Mohon tunggu...
Ahmad Idris
Ahmad Idris Mohon Tunggu... -

Orang bodoh yang tak kunjung pandai

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menanamkan Budaya Membaca Pada Siswa Sekolah Dasar

13 Oktober 2017   21:33 Diperbarui: 14 Oktober 2017   04:55 7502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah republik Indonesia melalui peraturan menteri pendidikan telah berusaha untuk meningkatkan budaya membaca bagi siswa-siswi di semua jenjang sekolah dari dasar hingga menengah atas. Peraturan tersebut dikemas dalam wadah Kurikulum 2013 yang telah disempurnakan melalui berbagai revisi. Penekanan membudayakan literasi telah menjadi sendi dari penerapan proses pembelajaran yang tertulis jelas pada perangkat pembelajaran (RPP). 

Selain itu, pembiasaan membaca juga diterapkan pada  jam di luar jam pembelajaran, yaitu 15 menit sebelum jam pembelajaran dimulai. Pembiasaan tersebut tertuang pada Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015. Namun, untuk menyukseskan rencana besar itu, dibutuhkan suatu pembiasaan yang harus terus menerus dilakukan sejak usia dini dan dibutuhkan konsistensi yang sangat besar.

Penerapan pembiasaan budaya membaca sejak dini di era kemajuan teknologi yang sangat pesat ini menghadapi tantangan yang sangat berat. Pola asuh orang tua yang memberikan gawai kepada anaknya dikarenakan anak mencontoh perilaku orang tua yang tidak bisa lepas dari gawai, menjadikan anak kurang bisa peduli dengan lingkungan di sekitar. 

Otomatis, hal ini menjadikan peran guru sebagai pihak yang seharusnya mampu mengontrol kecanduan peserta didik terhadap gawai. Jika kita coba menanyakan kepada anak usia SD untuk memilih satu di antara dua pilihan; yaitu antara buku bacaan atau gawai, pasti mereka lebih banyak yang memilih gawai untuk menghabiskan waktunya. Meski juga pemerintah telah menyiasati dengan memanfaatkan gawai sebagai media edukasi, akan tetapi anak lebih cenderung untuk memilih permainan yang jauh lebih seru bagi mereka.

Dikutip dari kompas.com, berdasarkan data dari UNESCO, persentase minat baca anak Indonesia sebesar 0,01 persen. Artinya, dari 10.000 anak bangsa, hanya satu saja yang memiliki minat baca. Tentu data tersebut sangat memprihatinkan. Dibandingkan dengan Negara lain, Negara maju setiap penduduknya membaca 20 hingga 30 judul buku setiap tahunnya. Sebaliknya di Indonesia, penduduknya hanya membaca paling banyak tiga judul buku dan itupun masyarakat usia 0-10 tahun.

Minimnya minat baca masyarakat Indonesia bisa berdampak negatif bagi mereka sendiri juga bagi kemajuan Indonesia. Dampak negatif bagi individu yang tidak gemar membaca salah satunya adalah mudah percaya dengan berita hoaks hingga informasi yang bersifat fitnah. Maraknya penyebaran berita hoaks di Indonesia sudah menjadi santapan setiap hari di berbagai media sosial. Bagi anak usia SD lebih parah lagi, mereka tidak akan bisa memiliki imajinasi tentang harapan dan cita-cita yang seharusnya mereka miliki dengan pengetahuan dari membaca buku. Di tambah perilaku anak yang lebih suka melihat acara televisi, bermain gawai, game online, serta permainan lainnya yang bisa menurunkan minat baca dan belajar di usia mereka. Apa jadinya 45 tahun di masa yang akan datang jika masalah ini tidak bisa diatasi dengan baik.

Buku sebagai jendela dunia, sudah nyata memberikan banyak manfaat bagi pembacanya. Jika tubuh kita harus mengonsumsi makanan yang menyehatkan agar tetap hidup, maka otak juga perlu mengonsumsi agar tetap kuat dan sehat seperti organ tubuh yang lainnya. Apa yang harus dikonsumsi otak? Adalah bacaan sehat yang harus dikonsumsi oleh otak. Dengan membaca beberapa menit, dapat membantu menekan perkembangan hormon stress seperti hormone kortisol. 

Dengan membaca dapat mencegah penyakit Alzheimer, demensia dan dapat membantu menurunkan tingkat stress hingga 67% (manfaat.co.id). bagi anak usia SD tentunya dengan jumlah sel otak yang masih bagus dan mudah menyerap informasi bisa sangat bermanfaat. Selain menyehatkan otak, membaca juga bisa menambah wawasan dan pengetahuan, menambah kosakata dan meningkatkan kualitas memori ingatan pada otak.

Dari dampak negatif akibat kurang minatnya siswa dalam membaca dan juga banyak manfaat dari kegiatan membaca buku, diharapkan guru SD bisa menanamkan pengertian terhadap para siswa tentang manfaat membaca buku. Agar para siswa menjadi lebih gemar membaca. Tentunya selain memberikan pengertian terhadap para siswa, guru juga harus mampu memberikan pengertian terhadap orang tua siswa agar turut aktif menanamkan kebiasaan membaca buku anaknya ketika di rumah. Untuk menumbuhkembangakan minat baca, cara berikut mungkin bisa diterapkan terhadap anak baik di rumah maupun di sekolah:

Memberikan contoh

Seorang guru harus bisa memberikan contoh kegemaran membaca buku kepada para siswa. Entah itu ketika di sela-sela jam mengajar, istirahat atau saat jam sekolah telah berakhir. Memberikan contoh ini lebih efektif daripada menyuruh memaksa anak untuk harus membaca buku di setiap harinya. Dengan memberikan contoh membaca di setiap kesempatan, secara tidak langsung para siswa memperhatikan tindakan guru dan ketika siswa sudah penasaran, pasti dengan mudah siswa bisa kita ajak untuk membaca buku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun