Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila melalui Kegiatan Ekstrakurikuler

25 Mei 2021   08:20 Diperbarui: 25 Mei 2021   08:29 5683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

MEWUJUDKAN PROFIL PELAJAR PANCASILAIS MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

Oleh: IDRIS APANDI

(Penulis Buku Kajian Pancasila Kontemporer)

Saat ini berbagai program Kemdikbud difokuskan untuk mewujudkan profil pelajar Pancasilais. Mengapa demikian? Karena Pancasila adalah ideologi bangsa, pandangan hidup, dan dasar negara Indonesia yang harus ditanamkan kepada generasi muda mengingat pascareformasi tahun 1998 banyak generasi muda yang "tidak kenal" dengan Pancasila. Jangankan memahami atau memaknai nilai-nilai Pancasila, uraian sila-sila Pancasila saja banyak yang tidak hapal.

Jika merujuk kepada sejarah bangsa, Pancasila adalah kristalisasi dari nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia yang digali oleh Ir. Soekarno selaku salah satu pendiri bangsa Indonesia. Pancasila tercantum pada Alinea IV pembukaan UUD 1945. Pancasila menjadi perekat dalam kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk, terdiri dari beragam suku bangsa, bahasa, dan agama. Pancasila menjadi "ideologi tengah" diantara ideologi sosialis-komunis dan ideologi liberal-sekuler sehingga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang memiliki karakter nasionalis-religius.

Mengapa banyak generasi muda banyak yang tidak hapal dengan sila-sila Pancasila? Beberapa kajian menyatakan penyebabnya karena pasca reformasi Pancasila terkesan dijauhkan jauh dan terasing dari kehidupan generasi muda. 

Penyalahgunaan Pancasila melalui Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4) oleh penguasa orde baru untuk mempertahankan kekuasaan menjadikan ada semacam "trauma sejarah" terkait dengan Pancasila sehingga masyarakat khususnya generasi muda cenderug kurang tertarik untuk mempelajari, mendiskusikan, atau ikut menyosialisasikan nilai-nilai Pancasila. 

Arus globalisasi, gaya hidup asing yang dengan mudah diakses dari internet semakin menjauhkan generasi muda dari nilai-nilai Pancasila. Hal ini akan berbahaya terhadap kelangsungan kehidupan bangsa Indonesia di masa depan. Jangan sampai Pancasila ada tetapi terasing, terabaikan, dan akhirnya tidak dikenal oleh generasi penerus bangsa.

Pada kurikulum tahun 1975 dan 1984 ada mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP), kemudian pada kurikulum 1994 diubah namanya menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Pada kurikulum 2006 diganti namanya menjadi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Kemudian pada kurikulum 2013 diganti lagi menjadi PPKn. Dalam perkembangannya, ada usulan dari beberapa pihak agar nama pelajarannya dikembalikan lagi menjadi PMP agar "rasa Pancasila-nya" benar-benar terasa. 

Pancasila perlu diajarkan menjadi mata pelajaran khusus dalam rangka membangun nasionalisme, patriotisme, membangun kebinekaan dalam kerangka NKRI, mengembangkan sikap toleransi antarwargamasyarakat yang memiliki beragam suku bangsa, bahasa, adat istiadat, dan agama, serta mencegah radikalisme yang saat ini dinilai sebagai potensi pemecah belah bangsa.

Di sekolah, penanaman nilai-nilai Pancasila selain dilakukan melalui kegiatan pembelajaran (intrakurikuler dan kokurikuler), juga bisa dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Pasal 1 ayat (1) Permendikbud Nomor 62 Tahun 2014 menyatakan bahwa "Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan." Kemudian pasal 2 menyatakan bahwa "Kegiatan Ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional."

Kegiatan ekstrakurikuler terdiri dari kegiatan ekstrakurikuler wajib dan kegiatan ekstrakurikuler pilihan. Dalam kurikulum 2013 telah ditetapkan pramuka sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib sedangkan kegiatan ekstrakurikuler pilihan disesuaikan dengan potensi, kebutuhan, dukungan SDM dan sarana sekolah. Selain pramuka, kegiatan ekstrakurikuler yang bisa dipilih oleh sekolah antara lain: paskibra, Palang Merah Remaja PMR), Karya Ilmiah Remaja (KIR), kelompok pecinta alam, kegiatan keagamaan, olah raga, seni, musik, teknologi informasi, dan sebagainya. Dengan kata lain, kegiatan ekstrakurikuler selain bertujuan untuk mengembangkan minat, bakat, potensi, dan kemampuan peserta didik juga sebagai bagian dari pendidikan karakter.

Kemdikbud telah menetapkan 6 (enam) profil Pelajar Pancasila(is), yaitu: (1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, (2) berkebinekaan global, (3) bergotong royong, (4) kreatif, (5) bernalar kritis, dan (6) mandiri. Enam hal tersebut bersifat nilai-nilai minimal yang dapat dikembangkan oleh sekolah, termasuk melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Penanaman profil pelajar Pancasilais pada kegiatan ekstrakurikuler misalnya diawal dengan doa bersama pada saat awal dan akhir kegiatan, saling menghargai dan saling menghormati antaranggota kegiatan ekstrakurikuler, membangun kerjasama, kreativitas, kemandirian, dan kepedulian terhadap sesama pada saat latihan, dan sebagainya. Anggota kegiatan ekstrakurikuler bukan hanya diberikan pengetahuan dan keterampilan terkait dengan materi ekstrakurikuler, tetapi diarahkan untuk bisa mengambil makna dari aktivitas yang dilakukannya.

Selain itu, materi kegiatan ekstrakurikuler juga dikaitkan dengan konteks kehidupan mereka. Misalnya, seorang anggota kegiatan ekstrakurikuler bisa ikut mengampanyekan nilai-nilai persatuan, kebangsaan, toleransi, kepedulian terhadap sesama, mengampanyekan pelestarian lingkungan alam, dan sebagainya sehingga hal yang dipelajarinya melalui kegiatan eksrakurikuler bisa berdampak dan teraktualisasi dalam kehidupannya. Sejatinya, hal tersebut adalah bagian dari proses pendidikan, karena muara dari proses pendidikan adalah lahirnya lulusa yang kompetensi ada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Dengan kata lain, kegiatan ekstrakurikuler memiliki peranan yang sangat strategis dalam membangun karakter atau profil Pancasilais jika hal tersebut dilakukan dengan baik dan mampu memberikan makan terhadap para anggota kegiatan ekstrakurikuler. Jangan sampai ada anggapan bahwa kegiatan ekstrakurikuler hanya dianggap menjadi pelengkap program sekolah. Bahkan ada Sebagian peserta didik yang kurang berminat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karena selain tidak sesuai dengan minat dan bakatnya, juga dinilai membosankan karena berisi latihan-latihan rutin saja.

Peran kepala sekolah, guru, tenaga kependidik, pembina ekstrakurikuler, dan pelatihan ekstrakurikuler sangat penting dalam menyosialisasikan pentingnya peran kegiatan ekstrakurikuler dalam membangun profil pelajar Pancasila. Sosialisasinya pada saat Masa Orientasi Peserta Didik (MOPD), upacara bendera, melalui selebaran/gambar/famflet yang ditempel pada mading, iklan kreatif atau video yang disebar melalui media sosial, dan sebagainya.

Para tataran teknis, pembina atau pelatih ekstrakurikuler sebaiknya memberikan pengarahan sebelum latihan/kegiatan dan refleksi pascalatihan/pascakegiatan sehingga peserta didik bukan sekadar mengikuti ekstrakurikuler, tetapi bisa mengambil makna dari kegiatan tersebut sehingga profil Pancasila dapat terinternalisasi pada diri mereka.

Kegiatan ekstrakurikuler pun perlu dikemas secara menarik dan menyenangkan untuk semakin menarik minat para peserta didik tersebut. Menurut saya, lomba-lomba atau festival profil Pancasila melalui kegiatan ekstrakurikuler dapat dipertimbangkan menjadi alternatif yang bisa dikembangkan sebagai sarana menguatkan peran kegiatan ekstrakurikuler sebagai pembangun profil Pancasila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun