Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Ku Doakan dari Sini

26 Februari 2020   02:49 Diperbarui: 26 Februari 2020   09:08 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  Malam ini langit begitu gelap, hanya di temani oleh keramaian dari Stasiun Depok Baru, tanpa Bintang atau Bulan. Mereka terbenam, menghilang di balik awan-awan hitam. Mungkin juga salah satu pertanda, bahwa hujan akan segera tiba.

Aku duduk di kursi tunggu stasiun depok baru, menunggu kereta tujuan Stasiun Universitas Pancasila tiba, agar dapat meneruskan perjalanan pulang ke Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Hawa angin malam ini ku rasa begitu dingin menyentuh tubuh, padahal sudah 3 lapis pakaian yang ku kenakan(Dari singlet/Kaos Dalam, Baju dan jaket). Jam 21.38 Wib. Kereta tiba dari arah Bogor.  Aku dan penumpang lain pun berdiri menantikan kereta berhenti. Setelah kereta berhenti, pintu kereta pun terbuka. Dan Ku langkahkan kaki kiriku, dengan membaca "Bismilllah".

Aku duduk di sudut kursi kereta, yang hanya di duduki oleh 3 orang. Seorang Laki-Laki tua dengan Smartphone di tangannya, dan 2 gadis memakai hijab yang sedang asik mengobrol tentang perjalanannya hari ini.

 Ku buka mataku, kuletakkan tas di pangkuan. Sembari memperhatikan sekeliling, ku cermati, dan ku pokuskan. Betapa banyaknya orang yang duduk di kereta malam ini. Mereka juga punya kehidupan, yang mungkin sedikit berbeda dari yang ku rasakan. Ku angkat kepalaku menyender ke gerbong kereta, dengan wajah dan mata mengarah ke atas. Ku tarik nafas dan mulai memejamkan mata,

 "hmm...! Mungkin ini takdir Tuhan. Aku tak sedih na, malahan aku bahagia mendengar pertunanganmu. Seperti yang ku harafkan. Lagikan apa yang bisa diberikan pemuda miskin ini?  Yang belum bisa membahagiakan keluarganya, yang masih banyak kekurangan di dirinya. Tenang na, ku do'a kan dari sini."

  Ku gumamkan kata-kata didalam hatiku. Mencoba menabahkan hati,  karena ku tahu ini yang terbaik untuk seorang wanita yang ku sayang.
  Ku hadapkan lagi mukaku kedepan. Ku lihat lagi sekeliling. Pintu kereta pun tertutup, dan kereta mulai berangkat.  Ku ambil Handphone yang ada di saku celana. Ku buka pola kunci dan mulai memasuki ke daerah halaman Galeri. Kulihat semua foto, yang menceritakan aku dan nina kurang lebih 3 tahun ini. Ku ingat kembali waktu pertama kami kenal, dimana kata cinta itu sepontan keluar dari mulutku,
 
 "Assalammuallahikum"(sembari turun dari motor, sehabis menagih tagihan barang toko ke area Jarai Kabupaten Lahat.)

 "Wa'alahikum salam"(Sahut 2 wanita yang seperti sedang menunggu orang)

 "Lagi nunggu siapa put?"(tanyaku kepada salah satu wanita tersebut)

 "Ini lagi nunggu kak wisnu, kak."(jawab putri)

 "Ooo..."(Jawabku yang segera masuk ke area toko.)

 Tak lama setelah aku duduk, terdengar suara motor yang sedang parkir di depan toko. Dan ku lihat, kak wisnu baru sampai dari tagihan di dalam Kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun