Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membelajarkan HOTS Melalui Pemanfaatan Media Sastra

28 Agustus 2019   15:19 Diperbarui: 28 Agustus 2019   15:27 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pembelajaran dan penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS) saat ini menjadi trending topic hampir dalam setiap forum yang berkaitan dengan dengan implementasi kurikulum 2013 dan peningkatan kompetensi guru. 

Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) yang saat ini digulirkan oleh Kemendikbud pun fokus utamanya adalah peningkatan kompetensi guru merancang, melaksanakan, dan menilai pembelajaran pada ranah HOTS.

Kemendikbud telah melatih fasilitator dan guru inti untuk melatih guru-guru di daerah. Modul-modul pelatihan HOTS pun telah disiapkan bahkan telah menyebar di media sosial. 

Yang saya alami sendiri pada saat saya mengikuti pelatihan calon fasilitator HOTS di tingkat nasional, materi-materi HOTS tidak dapat dipisahkan dengan sekumpulan teori yang kadang membosankan untuk dibaca dan membuat mata mengantuk. Seolah HOTS ini adalah suatu hal yang "sakral" dan kaku dalam penyampaian materinya.

Lalu saya pun berpikir apakah ada cara atau strategi yang lebih mudah dan lebih sederhana dalam membelajarkan HOTS kepada peserta diklat?  Dan setelah saya merenung, saya mencoba menyampaikan materi HOTS dalam bentuk sastra khususnya pantun. Tujuannya agar materi HOTS lebih enjoy dipelajari oleh peserta diklat. Konsep belajar sambil hiburan bisa dilaksanakan.

Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berarti "petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa).

Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Ciri lain dari sebuah pantun adalah pantun tidak terdapat nama penulis. Hal ini dikarenakan penyebaran pantun dilakukan secara lisan.

Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. (Wikipedia).

Adapun uraian pantun pembelajaran HOTS sebagai berikut:

#1

Pergi ke pasar membeli beras

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun