Mohon tunggu...
Waldy
Waldy Mohon Tunggu... -

Slow but Sure

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

La Nyalla dan Imam Adu Panco (Kuat)

24 Desember 2015   16:00 Diperbarui: 24 Desember 2015   16:39 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

La Nyalla dan Imam adu panco

Baru saja selesai nonton film komedi di sebuah stasiun televisi swasta. Filmnya cukup menghibur, apalagi aktor utama dalam film tersebut berasal dari tanah emas Papua. Selain lucu-lucu dan jago main bola, orang Papua (Timur) itu hebat-hebat di bidang seni peran, olah vokal dll, sayangnya sering kali banyak yang gagal menggali potensi-potensi orang timur, malah sering di stigmatisasi sebagai orang jahat.

Film tersebut berjudul Epen-Cupen (Emang Penting Kah, Cukup Penting toh?) yang diperankan Klemen Alwi sebagai aktor utama (Celo/Bomel), menonton film ini saya jadi teringat konflik sepakbola nasional kekinian. Di sebutkan Bomel dan Jhon (musuh bebuyutan Bomel) saling berebut warisan ayah angkat Bomel kepada Bomel. Sedangkan Jhon sendiri merasa berhak, sebab putri kandung ayah angkat Bomel (pimpinan sebuah geng) yang di perankan Marissa Nasution, adalah pacar Jhon.

Di akhir cerita, ternyata ayah angkat Bomel tidak mewariskan hartanya ke Bomel melainkan ke putri kandungnya sendiri (Marissa Nasution), Bomel hanya diwasiatkan untuk menjaga warisan tersebut sebelum waktunya diberikan ke putri kandungnya. Itulah yang juga terjadi sekarang ini, dimana PSSI dan Menpora saling berebut pengaruh di sepakbola. Dalam hal ini, PSSI selayaknya Bomel yang diwasiatkan menjaga sepakbola oleh FIFA, dan Menpora berperan sebagai Jhon yang coba merebut "warisan" FIFA yang dijaga PSSI. Dan yang berperan sebagai "anak kandung" FIFA sebagaimana dalam film tersebut adalah, rakyat Indonesia yang punya hubungan sangat erat dengan Menpora selaku Pemerintah dalam negara Indonesia.

Bagaimana pun antara PSSI dan Menpora punya power yang sama kuat, dimana PSSI punya pegangan yang kuat sebagaimana yang diwasiatkan FIFA. Sedangkan Menpora, punya kekuatan dalam hal Pemerintah yang berdaulat dalam sebuah negara.

Sama persis dengan yang digambarkan dalam film komedi tersebut. Tingkah Menpora (Jhon) seperti anak kecil, bahkan sampai mengajak perang segala. Padahal, antara PSSI (Bomel) dan Menpora (Jhon) punya tujuan yang sama, yakni membahagiakan rakyat (Marissa Nasution) dengan sepakbola. Padahal jika Jhon dan Bomel bersatu (menyamakan persepsi), keduanya tidak perlu perang dan dapat membahagiakan Marissa Nasution bersama, Jhon menikahi Marissa dan Bomel menjadi kakak yang baik buat mereka berdua.

Komedi ini berakhir happy ending bagi keduanya (Jhon dan Bomel), Jhon akhirnya dapat hidup bahagia dan menikahi Marissa. Sedangkan Bomel, dapat kembali ke orang tua kandungnya di Papua setelah dijemput saudara kembarnya Celo.

Itu jika di film, di kehidupan nyata antara PSSI dan Menpora belum tentu, sebab Menpora masih saja menunjukkan sikap kekanak-kanakannya. Menunggu hingga Menpora sadar sendiri sepertinya terbilang masih lama, karena isu yang beredar Menpora keukeh hingga Kabinet Kerja ini berakhir di 2019 nanti, atau mungkin sampai Menpora di resuffle ditengah jalan. Sebelum itu, berharap konflik ini segera selesai sudah ibarat menunggu Gajah Bertelur.

Beberapa saat lalu muncul sebuah Petisi agar Pemerintah secepatnya memproklamasikan keluar dari FIFA. Hingga tadi malam, Petisi itu baru ditanda tangani 16 orang saja, setelah ini saya pun berniat untuk menanda tanganinya. Saya mengajak semua yang membaca tulisan ini untuk sama-sama menandatangani Petisi tersebut, agar konflik di sepakbola Indonesia ini dapat segera di selesaikan. Sebab, dengan keluarnya Indonesia dari FIFA baik Menpora, PSSI dan rakyat Indonesia akan mengerti dampaknya dan kita pasti akan malu sendiri pada akhirnya. Yakin dan Tanda Tanganilah Petisi itu brader..!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun