Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Nur Khalim dan Membangun Rasa Hormat kepada Guru

10 Februari 2019   23:53 Diperbarui: 11 Februari 2019   21:46 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mediasi yang dilakukan untuk mendamaikan Nur Khalim dan AA di Mapolsek Wringinanom, Minggu (10/2/2019).(KOMPAS.com/HAMZAH ARFAH) .

Mengapa fenomena murid semakin berani melawan guru semakin banyak terjadi? menurut saya, ada beberapa faktor penyebabnya. Pertama, faktor lingkungan keluarga yang juga akrab dengan dunia kekerasan. Orangtua kadang tidak menyadari juga mendidik anaknya dengan cara kekerasan sehingga karakter anak pun menjadi keras. 

Kedua oran tua yang kurang memperhatikan anaknya karena kesibukannya masing-masing, sehingga ketika anaknya nakal pun, orangtuatidak tahu, dan kadang suka menyalahkan guru atau sekolah saat terjadi kasus yang menimpa anaknya.

Ketiga, pengaruh lingkungan pergaulan yang kurang baik. Seorang pelajar ikut bergabung ke dalam gank anak-anak nakal bisa saja terpengaruh oleh hal-hal yang negatif. Pelajar yang tidak suka bolos, lambat laun akan suka bolos dan malas belajar. 

Keempat, dampak negatif gawai dimana siswa banyak mempermainkan game bertema kekerasan. Kelima, dampak media seperti sinetron yang mempertontonkan tindakan kekerasan atau adegan guru yang dilecehkan oleh oleh murid-muridnya.

Keenam, lingkungan sekolah yang kurang kondusif dalam membentuk karakter siswa atau guru yang kurang tegas dalam menegakkan disiplin. 

Ketujuh, pemahaman UU perlindungan anak yang salah kaprah di mana saat guru memberikan hukuman kepada siswa pelaku pelanggaran dianggap sebagai pelanggaran HAM. Akibatnya guru menjadi gamang dan serba salah. Diberi hukuman takut disebut melanggar HAM, sedangkan kalau dibiarkan, murid yang nakal semakin menjadi-jadi dan semakin tidak hormat kepada guru. 

Banyak guru yang berpikir dari pada repot-repot melanggar HAM, berurusan dengan aparat hukum, LSM perlindungan anak, dan disorot media lebih memilih tidak acuh terhadap kenakalan siswa, toh itu anak orang lain walau dalam hati sebenarnya ingin melakukan pembinaan atau hukuman atas kesalahan muridnya.

Teorinya memang guru sebagai pendidik perlu mendidik dan membina para siswanya dengan penuh kelembutan dan kesabaran, tetapi kadang tindakan tegas guru dianggap sebagai tindakan kekerasan terhadap murid. 

Guru yang lemah lembut kadang dianggap sebagai guru yang lemah sehingga ada murid yang berani melawan. Begitu pun guru yang tegas suka dianggap sebagai guru yang keras, galak, atau killer sehingga guru seperti ini pun tidak disukai murid-muridnya.

Tegas dan keras sebenarnya dua hal yang berbeda, tegas kaitannya dengan penegakkan aturan yang telah dibuat atau disepakati, sedangkan keras identik dengan karakter yang jelak, egois, mau menang sendiri, bahkan senang menggunakan tindakan fisik. 

Saya yakin segalak-galaknya guru tidak ada yang ingin menyakiti muridnya. Dia memberikan hukuman dilandasi keinginan untuk membina dan mendisiplinkan muridnya-muridnya. Dan hal tersebut menjadi tindakan terakhir ketika nasihat atau larangan guru tidak digubris oleh muridnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun