Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penguatan Literasi dan Numerasi Melalui Analogi "Perjalanan"

1 September 2021   09:34 Diperbarui: 1 September 2021   09:46 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENGUATAN LITERASI DAN NUMERASI MELALUI ANALOGI "PERJALANAN"

Oleh: IDRIS APANDI

 

Diceritakan suatu saat saya akan berkunjung ke sebuah tempat yang belum saya ketahui alamat, rute, jarak tempuh, dan waktu tempuh dari tempat tinggal saya ke lokasi yang dituju. Agar saya bisa mencapai tujuan dengan lancar, selamat di perjalanan, dan tepat waktu, maka saya harus mencari informasi dan data yang tepat dan akurat dari sumber yang bisa dipercaya.

Dulu, waktu belum ada aplikasi google map, biasanya orang mencari alamat melalui buku yellow pages, melihat peta, bertanya via telepon atau SMS ke pengundang atau kepada orang yang dianggap bisa memberikan bantuan, bertanya kepada orang yang ditemui di perjalanan, atau mencari alamatnya di internet. 

Saat ini, dengan adanya aplikasi google maps yang bisa diakses melalui smartphone dan internet, orang semakin mudah mencari alamat. Bahkan bukan hanya alamatnya saja, kita pun dipandu oleh "asisten google" sepanjang perjalanan menuju tempat yang dituju dengan bantuan GPS (Global Positioning System).

Kaitannya dengan literasi, saat saya akan menuju ke sebuah tempat yang belum saya ketahui sebelumnya, selain bertanya, minta share lokasi ke pihak yang saya tuju, secara mandiri menggunakan aplikasi google maps, saya pun bisa mencari alamat lengkapnya terlebih dahulu, mengetahui rute atau jalur menuju lokasi, mencari informasi kondisi jalan menuju ke lokasi, di mana saja jalur yang macet, jika ada ada beberapa jalan alternatif, saya harus mempertimbangkan jalan alternatif mana yang akan dilalui, apa moda transportasi yang akan saya gunakan, apakah kendaraan pribadi, kendaraan umum, atau jasa transportasi online. Keputusan yang saya ambil tentunya akan mempertimbangkan kenyamanan, kelancaran, dan keselamatan selama di perjalanan.

Jika menggunakan kendaraan pribadi, maka saya harus mempersiapkan berbagai perlengkapannya, seperti surat-surat kendaraan, memastikan kondisi kendaraan layak untuk dikendarai, minuman, cemilan, obat-obatan, dan sebagainya. 

Jika menggunakan travel, maka saya harus memesan tiket maksimal H-1 sebelum keberangkatan agar saya bisa mendapatkan tiket. Kalau diperlukan saya langsung memesan tiket pulang supaya saya bisa memastikan dapat tiket pulang sesuai dengan jadwal yang saya kehendaki.

Kaitanya dengan numerasi, melaui aplikasi google maps saya pun bisa mengetahui berapa jarak tempuh dan berapa waktu tempuh dari titik saya menuju ke lokasi yang akan dikunjungi. Misalnya jika jaraknya 50 KM dan waktu tempuhnya sekitar 1 jam perjalanan, maka saya mempertimbangkan untuk pergi 1,5 atau 2 jam lebih awal untuk mengantisipasi terjadinya kemacetan, ada waktu istirahat, mengisi BBM, atau hal-hal yang tidak diduga sebelumnya. Tujuannya, agar saya bisa tepat waktu sampai di lokasi yang dituju.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa literasi dan numerasi adalah dua hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Dari bangun tidur hingga tidur lagi, manusia bersentuhan dengan literasi dan numerasi. Bagi manusia yang literat, literasi dan numerasi akan menjadi petimbangan dalam mengambil keputusan agar keputusannya efektif dan efisien.

Dengan kata lain, literasi dan numerasi sebenarnya bukan hal baru, karena sangat dekat dan sangat sering digunakan dalam kehidupan manusia, termasuk dalam dunia pendidikan. Hanya saat ini, kemampuan literasi dan numerasi, khususnya bagi peserta didik SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK fokus untuk ditingkatkan oleh Kemendikbudristek melalui Asesmen Kompetensi Minimum (AKM).

Mengapa? karena berdasarkan hasil Programme for International Student Assessment (PISA) yang dilaksanakan oleh Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD) tahun 2018, pada kompetensi membaca, Indonesia berada pada urutan 72 dari 77 negara, pada kompetensi matematika, berada pada urutan 72 dari 78 negara, dan pada kompetensi sains, berada pada urutan 70 dari 78 negara (Kompas, 05/04/2020).

Dalam pembelajaran, guru diupayakan untuk mendesain pembelajaran yang menguatkan kemampuan literasi dan numerasi peserta didik. Guru dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan peserta didik. Intinya, pembelajaran yang dilaksanakan adalah pembelajaran yang menantang dan menyenangkan bagi peserta didik.

 Guru mengarahkan peserta didik untuk mampu berpikir kritis (critical thinking) dan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS).

Agar materi pembelajaran, khususnya terkait penguatan literasi dan numerasi mudah dipahami oleh peserta didik, maka guru perlu menjelaskan materi dengan bahasa yang sederhana, menggunakan stimulus atau contoh yang kontekstual dan dekat dengan kehidupan peserta didik, atau bisa juga menggunakan analogi seperti yang saya contohkan di atas. 

Intinya, analogi tersebut menggambarkan bahwa literasi sangat erat dengan kehidupan peserta didik dan bermanfaat bagi mereka sebagai dasar untuk mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui analogi yang sederhana, peserta didik akan melihat literasi dan numerasi bukan sebagai beban dalam pembelajaran, tetapi menjadi hal yang perlu dan menyenangkan untuk dipelajari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun