Bus itu melaju tenang, membelah sore yang memudar. Pukul 14.55, saya dan anakku memulai perjalanan ke Surabaya. Bus ini seperti boks raksasa yang menenangkan, getarannya seperti lagu pengantar tidur. Tak butuh waktu lama, saya terlelap. Mimpi-mimpi aneh pun berdatangan, hingga saya tersentak bangun saat bus berhenti di Terminal Pare.
Seketika, ketenangan berubah menjadi hiruk pikuk. Penumpang baru naik, diikuti oleh para penjual asongan yang menawarkan segala rupa, dari kacang rebus hingga air mineral. Saya menggosok mata, mencoba menyesuaikan diri dengan suasana yang mendadak ramai.
Saat bus kembali melaju, sebuah suara di kursi belakang mulai mengganggu ketenangan. Seorang perempuan---saya menyebutnya Mbak Tik-Tok---sedang menelepon. Suaranya serak, penuh keluhan. "Aduh, badanku sakit semua, gara-gara liburan di rumah suami. Rasanya lega banget bisa balik ke Surabaya," katanya. Saya tersenyum dalam hati. Kehidupan orang memang sering kali jadi misteri.
Tak lama kemudian, suara teleponnya mati, digantikan oleh musik yang diputar dengan volume keras dari ponselnya. Saya bisa menebak, itu pasti suara TikTok yang berganti-ganti. Dari lagu pop Korea, suara anjing yang mengeong, hingga narasi video misteri, semuanya bercampur jadi satu. Saya mencoba mengabaikannya, berharap ia cepat lelah.
Namun, ia tidak lelah.
Saat bus memasuki jalan tol Jombang, ponselnya kembali berdering. Kali ini, sebuah panggilan dari seorang laki-laki. Suaranya berubah, dari nada mengeluh menjadi lebih lembut. Saya tidak sengaja mendengar percakapan mereka.
"Kamu dijemput di mana?" tanya laki-laki itu.
"Di pintu masuk terminal, di jembatan, sekitar empat puluh lima menit lagi," jawabnya.
Hingga saat ia mengucapkan satu kata yang membuat kening saya berkerut, "Oke, sampai ketemu, sayang."
Saya terdiam. Saya menoleh ke arah kaca jendela, mencoba mencerna. Perempuan yang baru saja mengeluh tentang rumah suaminya kini sedang menelepon seseorang yang ia panggil "sayang" untuk menjemputnya.
Apakah dia sedang memanggil suaminya? Atau... ada orang lain? Kepala saya dipenuhi teka-teki. Senyum di bibir saya mengembang. Sungguh, naik bus adalah pengalaman yang unik, penuh dengan misteri kecil yang tak terduga. Penumpang di belakang saya adalah salah satunya. Saya tidak tahu siapa yang ia panggil "sayang" dan untuk apa, tapi satu hal yang pasti: perjalanan ini tidak hanya membawa saya ke Surabaya, tapi juga ke dalam alur cerita aneh yang penuh misteri.