Dunia ini beragam, orangnya beragam, dan tiap orang memiliki kepribadian yang beragam pula. Ada tipe kepribadian introvert, ekstrovert, dan ada juga yang ambivert atau dominan keduanya. Ketiga tipe kepribadian itu sudah tidak asing di zaman sekarang, apalagi bagi mereka yang sudah mengenal tes-tes kepribadian, salah satu yang paling terkenal adalah tes MBTI atau Myers-Briggs Type Indicator. MBTI atau The Myers-Briggs Personality Test adalah tes kepribadian yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang preferensi seseorang dalam empat domain berbeda. Dalam empat domain tersebut, setiap individu akan dikelompokkan menjadi salah satu dari 16 kepribadian yang berbeda. Berdasarkan konsep tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap orang tidak benar-benar introvert 100% atau ekstrovert 100%, tetapi merupakan kombinasi dari keduanya. Oleh karena itu, tiap kepribadian yang berbeda hanyalah perbedaan dominasi kedua kepribadian itu serta faktor-faktor lain yang memengaruhi.
Faktor-faktor tersebut bisa timbul dari lingkungan keluarga, pertemanan, media sosial, atau tekanan psikologis. Dampak yang ditimbulkan bisa sangat berpengaruh apabila tidak ada dukungan dari keluarga dan teman dekat. Contohnya, bagi mahasiswa perantau yang jauh dari keluarga dan tidak memiliki teman dekat untuk berbagi. Dari yang sebelumnya ceria dan aktif, ia bisa menjadi pasif dan pendiam atau bahkan antisosial karena menurunnya semangat hidup akibat tekanan psikologis. Dari contoh tersebut, dapat diartikan bahwa kepribadian bersifat dinamis atau berubah-ubah apabila terdapat perubahan lingkungan tempat tinggal, bertambahnya usia, dan meningkatnya tanggung jawab. Tetapi, mungkinkah kepribadian seseorang bersifat tetap atau tidak berubah seiring bertambahnya usia dan tanggung jawab? Jawabannya mungkin saja, asalkan kondisi atau tempat tinggalnya tidak berubah. Sesungguhnya, kepribadian dalam diri seseorang itu tidak benar-benar berubah. Contohnya, mahasiswa tadi tidak benar-benar berubah dari kepribadian ceria menjadi anti sosial, hanya saja situasinya tidak mendukung. Ketika situasi atau keadaan kembali normal, maka kepribadian aslinya itu akan kembali secara perlahan, layaknya manusia yang sedang marah seiring berjalannya waktu, perasaan itu akan berlalu.
Menurut sebagian orang, kepribadian hanyalah kekhasan sifat dan kecenderungan cara berperilaku yang diperlihatkan oleh individu dalam kehidupan sehari-hari. Namun kenyataannya, kepribadian lebih dari itu. Banyak orang sukses di seluruh dunia lahir dengan kepribadian yang baik dan impulsif. Hal itu tidak didapat secara instan, tetapi melalui proses panjang dan melelahkan. Dengan kepribadian yang positif, seperti optimis, kreatif, jujur, dan sebagainya, seseorang bisa berkembang lebih baik. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika orang tua dapat mendidik anaknya supaya memiliki kepribadian yang positif sejak kecil.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI