Mohon tunggu...
Nur IdMubarok
Nur IdMubarok Mohon Tunggu... Supir - tampan tapi jomblo

padi sudah terlanjur jadi nasi

Selanjutnya

Tutup

Trip

Sejarah Gapura dan Masjid Wali di Desa Loram Kudus

19 Juni 2019   20:28 Diperbarui: 19 Juni 2019   20:33 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendiri gapura dan masjid wali adalah Sultan Hadirin. Sultan Hadirin ( Raden Toyyib) adalah putra dari Sultan Hayyat Syah dari Aceh. Saat ayahnya sudah tua dan merasa sudah tidak mampu memimpin rakyatnya lagi maka kekuasaan diberikan anak tertuanya yaitu Raden Toyyib. Pada saat kekuasaan Sultan Hayyat Syah diberikan kepada putranya Raden Toyyib, adiknya (Raden Taqyin) iri dengan kakaknya. Tapi karena Raden Toyyib tidak suka dengan pertengkaran apalagi dengan saudaranya sendiri hanya karena jabatan, maka Raden Toyyib memberikan kekuasaannya sepenuhnya kepada adiknya yaitu Raden Taqyin.  Sedangkan Raden Toyyib lebih memilih mengikuti pendiriannya sendiri yaitu ingin memperdalam ilmunya sehingga Raden Toyyib pergi merantau  mencari pengalaman untuk memperbanyak ilmu sampailah ke Tiongkok Cina tepatnya di daerah Campa, yang pada waktu itu sudah menjadi kerajaan islam di Cina.

            Di sana beliau bertemu seorang tokoh agama sekaligus pemimpin yang bernama Tje Wie Guan. Disana raden toyyib dijadikan sebagai anak angkat dari Tje Wie Guan. Lalu terjadilah hubungan dekat antara Raden Toyyib dan Tje Wie Guan sebagai anak angkat dan ayah angkat.

            Ketika Raden Toyyib merasa sudah lama di campa dan merasa sudah cukup dalam memperdalam ilmu, beliau ingin kembali ke tempat kelahirannya, maka beliau berangkat ke Aceh. Namun beliau cuman sebentar, setelah itu Raden Toyyib merantau lagi sampai ke pesisir Jawa tepatnya di daerah Jepara untuk mencari pengalaman. Pada waktu Jepara masih menjadi Kadipaten belum Kabupaten yang dipimpin oleh seorang Adipati. Dinamakan Adipati karena pada saat itu Jepara masih menjadi wilayah Wiroro Demak yang dikepercayakan oleh keturunan Demak yaitu Ratu Kalinyamat.

            Saat sampai Jepara, Raden Toyyib ingin melamar atau mencari kerja. Saat itu bertemu dengan Ratu Kalinyamat dan diterima di Jepara tapi posisi hanya sebagai tukang kebun. Walau demikian Raden Toyyib merasa bahagia bisa bekerja di Kadipaten.

            Ketika Ratu Kalinyamat memimpin Jepara, Ratu Kalinyamat masih gadis dan belum punya suami. Ratu ingin punya suami yang sesuai dengan kedudukan atau jabatan. Walaupun tidak dari orang kaya tapi yang nantinya bisa menyesuaikannya. Banyak sekali yang ingin melamarnya. Namun tak ada satupun yang diterima, setelah melihat ternyata yang melamarnya tidak didasari dari hati nurani tapi karena nafsu yaitu ingin menikmati kecantikan Ratu Kalinyamat. Sehingga lama kelamaan merasa ada satu pemuda yang cocok dalam dirinya namun belum tahu siapa pemuda itu. Lalu ratu kalinyamat menyuruh para pengawal untuk mencari siapa pemuda itu.

            Sampai pada suatu hari salah satu pengawalnya melihat ada seorang pemuda sedang melaksanakan sholat Dluha atau sholat Tahajjud (sholat malam) dan orang itu adalah Raden Toyyib. Lalu Raden Toyyib ditanya oleh pengawal, "Siapa namamu?, Asalnya dari mana?, Pekerjaanmu apa?". Saat itu Raden Toyyib belum mengaku, beliau hanya mengaku "Saya Toyyib, saya dari Aceh, saya disini bekerja sebagai tukang kebun". Pengawal itu bertanya terus menerus sampai Raden Toyyib mengaku. Sampai terbongkarlah bahwa dia itu adalah seorang anak mahkota, dia seorang raja yang tinggal di Istana dan seorang ulama besar disana. Justru kalau beliau dijadikan sebagai tukang kebun disana malah bangga. Raden Toyyib juga memperdalam ilmu tasawauf. Orang yang bisa ilmu tasawuf orangnya senang menyembunyikan dari pada memamerkan. Buktinya sebelum keluarga dari keraton bangun, halaman keraton sudah bersih semua, sedangkan kalau keluarga keraton sedang bekerja raden toyyib pergi ke musholla untuk sholat, soalnya jangan sampai ada yang tahu bahwa yang membersihkan kebun adalah dirinya. Beliau sangat disiplin dalam bekerja.

            Sehingga jatuhlah hati Ratu Kalinyamat pada pemuda dari Aceh itu. Lalu dilaksanakanlah pernikahan antara Ratu Kalinyamat dan Raden Toyyib. Sehingga berubahlah kedudukan Raden Toyyib yang dulunya sebagai tukang kebun menjadi seorang raja. Dengan perubahan itulah masyarakat memberi nama kepada beliau Sultan Hadirin. Namun ada juga yang mengenal beliau Sultan Mantingan, karena beliau dimakamkan di desa Mantingan Jepara.

            Sultan Hadirin ketika menjadi suami Ratu Kalinyamat punya kekuasaan untuk memimpin rakyat atau membangun istana. Ketika membangun istana Adipati Jepara yang sekarang menjadi kompleks pemakaman Sultan Mantingan atau Sultan Hadirin, beliau mengundang orang Cina yang dulu menjadi ayah angkatnya yaitu Tje Wie Guan. Karena beliau adalah arsitektur bangunan terutama punya keahlian di bagian mengukir atau memahat. Maka saat Tje Wie Guan sampai di jepara dan masyarakat tahu kalau Tje Wie Guan punya keahlian mengukir maka masyarakat Jepara menyebutnya Sungging Badan Duwur.

            Pernikahan Raden Toyyib dengan Ratu Kalinyamat lama tidak diberi keturunan. Lalu keduanya bersepakat untuk mengangkat keponakannya dari Sultan Banten yang masih menantu dari Sultan Demak.

            Saat mengangkat keponakannya, usia keponakannya belum dewasa sudah meninggal., jadi Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat kesepian. Ratu Kalinyamat merasa sudah tidak bisa memberinya keturunan karena sudah tua yang ditandai dengan rambutnya yang memutih. Sebagai istri yang setia kepada suaminya, Ratu Kalinyamat menawarkan serta meminta Sultan Hadirin untuk menikah lagi. Untuk calon istrinya yang mencarikan bahkan melamarkan adalah Ratu Kalinyamat sendiri. Dan dipilihkanlah putri dari Sunan Kudus yang bernama Roro Prodobinabar

            Saat Ratu Kalinyamat datang melamarkan suaminya pada putri Sunan Kudus akhirnya diterima dan terjadilah pernikahan dan di saat itulah ada kedekatan antara Sultan Hadirin dengan Sunan Kudus yaitu selain pernah menjadi santri dari Sunan Kudus juga menjadi menantu Sunan Kudus. Saat itu Sunan Kudus sudah tahu bahwa Sultan Hadirin adalah seorang Ulama, maka Sunan Kudus meminta Sultan Hadirin supaya membantu menyebarkan agama islam di Kudus bagian Selatan. Dengan perintah itulah Sultan Hadirin melaksanakan perintah dari guru yang juga sekaligus mertuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun