Saya nggak nyangka, sebuah drama kriminal bisa dibuat sedemikian light-nya tanpa melebay-lebay kan adegan gore atau mengurangi ketegagan sudah dibangun sejak awal. Karena begitulah Tunnel bertutur dengan manisnya. Lihat saja scene ketika detektif Park Kwang Ho berkenalan dengan Yeon Sook, calon istinya, pada saat kencan buta. Duh Gusti, itu manisnya ngalahin dadar gulung buatan Bu Jafar, tetangga saya loh!
Berlanjut ke scene koplak yang selalu diletakan dengan pas tanpa beleberan kemana-mana. Karakter Park Kwang Ho yang blak-blakan, udik (inget dong, doi asalnya dari menong) tapi penuh kehangatan, bertolak-belakang dengan partner nya, Kim Sun Jae yang dingin & irit bicara adalah salah satu bromance terunyu sepanjang sejarah drama korea.
Dan kehadiran Shin Jae Yi, adalah magnet dengan daya terbesar bagi cerita Tunnel. Romantisme kasat mata yang dimiliki profesor Shin ketika sedang bersama Kim Sun Jae selalu membuat saya merinding disko. Chemistry mereka luar biasa keren te-o-pe-be-ge-te. Nggak perlu banyak dialog basa-basi, cukup saling menantap penuh makna. Tak terkecuali dengan Park Kwang Ho. Ada hubungan rahasia yang dimiliki keduanya. Hubungan apakah itu?Eng ing eeng ada deehh.....
Tuh kan, nggak percaya kan klo Tunnel seasik itu?
Jangan takut klo Tunnel bakal nggak fokus dalam alur & plotnya, karena punya warna yang lebih terang dibanding Signal apalagi Voice. Saya jamin itu nggak akan terjadi. Well, setidaknya sejauh 8 episode berjalan ini, semuanya rapih dan nggak bertele-tele. Menyaksikan cara Park Kwang Ho-Kim Sun Jae-Shin Jae Yi menyelesaikan kasus-kasus kecil yang mendukung kasus utama (si pembunuh di tahun 1986), mengingatkan saya pada cerita di komik Conan. Jebrat-jebret nggak pake lama.
Dan keindahan sinematografi Tunnel yang cantik bin memukau........
Sungguh membuat saya tidak nggak sadar sudah menghabiskan satu jam di setiap episodenya. Bagaimana para korban di bunuh dengan kejamnya. Bagaimana konflik batin seorang Park Kwang Ho yang harus tinggal di dunia yang teramata asing & terpisah dari istri yang amat dicintainya. Bagaimana masing-masing karakter bisa terhubung satu sama lain dengan cara yang diluar dugaan. Semua dibungkus dengan apik oleh sang penulis juga sutradara.
Jadi kalau masih ada yang tanya ke saya, bagusan mana Tunnel dengan Signal atau Voice. Jawaban saya singkat saja.
Tunnel itu lebih wise. Lebih humanis. Lebih menyenangkan.
****