Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pembelajaran Berdiferensiasi dan Filosofi Bercocok Tanam

25 Januari 2023   23:26 Diperbarui: 26 Januari 2023   02:41 1250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-Pembelajaran ibarat bercocok tanam| Dok. Yayasan Guru Belajar via Kompas.com

Begitupun tingkat kesuburan tanah, teknik perawatan, dan teknis pemeliharaannya berbeda. Jika tanaman itu disiram, maka volume air dan frekuensi penyiraman pun berbeda. 

Begitu pun jika tamanan itu diberikan pupuk, jenis dan volume pupuk yang diperlukan berbeda. Jika kuantitas dan kualitas pupuk tidak sesuai dengan kebutuhan setiap tanaman (berlebih atau kurang), maka yang terjadi adalah tanaman tersebut tidak akan tumbuh dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. 

Dalam perkembangannya, tanaman tersebut bisa membusuk, mengering, atau bahkan mati.

Begitu pun dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, guru harus memberikan layanan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik, minat, dan kebutuhan setiap peserta didik agar mereka bisa berkembang sesuai dengan fitrah dan kodratnya sebagai manusia. Mengapa demikian? 

Karena pada hakikatnya pendidikan adalah proses memanusiakan manusia. Ini memang bukan tugas yang mudah, tapi dengan upaya yang sungguh-sungguh dan penuh dedikasi, seorang guru tidak mustahil dapat melakukan hal tersebut.

Mendidik dengan hati dan mengajar dengan rasa, bukan hanya mengandalkan logika. Hal tersebut mutlak harus dimiliki oleh seorang guru agar dapat melaksanakan tugas dengan senang dan dapat menyentuh hati setiap peserta didik. 

Setiap peserta didik perlu mendapatkan perhatian dari guru, tapi bentuk dan porsinya beragam. Ada yang cukup disapa, cukup disebut nama saja sudah senang dan merasa diperhatikan oleh guru, tapi ada juga memerlukan perhatian lebih intens dan lebih fokus seperti anak berkebutuhan khusus (ABK) atau memiliki tingkat emosi yang lebih sensitif dibandingkan dengan peserta didik yang lain. 

Maksud emosi di sini adalah perasaan yang mudah marah, mudah tersinggung, perasa (sensitif), mudah sedih, mudah tertekan oleh masalah yang dihadapi atau peristiwa yang dialaminya.

Kalau ada peserta didik yang cenderung kurang disiplin atau menyimpang dari peraturan sekolah, bentuk upaya untuk mengingatkan atau memperbaikinya pun beragam. 

Ada yang cukup diingatkan dengan lisan, cukup sampai peringatan tertulis, atau perlu ada dialog dari hati ke hati antara guru dengan peserta didik tersebut secara khusus atau secara tertutup untuk mengidentifikasi dan mencari solusi dari masalah yang dihadapi oleh peserta didik. 

Selain itu juga, untuk menjaga agar peserta didik tersebut tidak down mentalnya, tidak merasa dipermalukan, atau berpotensi dirundung oleh teman-temannya. Sekali lagi, pendidikan adalah sebuah proses. Dan proses itu perlu dilalui dengan penuh kesabaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun