Mohon tunggu...
Iqbal Iftikar
Iqbal Iftikar Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Wannabe

Nothing was never anywhere

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Berkirim Kartu Pos, Hobi Kekunoan yang Bikin Nagih

14 April 2018   13:06 Diperbarui: 16 April 2018   07:17 4132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: nationalgeographic.co.id

Kartu Pos Pertama

Hal-hal yang terlintas setelah mendaftar di Postcrossing adalah: di mana beli kartu pos? Kirim kartu pos ke luar negeri cuma Rp 8 ribu, memang bakalan nyampe? Maka sebelum melangkah lebih jauh, saya mencari info-info tersebut dahulu.

Kata kunci 'jual kartu pos' di Google merujuk ke beberapa situs belanja daring. Keinginan saya untuk membeli masih terhambat rasa ragu. Apakah setimpal harga segitu ditambah ongkos kirim untuk memulai hobi 'aneh' ini? 

Akhirnya saya urungkan niat membeli daring dan menambahkan kata kunci 'Bandung', tempat saya tinggal ketika itu. Muncullah beberapa blog yang merekomendasikan beberapa toko yang menjual kartu pos, walaupun akhirnya saya sadar banyak dari toko itu sudah tidak jual kartu pos lagi.

Keesokan harinya, saya pergi ke kantor pos Bandung Asia Afrika untuk membeli prangko. Satpam mengarahkan saya ke loket biasa (bukan loket filateli, yang baru saya tahu setengah tahun kemudian). Setelah membeli beberapa keping prangko, ketika keluar dari kantor pos, terlihat jajaran penjual amplop dan alat tulis di depan kantor pos. Terpampang beberapa kartu pos Indonesia di lapak jualannya. Dengan Rp 30 ribu, saya membeli 10 kartu pos. Pikiran saya, yah untuk coba-coba saja.

Pulang ke rumah, saya langsung membuka situs Postcrossing, meminta alamat dan menyiapkan kartu pos untuk dikirimkan ke alamat tersebut. Alamat tujuan kartu pos pertama saya adalah Russia! Dengan lem stik yang baru saya beli (saya belum sadar kalau prangko cukup dibasahi untuk ditempel), saya tempelkan prangko senilai Rp 7 ribu dan menulis hal-hal yang harus (alamat dan ID kartu pos) dan tidak harus (pesan singkat) saya tulis di kartu pos.

Setelah selesai menulis beberapa kartu pos, saya lihat baik-baik kartu pos tersebut, baik sisi gambar atau sisi belakangnya. Dalam hati saya, kartu pos ini akan pergi ke tempat yang bahkan penulisnya pun mungkin tidak akan pernah pergi ke sana. Membawa salam hangat dari tempat yang mungkin si penerima sendiri tidak tahu di mana.

Keesokan harinya, saya kembali ke kantor pos untuk mengirimkan 5 kartu pos (jatah maksimal anggota baru Postcrossing) pertama saya. Setelah menitipkannya ke loket yang sama ketika saya membeli prangko, saya menyerahkan semuanya kepada petugas pos di seluruh dunia untuk mengantarkan kiriman saya.

Butuh Kesabaran (dalam Mengirim dan Menerima)

Penantian kabar atas diterimanya kartu pos pertama adalah penantian yang panjang sekali. Seminggu berlalu, tidak ada kabar. Dua minggu terlewati, belum ada surel pemberitahuan. Tiga minggu melintas begitu saja. Sebulan akhirnya berlalu, setelah hari-hari yang mendebarkan, datanglah sebuah surel ke alamat surel saya. 

Isi surel tersebut mengabarkan bahwa kartu pos pertama saya ke Russia sudah sampai! Bahagia sekali rasanya. Kartu pos yang kita titipkan dengan salam hangat dari Indonesia telah sampai ke pelosok Russia. Tidak adanya sistem tracking kartu pos menimbulkan perasaan senang ketika kita tahu bahwa apa yang kita kirim telah sampai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun