Mohon tunggu...
Indra Y.
Indra Y. Mohon Tunggu...

#

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kereta Api Bertingkat, Pengurai Kepadatan Penumpang

20 Juni 2011   03:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:21 1585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kereta bertingkat di Jepang, http://life-bite.blogspot.com/2010/11/all-about-japan-rail-bullet-train-aka.html

Kereta api bertingkat atau yang sering dikenal dengan double decker train berprinsip dasar membagi kereta menjadi dua tingkat yakni bagian atas dan bagian bawah. Jadi tidak menambah rangkaian gerbong melainkan menambah kapasitas gerbong dengan mendesainnya menjadi 2 tingkat. [caption id="" align="alignright" width="324" caption="kereta bertingkat di Jepang, http://life-bite.blogspot.com/2010/11/all-about-japan-rail-bullet-train-aka.html"][/caption] Secara umum gerbong kereta api selama ini didesain cukup tinggi, nah pada kereta api bertingkat ini memanfaatkan sisa ruang bagian bawah untuk diubah menjadi ruang penumpang. Dengan cara ini tinggi gerbong tidak bertambah signifikan sehingga kereta api tetap bisa melintas di jalur yang selama ini digunakan. Tidak perlu membangun lintasan baru. PT INKA yang notebene produsen kereta api nya Indonesia tentu tidak akan mengalami banyak kesulitan merintis kereta api jenis ini, karena perubahan model gerbongnya tidak terlalu signifikan. Jika  kereta api bertingkat ini benar benar bisa terealisasi di Indonesia, maka kepadatan penumpang yang selama ini sering terpampang bisa terurai karena penambahan kapasitas gerbong menjadi dua kali lipat dari sebelumnya. Saya  teringat waktu kecil pernah menaiki bus bertingkat, kalau bus saja bisa dibuat bertingkat kenapa kereta api tidak??? [caption id="" align="aligncenter" width="274" caption="bus bertingkat tempo dulu, kaskus.us"][/caption] -indra-

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun