Makan, adalah hal pokok yang kita lakukan setiap hari. Entah bersama keluarga, entah bersama teman, atau bahkan sendirian. Juga entah di rumah makan mewah, di warung makan kaki lima, atau justru menikmatinya di rumah.
Sebagai mahasiswa aliran raskin, aku sering harus makan di warung HAMA SAWAH. Hehehe...., tentu bukan artian aku jajan di warung makan pinggir sawah dengan lauk peyek wereng atau rica-rica belalang lah, tapi maksudnya, makan dengan HArga MAhasiswa raSAÂ meWAH, nggak ngempesin dompet isi recehan rupiah (hemat), tapi nutrisi full upgrade (biar nggak kerempeng, bodi tetap menawan), yang penting asal irit, gitu tentunya. Eeeee...., malah jadi akronim Hama Sawah Hewan Air.
Setelah hajatan makan selesai, tanpa sadar pasti terjadi penumpukan piring kotor di atas meja. Nah, kebiasaanku nih, setelah selesai makan di warung hama sawah itu, aku lalu menumpuk piring kotor itu di tengah. Pikirku, ini akan memudahkan para pramuladi warung untuk membersihkannya. Aku mencoba memosisikan diri sebagai sang pramuladi, begitu caritanya, dan pastinya aku merasa terbantu sekali dengan si pelanggan itu. Empati yang melahirkan simpati (Empang Lah Pati). Semoga sang pramuladi kan merasakan sukacita. Dengan menumpuk piring dan gelas kotor di tengah kita telah memberi warna rasa terimakasih atas pelayanan yang mereka berikan kepada kita.
Semoga Hama Sawah Hewan Air dapat menjadikan Empang Lah Pati
Kalau selesai makan, ayo tumpuk tengah piring kotor kita!
Iga Aswiyanti
17/412789/PN/15111
Golongan Gamma
