahap ini manusia berusaha menerangkan segenap fakta kejadian dalam kaitannya dengan teka-teki alam yang dianggapnya berupa misteri. Manusia tidak menghayati dirinya sebagai makhluk luhur dan rasional, yang posisinya di dalam alam berada di atas makhluk-makhluk lain. Sebaliknyamanusia menganggap dirinya sebagai bagian dari keseluruhan alam, yang selalu diliputi oleh rahasia yang terpecahkan oleh pikirannya yang sederhana. Alam semesta, oleh mereka dimengerti sebagai keseluruhan yang integral dan terdiri dari makhluk-makhluk yang mempunyai kedudukan yang kurang lebih setara dengan mereka. Dan seperti diri mereka sendiri, keseluruhan itu dihayati sebagai sesuatu yang hidup, berjiwa, berkemauan dan bertindak sendiri.

Dalam tahap ini terdapat beberapa bentuk dan cara berfikir. Bentuk yang pertama adalah fetiyisme dan animism. Kedua bentuk berfikir ini menyaksikan bagaimana manusia menghayati alam semesta dalam individualitas dan partikularitasnya. Misalnya Pohon Beringin di depan Keraton Yogyakarta tidak dimengerti sebagai bagian dari suatu spesies pohon beringin akan tetapi sebuah pohon yang sacral seperti halnya manusia yang mempunyai jiwa.

Kemudian cara berfikir selanjutnya yang lebih maju yaitu politeisme. Cara berfikir ini lebih maju daripada cara berfikir sebelumnya karena sudah tampak adanya jenis klasifikasi atas dasar kesamaan dan kemiripan. Individualitas dan partikularitas benda diganti oleh kelas-kelas kejadian dan kemudian doekspresikan menjadi konsep yang umum dan abstrak.

Cara berfikir yang lebih maju lagi adalah monoteisme. Cara berfikir ini tidak lagi mengakui adanya banyak roh tetapi hanya satu roh saja, yakni Tuhan. Semua benda dan kejadian termasuk manusia berasal dan berakhir dari satu kekuatan tunggal yang bersifat rohaniah (Tuhan).

2.Tahap Metafisis

Tahap ini mulai melakukan perombakan atas cara berfikir lama, semua gejala dan kejadian tidak lagi diterangkan dalam hubungannya dengan kekuatan yang bersifat supranatural dan rohani. Manusia pada tahap ini berusaha keras untuk mencari hakikat atau esensi dari segala sesuatu. Mereka tidak puas hanya dengan mencari pengertian-pengertian umum, tanpa dilandasi oleh pemikiran-pemikiran dan argumentasi logis. Untuk tujuan itu dogma agama mulai ditinggalkan dam kemampuan akal budi mulai dikembangkan. Manusia mulai mengerti bahwa irasionalitas haris disingkirkan sedangkan analisis pikir perlu dikembangbiakkan.

3.Tahap Positiif

Pada tahap positif, gejala dan kejadian alam tidak lagi dijelaskan secara a priori, melainkan berdasarkan pada observasi, eksperimen dan komparasi yang ketat dan teliti. Gejala dan kejadian alam harus dibersihkan dari muatan teologis dan metafisis. Akal mencoba mengobservasi gejala dan kejadian secara empiris dan hati-hati untuk menemukan hukum-hukum yang mengatur gejala dan kejadian itu. Hukum-hukum yang ditemukan tidak bersifat irasional atau kabur, melainkan nyata dan jelas karena sumbernya diperoleh secara langsung dari gejala-gejala dan kejadian-kejadian positif yang dapat dialami oleh setiap orang.

Sumber : Zainal Abidin, Filsafat Manusia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun