Mohon tunggu...
Ifa Noer Latifah
Ifa Noer Latifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Mendengarkan musik adalah healing terbaik dalam kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Pinggiran Jalan

17 Mei 2024   20:25 Diperbarui: 17 Mei 2024   20:29 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cuaca sejuk di jalanan Dago Sore hari membuat Nala memilih duduk di bangku yang ada di pinggiran jalan tersebut. Dengan satu cup kopi yang ia beli di toko kopi sekitar. Nala suka sekali duduk di pinggiran jalan Dago dengan memandang kendaraan yang berlalu lalang di hadapannya.

            Mata yang asik memperhatikan kesibukan manusia lain, yang tentu saja beragam. Ada yang bermain skate, bekerja di toko-toko sekitar, bersepeda, pejalan kaki yang berbincang dengan kawan nya, dan masih banyak lagi. Nala sesekali tersenyum kecil karena banyak juga tingkah laku konyol manusia di sekitarnya.

                        “Seru sekali melihat orang-orang ini, seperti tidak ada beban” gumamnya.

            Seketika Nala terlamun. Ia merasa bahwa Tuhan tidak pernah adil pada dirinya, sebab mengapa kehidupannya tidak pernah semenyenangkan orang lain. Ia selalu bertanya-tanya kepada Tuhan, apakah Tuhan sudah membaca surat yang Nala kirimkan melalui doa-doa di kotak surat rumah ibadah? Mengapa kehidupannya selalu dipenuhi dengan rasa sesal dan selalu merasa kurang? Entahlah.

            Nala sesekali merasa kesal, karena Tuhan tidak adil. Ketika sedang asik melamun, ia di kagetkan dengan anak kecil yang menghampiri Nala dengan kresek di tangannya.

                        “Teh, tisu nya lima ribuan aja” ucap anak kecil itu.


                        “Eh, sini duduk dulu” ucap Nala kepada anak kecil itu.

            Ia berniat berbincang dengan anak tersebut. Anak itu pun duduk di sebelah Nala.             “Kamu umur berapa?” tanya Nala.

                        “Aku umur tujuh tahun, teh” jawab anak tersebut

            Nala sedikit mengernyitkan dahi dan merasa sedikit terkejut. Ia memang sering melihat anak kecil dipinggiran jalan dengan menawarkan barang yang mereka bawa kepada orang-orang, tetapi ia baru tahu bahwa umur mereka beberapa masih sedini itu.

                        “Kamu sudah bersekolah? Rumahmu di mana?” ia lanjut bertanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun