Mohon tunggu...
Iffa Rizqiyah
Iffa Rizqiyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

saya manusia

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Hope 2013

13 Oktober 2022   17:03 Diperbarui: 13 Oktober 2022   17:12 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Menceritakan kembali tentang film yang di tonton oleh yundari, film drama korea yang membawa penonton ikut masuk kedalam kejadian tersebut, marah, sedih, semua perasaan campur aduk, sehingga sulit untuk di ungkapkan. Hope, judul film tersebut. Film tersebut merupakan kisah nyata yang dialami bocah 8 tahun yang menjadi korban pemerkosaan dan kekerasan fisik yang dilakukan oleh seorang pria berumur 57 tahun. So won adalah nama dari anak tersebut, lahir dari keluarga yang sederhana namun sibuk dengan perkerjaanya masing-masing. Ibu yang bekerja menjaga toko kelontong dan ayahnya yang bekerja sebagai buruh pabrik, sehingga membuat so won lebih mandiri di anak seusianya. So won berangkat sekolah sendiri setengah hujan deras, tadinya ibunya ingin mengantarnya sampai sekolah, namun So won menolak. Ditengah perjalanan So won sadar bahwa hanya dirinya yang menuju sekolah tanpa di dampingi orang tua, pada saat So won berjalan di depan gedung tua yang sudah terbengkalai,  tiba-tiba So won di hadang oleh pria tua. Pria tua tersebut meminta So won untuk berbagi payung dengannya. Tadinya So won menolak, namun karena iba sebab pria tua tersebut basah kuyup dan kedinginan akhirnya So won memutuskan untuk berbagi payungnya. Niat baik So won membawa petaka bagi dirinya, So won mendapatkan kekerasan seksual dan fisik yang hampir merengut nyawanya. Pengangkatan anus dan usus besar menyebabkan So won cacat permanen, itu lah yang menggambarkan kondisi So won,  di tambah keadaan psikis yang terganggu akibat trauma yang di dapatkan. Trauma  tersebut membawa sial bagi ayah So won, karena trauma tersebut membawa So won takut pada ayahnya sendiri, berbagai cara yang dilakukan ayahnya agar perlahan trauma itu hilang, dengan menyamar sebagai cocomong, kartun favorit So won. Di bantu oleh seorang psikiater dan para dokter serta suster yang serta membantu dalam merawat keadaan So won. Di luar sana, keputusan pengadilan yang tidak adil dalam mengatasi kasus tersebut membuat publik geram sebab hasil hukuman yang di berikan hakim tidak setimpal dengan perbuatan yang dilakukan. Usaha ayahnya yang terus melakukan pendekatan, dengan menyewa kostum karakter favorit So won yaitu cocomong untuk bisa dekat dan menemani So won. Ibunya yang sedang hamil mengalami kontraksi saat mengetahui keadaan So won yang mengaharuskan sang ibu bedrest. Dengan kondisi ekonomi yang tidak stabil, sang ayah tetap berusaha untuk membiayai kebutuhan yang dibutuhkan selama So won dan ibunya di rumah sakit. Media terus menyoroti kasus tersebut. Sang psikiater masih terus memcoba membuat So won untuk berbicara dan menceritakan kejadian tersebut dengan tenang. Saat So won sudah di nyatakan pulih dan boleh pulang So won merasa panik. Di depan pintu So won melihat di pintunya banyak note dan gambar yang menempel dari teman-temannya sebagai dukungan, memberi semangat serta ucapan bahwa mereka rindu main bersama. Keadaan semakin membaik, So won kembali ke sekolah ditemani cocomong yang masih setia menemani So won, agar So won tidak takut untuk berjalan sendirian. Trauma So won perlahan membaik berkat keluarga dan teman yang mendukung So won dalam masa pemulihan. Perlahan orang di balik cocomong ini sudah mulai terungkap oleh So won, yaitu ayahnya sendiri.  Semenjak itu, So won sudah tidak takut pada ayahnya sendiri dan kembali hidup normal meskipun ada trauma yang mendalam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun