Saat mengadakan Perjalan dari Banda Aceh-Tamiang  atau Tamiang-Banda aceh sudah biasa para pengendara angkutan  baik Bus ataupun jenis angkutan lainnya behenti untuk beristirahat sejenak di wilayah Matang Glumpang Bireun. Karena masih separuh perjalanan lagi hingga sampai ketempat tujuan Tentu para supir butuh waktu istirahat agar dapat melanjutkan perjalanan kembali dengan energi  yang baru demi keselamatan diri dan para penumpang.
"Piyoh, piyoh, piyoh , sapaan itu sangat khas ketika dari para pedagang kaki lima dan rumah makan serta warung kopi mengajak para penumpang untuk masuk kekedainya. Piyoh berasal dari bahasa Aceh yang artinya beristirahat. Para penumpang biasanya bebas memilih warung mana yang ingin mereka masuki karena ada beberapa warung yang berjualan secara berdampingan. Salah satu khas yang tersedia dan terkenal di tempat ini adalah sate matang.
Tapi uniknya para penjaga warung tidak menawarkan dagangannya. Justru saat penumpang mulai turun selain menyapa dengan piyoh, piyoh mereka juga menawarkan kamar mandi. Unik memang tapi begitulah yang aku saksikan saat beberapa kali singgah diwilayah Matang Bireun.
Seorang teman sebut saja Budi namanya merupakan salah satu penumpang dari Bus yang singgah. Baru kali ini Ia jalan-jalan ke Banda Aceh. Iapun turut menyeruput secangkir kopi khas Aceh yang katanya sangat nikmat.
"Patarana...Patarana...Patarana..."Â
Terdengar suara  seorang Ibu-ibu separuh baya menjajakan sesuatu yang junjung didalam sebuah tampah.
Patarana, apa patarana? Budi merasa penasaran. Ia baru mendengar nama jenis makanan patarana. Merasa terusik dengan penasarannya Akhirnya Budi memutuskan membeli Patarana,
"Berapa harga patarananya bu? " Budi bertanya sambil mengeluarkan dompetnya.
"5 ribu saja pak " kata sang ibu si penjaja patarana.
"oh kalau begitu saya mau 10 ribu ya bu"