Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peran Guru dalam Analogi Kopi, Gula, dan Rasa

19 Agustus 2016   10:04 Diperbarui: 19 Agustus 2016   10:15 1589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kopi (Ilustrasi : http://jadiberita.com/)

Oleh:

IDRIS APANDI

Tulisan ini terinspirasi oleh postingan yang beredar di grup WA yang bertema tentang pendidikan. Dalam WA tersebut, orang tua dibaratkan kopi, guru diibaratkan gula, dan siswa diibaratkan rasa. Pada tulisan digambar tiga ilustrasi. Pertama, jika rasa kopi terlalu pahit, maka yang disalahkan adalah gula karena gulanya terlalu sedikit. Kedua, jika rasa kopi terlalu manis, gula juga yang disalahkan karena gulanya terlalu banyak. Dan ketiga, takaran kopi dan gulanya pas, maka yang dipuji adalah kopi dan rasanya yang mantap. Muantap (rasa) kopinya, kata sang peminum kopi. Bahkan dalam kasus lain, kalau ada orang terkena diabetes, maka yang disalahkan adalah kadar gula yang terlalu tinggi dalam tubuhnya.

Analogi di atas menunjukkan posisi guru dalam sistem pendidikan kita. Guru dibutuhkan dan memiliki posisi yang sangat strategis, tetapi keberadaannya dianggap sebagai pelengkap saja, dan jika ada yang kurang, maka sang pelengkap inilah yang disalahkan. Jika siswa nakal atau prestasinya jeblok, maka gurulah yang disalahkan, tetapi kalau anaknya berprestasi, maka orang tuanyalah yang membusungkan dada dan membangga-banggakannya.

Menurut Saya, analogi tersebut di atas ada benarnya juga. Apalagi, kondisi saat ini guru rawan dikriminalisasi atau mendapatkan tindakan kekerasan dari orang tua seperti kasus-kasus yang beberapa kali muncul di beberapa daerah. Walau demikian, posisi guru yang dianalogikan sebagai gula bukan berarti menjadikan posisinya rendah diri. Guru harus memiliki kepercayaan diri karena mengajar dan mendidik siswa merupakan tugas pokonya dengan segala konsekuensinya.

Walau dianggap sebelah mata, kopi akan terasa pahit tanpa gula. Sewangi apapun wangi kopi, rasanya akan pahit dan tidak enak diminum. Gula banyak manfaatnya. Bukan hanya dijadikan sebagai pemanis kopi, tetapi juga digunakan sebagai pemanis makanan atau minuman yang lainnya. Artinya, guru memiliki banyak peran dan fungsi, bukan hanya di sekolah, tetapi juga di lingkungan masyarakat. Guru banyak yang dipercaya menjadi imam mesjid, ketua RT/RW, ketua KPPS, dan organisasi masyarakat lainnya.

Orang tua sebagai kopi jangan merasa tinggi hati, tetapi wajib berterima kasih kepada gula yang telah memaniskan kopi sehingga enak untuk diminum, apalagi dalam kondisi masih panas. Siswa yang dianalogikan sebagai rasa juga penting karena kalau lidah sudah kehilangan rasa, seenak apapun makanan atau minuman yang disajikan tidak akan bisa dinikmati.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka antara gula, kopi, dan rasa pada dasarnya saling melengkapi. Tidak ada yang merasa dirinya paling penting. Orang tua menitipkan anaknya kepada guru. Guru mendidik siswa yang dititipkan oleh orang tua dengan sebaik-baiknya, dan siswa harus belajar dengan sungguh-sungguh, harus hormat baik kepada orang tua maupun kepada guru.

Hubungan baik antara pihak orang tua, guru, dan sisws harus tetap dijaga. Oleh karena itu, komunikasi menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan. Berbagai kasus kekerasan dan kriminalisasi terhadap guru di sekolah banyak disebabkan oleh miskomunikasi. Siswa miskomunikasi ketika mendapatkan hukuman disiplin dari guru, orang tua miskomunikasi ketika mendengarkan laporan sepihak dari anaknya yang telah dihukum oleh guru.

Guru pun kadang miskomunikasi terhadap sikap dan perilaku siswa. Misalnya ada anak senang mukul-mukul meja di dalam kelas. Guru menegurnya karena dianggap memuat keributan, padahal mungkin dia memang berbakat jadi penabuh drum. Ada anak kesiangan, guru langsung menghukumnya, padahal mungkin dia membantu dulu orang tuanya di rumah. Oleh karena itu, komunikasi efektif antara orang tua, guru, dan siswa perlu terus dibina dengan baik.

Ada beragam jenis kopi, tapi rasanya sama-sama pahit, kecuali kalau sudah dicampur gula dengan takaran yang pas, rasanya akan enak. Wangi kopi sangat menggoda bagi para penikmatnya. Tidak ada istilah warung gula, tapi yang ada adalah warung kopi (warkop). Walau berlabel warkop, tapi yang ada di dalamnya bukan hanya kopi saja, tetapi juga ada makanan dan minuman yang lainnya. Penggemar kopi bisa menghabiskan bergelas-gelas kopi dalam sehari, dan duduk berlama-lama di warung kopi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun